webnovel

BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Raja kegelapan mulai menyerang seluruh wilayah bekas kekuasaan Raja Elf. Awan hitam dengn hujannya yang beracun tersebar diseluruh wilayah membuat hasil pangan penduduk tercemari dan tidak sedikit pula yang mati. Pasukan kegelapan memporak-porandakan dan meratakan semuanya menjadi tanah hingga semua penduduk dipaksa oleh keadaan untuk menjadi berani untuk melawan. Wedden Arragegs, seorang pria dari desa yang disebut sebagai keturunan sang raja Elf mendapatkan tugas berat yaitu mengalahkan Raja Kegelapan dengan kekuatannya yang dia bahkan belum pernah mengetahuinya. Buku Sihir, itulah senjatanya namun keberadaannyapun belum diketahui dimana. Mampukah Wedden mengalahkan Raja Kegelapan? Berapa banyak pasukan yang dibutuhkan olehnya untuk mengembalikan keadaan dunia? -- Terimakasih sudah mampiir, ini adalah karya ketigaku di Webnovel *,* Berikan dukungannya yaa ... Luv ya~

snaisy_ · แฟนตาซี
Not enough ratings
260 Chs

Tawanan Gnome Lanjutan

Sama seperti ketika melawan pasukan kucing terbang di sungai Fei, Wedden tengah memikirkan beberapa pemikiran konyol untuk menyelamatkan diri dari tempat menjijikan ini. Dia mengulurkan tangannya dan memandang pedang Ren lekat-lekat, dia berharap dia dapat mengambil benda tajam milik Ren itu dengan sihirnya. Tetapi percobaannya gagal, kini dia menggenggam kedua tangannya sambil memejamkan kedua matanya dia berharap dia dapat menghilang dan melarikan diri dari kurungan sempit dan menyiksa ini. Tetapi ini juga gagal, membuatnya putus asa dan kembali berfikir.

"Bagaimana mungkin seorang keturunan raja Elf tidak dapat melakukan sihir?" gumamnya.

Sebuah batu kecil mengenai lututnya, dia hanya memandangi dan tidak merespon. Batu yang kedua, kini mengenai tangannya tetapi dia masih tidak ada respon, mungkin akan terjadi hujan batu, pikirnya polos. Batu yang ketiga, tepat mengenai dahinya keras dan membuatnya nyaris berteriak karena terkejut dan kesakitan.

"Wedden....!!" terdengar suara lirih dari arah kirinya, itu sudah jelas suara si pangeran Soutra yang tampak begitu kesal.

Ren mehela napas panjang untuk menyetabilkan emosinya karena sudah berulang kali ia berusaha memanggil sang pewaris raja Elf tanpa adanya suara, tetapi malah tidak direspon.

Wedden menoleh kearah Ren yang mengucapkan sesuatu, "Apa?" Dia sama sekali tidak mengerti dengan gerakan bibir pangeran Soutra yang begitu cepat.

Ren kembali melafalkan kalimatnya tadi, "Gu na kan si hir mu." Ren jelas sekali bertambah emosi karena ini.

"Sihir? Aku tidak dapat menggunakan sihir," Wedden menggelengkan kepalanya dengan keras.

"Kau pasti bisa, bacalah mantra yang akan membuat kita semua terbebas dari kurungan kecil ini," ujar Ren dengan antusias yang samasekali tidak dipahami oleh Wedden yang berada jauh darinya. Wedden hanya menatapnya dengan wajah polos yang bodoh tanpa ada reaksi.

"Hei! Apa yang kalian lakukan?" teriak Ser dengan suaranya yang nyaring dan membuat Ren, Wedden dan setengah dari pasukan gnome di bawah mereka menoleh kearahnya.

Ren segera memelototi pria timur itu dengan harapan dia akan tenang dan tidak membuat mereka celaka.

"Kenapa kalian hanya berbisik berdua? Apa kalian melupakanku dan menganggapku tidak ada?" tanya Ser lagi dengan suara yang tidak kalah nyaringnya dengan pertanyaannya sebelumnya.

Ren sedikit melihat ke bawah, para gnome yang kesal dengan suara pria berambut lurus itu bersiap untuk melemparkan tombak kearah Ser.

"Menunduk!" teriak Ren begitu gagahnya dan dengan wajah bingung Ser mengikuti perintah pria berambut merah muda itu.

Beberapa detik setelah Ser menundukkan kepalanya, sebuah tombak gnome melintas di atas kepalanya dan langsung menancap kuat di batang kayu di seberang jaring tempat Ser dikurung.

"Apa tadi?" tanya Ser dengan polos ketika kembali mengangkat kepalanya.

Semuanya kembali diam dan hanya dapat melihat kegiatan para gnome di bawah mereka. Para gnome yang bertugas untuk memasak sepertinya telah siap karena kuali besar itu telah berisi bahan-bahan makanan yang begitu menjijikan bagi ketiga anak manusia itu. Gerobak untuk mengangkut kuali pun telah siap.

