webnovel

Cakrawala

MilMirage · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
1 Chs

Selamat Pagi

"Nira...."

sayup - sayup terdengar lirih suara memanggil di dalam telinga seorang gadis kecil yang sedang tertidur lelap.

"Nira... kamu lupa ini hari apa ?"

terdengar sekali lagi.

namun kali ini membuat gadis kecil itu membuka matanya perlahan. terlihat secara perlahan kornea matanya yang cokelat. seketika itu juga dia langsung lompat dari tempat tidurnya. jari kakinya langsung menapaki lantai kamarnya yang terbuat dari kayu dan berlari kecil menghadap kaca yang tingginya sekitar 2 meter. dan dia terlihat tidak sampai setengahnya.

"waduuuhhh.. " keluh dia sambil menata rambutnya yang memanjang menderai bahunya dengan ikat rambut berwarna merah, mengusap - usap wajahnya yang berkulit sawo matang untuk menghilangkan bekas tidurnya. wajahnya terlihat manis dengan lesung pipi kirinya.

lalu setelah itu dia merapikan tempat tidurnya dengan terburu - buru dan bergegas keluar kamar, berlari menuruni anak tangga yang terbuat dari kayu yang membawanya ke area kamar mandi yang bersebelahan dengan dapur tempat ibunya memasak.

"Nira, kamu lupa ya ini hari apa ?" tanya ibunya kepadanya.

"Selamat pagi Bu, "

Nira lalu menghampiri dan memeluk ibunya. Ibunya memiliki postur yang tinggi. sekitar 2 meter dengan kaki jenjang dan kulitnya beserta wajahnya terlihat seperti kucing. postur tersebut adalah postur yang wajar di dunia tanpa cakrawala ini. Namun begitu, tampaknya bermacam bentuk postur tubuh ada di dalam dunia ini. Tapi normalnya, mereka semua memiliki tinggi 2 meter hingga 5 meter lebih.

Tampaknya karena tubuh Nira yang tidak terlalu tinggi, dia hanya bisa memeluk perut ibunya yang sedang memakai celemek. "tentu aku tidak lupa ibu,"

tangan ibunya halus mengusap rambut Nira dan duduk bersejajar menatap wajah Nira dengan lembut.

"Apapun tugas yang nanti diberikan kepadamu, Ibu percaya kamu pasti bisa. "

mata Nira menatap ibunya dengan percaya dan mengangguk semangat "Aku pasti bisa !". sekali lagi, wajah Nira terlihat manis dengan senyum lesung pipinya.

"Ayo cepat cuci mukamu, ibu sudah memasak sarapan untukmu." perintah ibunya kepada Nira.

"Baik Bu,"

Nira berbegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya dengan sikat gigi yang terlihat terbuat dari kayu.

sementara itu, tampak ibunya menaruh hidangan sekerat roti dan semangkuk sup jagung berbulir warna warni di meja makan.

setelah Nira mencuci mukanya, dia bergegas kembali ke kamarnya untuk memakai baju seragam sekolahnya. topi baret merah berpin perak bergambar trisula bersayap, kaus putih dengan leher panjang bermotif gelombang, pelindung bahu terbuat dari kulit yang dikenakan seperti rompi, lalu dirangkap oleh jubah merah yang menutup sebagian besar tubuh bagian atasnya. jubah merah tersebut memiliki ukuran panjang hanya sampai sepinggul. di belakang jubah tersebut terpampang simbol bumi dengan matahari kecil di tengahnya.

Nira bercermin dengan bangga sambil menata seragamnya dan bergumam "setelah tiga tahun lamanya aku berlatih dan belajar pengetahuan Atlas, akhirnya aku bisa mencapai tahap yang kunanti - nantikan. Yaitu menjadi pengirim pesan mengelilingi Agharta dan Shambala. Akan aku tunjukkan meskipun tubuhku kecil, aku memiliki kelebihan. Yaitu, menjadi cepat dan tepat."

"Nira... ayo cepat sarapan."

"Siap meluncur kemeja makan !" seru Nira dan berlari meluncur dengan cepat menuruni anak tangga.

langkah kakinya yang mungil langsung berhenti ketika sampai di depan meja makan.

"Hati - hati Nira, kamu boleh cepat tapi jangan sampai membuat dirimu atau orang lain celaka."

"Iya ibu aku akan berhati - hati juga,"

sahut Nira kepada ibunya sambil cepat - cepat memakan roti dan menyendoki sup jagung warna warni buatan ibunya." sementara ibunya duduk di samping Nira dengan wajah bahagia memperhatikan anaknya itu sarapan. tidak sampai 5 menit, sarapan yang dihidangkan ibunya sudah habis.

