webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
33 Chs

BAB 17

Seorang lelaki melompat begitu saja ke laut saat melihat sosok perempuan berbaju putih terjatuh dari atas sebuah kapal. Dia bisa melihat ekspresi perempuan itu yang terkejut dan ketakutan. Deburan tubuh mereka yang menghantam permukaan air terasa seperti jatuh di atas permukaan tanah. Dia merasa semakin tenggelam, dingin, dan baru menyadari harus bergerak saat sebuah cahaya berkilat dari jari si perempuan. Sang lelaki berusaha secepatnya menolong si perempuan. Namun matanya membulat saat melihat sosok perempuan yang ditolongnya membuka matanya lalu mencoba mencekik lehernya saat di dalam air.

Seorang lelaki memakai baju hanfu putih langsung terbangun. Mimpi buruk itu datang lagi. Bajunya basah kuyup oleh keringat sedangkan musim gugur baru saja tiba. Lelaki berambut panjang terurai itu duduk lalu menuangkan air minum untuk dirinya.

Terdengar pintu kamar terbuka.

"Tuan Weiyan, apakah Anda mimpi buruk lagi?" tanya seorang pelayan yang bertubuh gemuk tergesa-gesa masuk ke dalam kamar lalu menyalakan semua lentera dan lilin dalam ruang.

Wajah lelaki itu terlihat cemas dengan kondisi tuannya yang sering terbangun tengah malam Tuan Weiyan mengusap wajahnya. Seorang Pelayan membawakan sebaskom air hangat dan baju ganti.

"Cuci muka Anda dulu, lalu ganti baju," ucap si pelayan gendut.

Lelaki itu patuh. Dia mencuci wajahnya lalu mengganti bajunya.

"Pergilah," ucap Tuan Weiyan.

Para pelayannya pergi keluar ruangan lalu menutup pintu. Weiyan duduk di pinggir ranjang sambil melihat sekeliling dinding kamarnya seakan mencoba memahami apa yang terjadi pada dirinya. Sudah beberapa hari dirinya terkurung di kamar. Dia menyadari kondisi fisiknya belum sepenuhnya sehat.

Lelaki itu, bernama Weiyan, anak sulung keluarga Zhu. Sejak beberapa hari tubuhnya makin lemah karena tak bisa tidur sampai pagi jika mimpi buruk datang. Keluarga mereka memanggil seorang biksu untuk mendoakan, seorang dukun Tao, bahkan hampir seluruh ruangan itu penuh dengan tempelan jimat yang ditempel oleh shaman yang diundang ke rumah oleh Tuan Zhu. Mereka mengatakan bahwa tuan muda Zhu  disihir  oleh perempuan yang bernama Qing Lian.

Semua orang di rumah sudah tahu kasus yang terjadi. Keluarga Zhu memisahkan Weiyan dari Qing Lian yang berasal dari keluarga Shen, musuh bebuyutan keluarga Zhu. Weiyan sendiri terluka saat berusaha menyelamatkan Qing Lian dari penculikan yang diatur oleh keluarganya sendiri. Saat itulah Weiyan terjatuh dari jurang dan jatuh ke sungai.

Saat itu Weiyan langsung terlihat bingung ketika terbangun dari pingsan.

"Ah, syukurlah kau sudah siuman. Weiyan, apakah kau baik-baik saja?" tanya Nyonya Zhu yang duduk di samping Weiyan.

"Weiyan? Siapa Weiyan? Aku Yinfeng," ucap Weiyan.

Semua orang yang ada di kamar terperengah. Mereka terkejut saat melihat kondisi tuan muda Zhu linglung dan tidak mengenal dirinya sendiri, bahkan menyebut dirinya dengan nama Yinfeng.

"Tabib, apa yang terjadi dengan anakku? Mengapa dia jadi begini?" tanya Nyonya Zhu dengan wajah sedih dan mulai menangis.

Tabib itu juga terlihat bingung. Dia tak menyangka pasiennya hilang ingatan.

"Mungkin saat jatuh, kepala Tuan Muda Zhu mengalami benturan keras, hingga mengalami hilang ingatan," jawab sang tabib mencoba memberikan diagnosa.

"Siapa kalian?" tanya Weiyan.

Tuan Zhu mendekat dengan raut sedih.

"Weiyan, kau bahkan tak ingat aku? Aku Tuan Zhu, ayahmu."

Lagi-lagi Weiyan hanya menatap semua orang yang hadir dengan wajah bingung.

"Tuan Zhu?" tanya Weiyan dengan raut yang penuh tanya.

"Iya ... iya ini aku ayahmu," ucap Tuan Zhu lalu duduk di tepi ranjang Weiyan.

Weiyan diam seakan memikirkan sesuatu.

"Ah, iya ... ya ... kau Tuan Zhu, ayahku ... iya," jawab Weiyan sambil tertawa lebar seakan bisa memahami kondisi diri dan sekitarnya.

Semua orang saling pandang sambil tersenyum. Mereka berharap kondisi tuan mudanya semakin membaik seiring waktu.

Saat ini Weiyan berdiri sambil menuju dinding-dinding yang penuh dengan tempelan-tempelan jimat. Tangannya satu persatu merobek dan melepas tempelan-tempelan jimat.

"Aku Yinfeng, tak percaya dengan hal seperti ini," ucap Yinfeng yang ada dalam tubuh Weiyan, "aku baik-baik saja," gumamnya sambil masih menarik semua tempelan kertas kuning di dinding.

"Weiyan, aku merasa kasihan padamu. Entah apa yang terjadi padamu. Namun saat ini akulah yang menguasai tubuhmu. Sepertinya aku punya misi tertentu yang harus kuselesaikan di masa ini. Aku juga ingin tak percaya, tapi semua ini terlalu nyata."

Weiyan berjalan menuju meja kerjanya yang ada di bagian ruangan lain. Dia duduk lalu mengambil kertas dan mengaduk tinta. Perlahan dia menggambar cincin dan kalung batu Liang Zhu. Yinfeng dalam tubuh Weiyan ingat kilatan cahaya dalam air itu dari jemari Zhiwei. Yinfeng tak tahu bagaimana nasib Zhiwei setelah dia pingsan di atas sekoci polisi. Dia berharap gadis itu baik-baik saja. Yinfeng pikir dia harus mencari cara untuk kembali ke masa depan.

"Apakah aku terbawa ke masa ini karena batu Liang Zhu?" gumamnya dengan wajah serius sambil memandang gambar cincin dan kalung hasil karyanya sendiri.