Ketiga anak manusia itu saling pandang dalam diam. Mereka tidak ada pilihan lain selain diam dan pasrah dengan kematian yang sudah semakin dekat. Hawa panas dan aroma yang membuat mual memenuhi udara di sekitar ketiga manusia itu, tepat dibawah mereka masing-masing kuali besar telah menampakkan isinya yang mendidih.

Batu-batu lainnya yang berada di sekitaran para Gnome yang tengah sibuk itu kembali bergoyang-goyang dan berubah ke wujud aslinya yang sangat dibenci oleh Pangeran Soutra. Kotor, dekil, kecil, dan berlendir. Pangeran Soutra hanya dapat menahan mualnya dengan mencoba mengalihkan pandangannya kearah lain, tetapi itu kurang membantu karena udara yang pengap dan menjijikan itu masih menguasai oksigen untuknya bernapas.

Klekk!

Wedden dan Pangeran Soutra segera menoleh kearah Ser yang duduk manis dalam diam. Tetapi ada hal yang tidak beres dengan tali pengikat sangkarnya. Si keriting Wedden mengamati tali itu seksama, talinya hampir putus. Sepertinya itu bekas terkena tombak yang tadi dilempar oleh Gnome.

"Ada apa ini?" gumam Ser polos dengan sedikit menggoyang-goyangkan tubuhnya untuk mencari penyebab bergetarnya sangkar yang mengurung dirinya.

"Hentikan tindakan bodohmu itu! Kau akan mati jika kau terus bergoyang!" teriak Ren dengan lantang dan tidak memperdulikan bagaimana reaksi para Gnome dibawahnya.

Ser hanya menoleh kebingungan, tetapi dia menuruti perkataan sang Pangeran cantik. Dia diam dan kembali tenang seperti sebelumnya. Tetapi suara itu terdengar lagi.

Klekk!

Seolah menjadi semakin jelas jika nyawa pria dari Timur itu sudah tidak lama lagi.

"Kurasa kau harus menggoyangkan tubuhmu ke belakang, dan pastikan kau akan terjatuh disana!" teriak Wedden dengan pikiran spontannya.

Ser memandangi bawah kearah belakang yang dimaksud oleh pria Vitran itu. Tanah yang kosong dan tidak akan begitu menyakitkan jika dia memang berhasil menjatuhkan diri diatasnya. Tapi masalahnya adalah, dia tidak memiliki cukup keberanian untuk melakukan hal yang mungkin saja malah akan mencelakakannya. Ser sedikit melirik kepada Ren, berharap pria cantik itu akan mempunyai ide lain yang lebih baik daripada terjun bebas ini.

"Jika kau bertanya kepadaku, maka jawabanku adalah 'lakukan apa yang telah dia katakan'," ujar Ren dengan ekspresi tenangnya begitu myakinkan.

Si pria dari Timur terlihat telah yakin dengan apa yang harus dia lakukan.

"ingat Ser, perlahan! Karena tali itu sepertinya terlalu sensitif," kata si keriting Wedden.

Dengan tanpa memperdulikan keberadaan para Gnome dibawahnya, Ser mulai mengayunkan kurungannya ke arah belakang. Sementara itu Wedden dan Ren hanya melihatinya dengan penuh harapan Ser selamat dan selanjutnya dia akan menyelamatkan mereka berdua.

Cukup lama percobaan yang dilakukan pria Timur berambut hitam itu, sampai akhirnya tali kurungannya benar-benar terputus dan dirinya terjatuh tepat di samping kuali besar yang berisi berbagai macam bahan makanan para Gnome yang mendidih. Wedden dan Ren berdecak syukur, tetapi fokus mereka segera terganggu dengan geraman-geraman para Gnome yang ternyata mengetahui kejadian tersebut.

Beberapa dari mereka bahkan langsung melakukan pengejaran terhadap Ser yang telah berhasil membebaskan diri dari kurungannya yang pecah karena terhempas keras di pohon. Mereka semua membawa tombak Gnome yang beracun.

Seorang Gnome yang tampak begitu tua dan begitu keji, melirik mematikan kearah dua manusia yang masih berada pada kurungan yang tergantung diatas kuali. Dia segera memberi kode kepada para anak buahnya untuk menjatuhkan kedua pria dari Utara itu ke dalam kuali.

Tetapi belum sempat memotong tali pada sangkar tempat kedua pria Utara itu, para anak buah Gnome itu telah terkapar mati karena diserang oleh seseorang dari kejauhan dengan anak-anak panahnya. Pimpinan Gnome begitu geram dan dia menyumpah serampah kepada pemanah tersebut dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Wedden maupuun Ren.

***