webnovel

Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed

Sinopsis Sebagai pria bangsawan dengan gelar ksatria pedang agung yang cukup disegani pada banyak medan pertempuran, Lorant sering menjadi bahan pembicaraan gadis-gadis bangsawan. Wajahnya yang memiliki tulang rahang tegas, dengan hidung bagaikan terpahat sempurna yang memisahkan kedua mata coklat setajam elang berbingkai alis berbentuk golok tebal, membuatnya sangat berkharisma. Tubuh atletisnya yang dipenuhi guratan luka akibat perang, justru semakin membuatnya terlihat gagah. Bahkan para gadis sering membual bahwa dia tahu berapa jumlah bekas luka yang ada di tubuh Lorant, untuk menimbulkan asumsi bahwa dirinya cukup intim dengan Lorant. Tetapi Lorant justru mencintai Benca, gadis biasa yang tinggal terisolir di tepi hutan selama delapanbelas tahun. Hubungan cinta mereka menghasilkan dua orang anak kembar, Lovisa dan Edvin. Lorant tidak menyangka kisah cintanya bersama Benca merupakan awal perjuangan panjang dan pertarungan mental yang kerap membuatnya frustasi. Selain harus menghadapi kecemburuan Ivett, wanita bangsawan yang telah dijodohkan dengannya dan berusaha mati-matian untuk melenyapkan Benca dengan cara apapun, Lorant juga harus menerima kenyataan, bahwa Benca adalah putri kandung dari bibinya sendiri, seorang wanita bangsawan kelas atas penganut satanisme yang sering melakukan ritual berupa mandi darah perawan, dan telah menculik Lovisa, untuk dijadikan korban ritual. Dengan segala kemampuannya, Lorant berusaha melindungi dua wanita yang paling dicintai dalam hidupnya dari cengkraman bibi sekaligus ibu mertuanya yang haus darah.

Risa Bluesaphier · ย้อนยุค
Not enough ratings
119 Chs

21. Double Date, 14 Oktober 1591

Beberapa hari ini semua panik, Lorant pun merasa gelisah. Dia sungguh tidak ingin berpisah dari Benca dan meninggalkan wanita yang sangat dikasihinya dalam situasi seperti ini. Namun dirinya yakin, dia tetap akan pergi meskipun bukan hari ini. Seharian dia sungguh dibuat repot dengan segala hal yang menyedot energinya, hingga membuat dirinya teramat sangat lelah.

Saat sore tiba, dia bergegas menemui Benca, kemudian mengajaknya bicara, "Benca, ikutlah denganku!"

Benca hanya mengangguk, lalu mengikuti Lorant yang membawanya keluar dari Arva dengan berkuda. Dia tidak mau banyak bertanya, karena mengetahui dengan sangat jelas kesibukan serta kegundahan yang mengganggu kekasihnya itu.

Sesampainya di tepi hutan, mereka menambatkan kudanya, lalu perlahan sambil berjalan kaki mereka saling bergandengan tangan dalam diam yang cukup panjang. Hingga akhirnya Benca memberanikan diri untuk bertanya.

"Apa yang ingin Kamu sampaikan? mengapa Kamu membawaku ke hutan?"

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com