"Berangkat dulu Bu, " Nira mencium pipi ibunya dan langsung bergegas cepat keluar rumahnya.

tangan kecil Nira membuka pintu rumahnya yang tinggi dan terbuat dari kayu yang lumayan tebal.

terlihat, hamparan luas padang rumput. Sinar matahari lembut menyentuh hangat tubuh Nira. Nira melihat sekeliling. Sejauh mata Nira memandang, dunianya tak bertepi. ketika matanya melihat perlahan - lahan keatas, terlihat bagian dunia yang lain. bagian dunia yang lain itu adalah kota bagian Shambala. Sedangkan rumah Nira berada di dalam teritorial kota Agharta. semakin keatas, terlihat sinar matahari yang putih menyilaukan. Di antara sinar - sinar itu tampak awan dengan lambat bergerak, berarak. Tampak juga pulau - pulau yang mengambang tertahan antara gravitasi matahari tengah dan bumi dalam. Selain itu tampak juga lempengan raksasa yang bergerak perlahan menutupi sinar matahari sebagai waktu sore dan malam dan meninggalkan sisi terang sebagai waktu pagi dan siang.

dari kejauhan, dari sisi kanan Nira terdengar suara kepakan sayap serangga dan juga teriakan laki - laki yang terdengar sudah tua.

"Niraaa !"

"Pak Chad !" balas Nira dengan melambaikan tangannya.

Pak Chad adalah salah seorang pengantar pesan senior di Agharta. Dan tampaknya dia menjadi panutan Nira dan salah satu alasan Nira ingin menjadi pengantar pesan.

Pak Chad memiliki postur tubuh seperti se ekor kucing sama seperti Ibu Nira. Namun, karena umurnya yang sudah tua, banyak bulu - bulunya yang memutih dan tubuhnya gemuk dan gembul. jenggot yang memutih juga terlihat memanjang menutupi leher Pak Chad. Seragam yang dikenakannya memiliki kesamaan dengan seragam yang dikenakan oleh Nira. namun dia tidak memakai baret merah. Tapi memakai helm cokelat yang terbuat dari kulit hewan dan juga kacamata goggle.

Pak Chad dengan lihai mengendarai lebah raksasanya. Dengan cepat dia terbang rendah lalu berhenti dengan tiba - tiba ketika sudah sampai di depan rumah Nira.

"Selama pagi Pak Chad," sapa Nira,

"Selamat pagi Pak Chad, pagi - pagi sudah semangat sekali kelihatannya ?" tanya ibu Nira yang tampaknya mengikuti Nira keluar rumah.

"Pagi Nira, Pagi nyoya Kiara, hari ini adalah hari yang sangat aku nanti - nantikan. Karena aku penasaran siapa yang akan menjadi penerus pengirim pesan di kerajaan Atlas ini. Dan aku yakin, Nira akan menjadi salah satunya. hohohoho."

"Nira, segera berangkat. balai kota Agharta pasti akan ramai sekali hari ini."

"Oh iya, Bu..." Nira mengambil ancang - ancang untuk berlari.

"Ngomong - ngomong tentang berangkat, kelihatannya ada yang butuh tumpangan ?"

Pak Chad menawarkan tumpangan kepada Nira yang segera berlari namun menghentikan langkahnya.

"Sungguh aku boleh menumpang ? " tanya Nira.

"Tentu boleh," Pak Chad tersenyum ramah.

tentu alasan Nira bertanya adalah karena Nira mengetahui bahwa tidak boleh ada yang menumpang secara sembarangan di atas hewan tumpangan operasional pengantar pesan.

Tapi karena Pak Chad memiliki sifat yang bebas dan lepas, terkadang beberapa peraturan tidak dihiraukan olehnya.

seketika itu juga Nira naik di atas punggung lebah rakasasa pengantar pesan milik Pak Chad. Wajah Nira terlihat sangat bahagia dan tampak bersemangat sekali.

"Sudah siap Nira ?"

"Siaaaappp" sahut Nira.

"Pegangan yang erat, karena lebahku ini sangat cepat" kata Pak Chad.

"Hati - hati dan semangat Nira." Ibu Nira melambaikan tangan kepada Nira yang perlahan - lahan terlihat naik keatas.

"Siaaap Bu, Semangaaat " sahut Nira sambil memegangi baret merahnya agar tidak terbang terbawa angin.

"Ayo Oryn !" perintah Pak Chad kepada lebah raksasanya.

seketika itu juga lebah raksasa Pak Chad berlalu dengan cepat membawa Nira menuju balai kota Agharta.