Booom! Booom!....
Istana megah di kejauhan saat ini...tengah mengadakan pesta kembang api dadakan di daratan!
Hasil ini membuat Putri Teresa dan Kapten Zult tertegun sejenak sebelum akhirnya mereka langsung berteriak!
"Sialan !!!—" Putri Teresa tiba-tiba berteriak: "Kapten Zult, panggil Ambulan, Pemadam Kebakaran, dan semua lembaga penyelemat sekarang untuk ke Istana !!!"
"Tapi Putri! Mereka...."
"Lakukan !!! Aku bilang lakukan !!!!"
Putri Teresa berteriak lalu menendang Kapten Zult sehingga dia terjatuh langsung ke bawah karena daerah yang terjang!
"Woaaaaah! Ouch! Ahhhhhhhh..."
Mendengar teriakan Kapten Zult, Putri Teresa hanya mendengus dan segera menatap orang-orang di depan dengan marah!
"Kalian sudah kelewatan, siapa yang menyuruh kalian !!!"
Menteri Sams hanya tertawa terbahak-bahak, "Siapa? Bukankah sudah jelas siapa? Militer, tidak jelas kah? Putri..."
Putri Teresa langsung mengeluarkan pistol dan menembak gila-gilaan kepada Menteri Sams dan seluruh orang yang ada disekitar!
Bang! Bang! Bang! Bang!....
"Dasar bodoh! Tembak! Tembak dia! Targetkan saja dia, dan bahkan jika dia mati tidak masalah!"
Menteri Sams yang sudah bersembunyi dibelakang tank memerintahkan, "Sekarang kita adalah ikan yang ada di talenan! Membunuh Putri ini pun tak masalah !!!–"
Tentara-tentara di sekitar tidak ragu untuk menyetujui perintah ini, lagipula mereka sudah siap mati sekarang!
Selain itu, mereka memiliki persenjataan lengkap sekarang.
Masih takut dengan wanita cantik ini? Kalian bercanda bukan?!
Akhirnya tembakan demi tembakan terdengar tanpa ampun menuju keseluruhan tubuh Putri Teresa yang mana juga dia balas menembaki mereka disana.
Tentu saja sasaran tembakan Putri Teresa kebanyakan menuju Menteri Sams!
Orang-orang itu melawan dengan gigih, dan beberapa orang sudah melemparkan granat ke sisi Putri Teresa!
Putri Teresa melompat menjauh dari sumber granat, tapi Putri Teresa tiba-tiba menjadi sasaran empuk!
Banyak peluru langsung menuju dirinya, bahkan moncong beberapa tank sudah menunjuk ke dirinya!
Putri Teresa menggertakkan giginya, dan tiba-tiba dia terkejut saat dia melihat pedang di pinggangnya.
Pada akhirnya, entah apa yang terjadi, dua tiba-tiba dengan gila berlari maju tanpa rasa takut sedikitpun.
Boooom!
Tank sudah menembakkan peluru besar dan kejam mereka kepada Putri Teresa, yang mana langsung dia potong menjadi dua dengan pedang yang masih tergantung di pinggangnya!
Booom!
Dua sisi dari peluru itu meledak disamping kanan dan kiri Putri Teresa yang sudah memasang posisi siap.
Dengan jubah biru ksatria dan rambut emas yang berkibaran dibawah ledakan ini, kejadian ini membuat keadaan menjadi hening sejenak..
Bahkan baku tembak sudah terhenti sejenak!
Memegang pedang di tangannya dengan erat, mata Putri Teresa benar-benar marah: "Aku tidak menyangka bahkan pedang ini akan menanggapiku lagi..."
"Untuk menggunakan ini, syarat penggunaan hanya untuk melindungi Inggris, dan itu haruslah kejadian yang akan membuat Inggris terancam agar bisa menggunakannya!"
"Tapi sekarang pengkhianatan besar kalian pada Inggris benar-benar membangunkannya...."
"Sekarang aku nyatakan! Sams Hulington, dan pengkhianat yang lain! Kalian adalah pendosa besar Inggris, dan bahkan jika itu lusinan tank dan rudal darat, pedang ini akan menembus mereka !!!"
"Ini adalah kekuatan pedang tertua dan paling terkenal milik Inggris sejak dulu!"
"Excalibur!—"
Kapten Zult yang baru saja naik lagi tertegun saat melihat pedang Putri Teresa yang tiba-tiba berubah menjadi lebih anggun dan cerah!
Pedang yang awalnya hanyalah sebuah besi tua perak tak berhias, sekarang sudah berubah menjadi pedang emas dengan beberapa permata indah menghiasi pedang itu!
Dengan mulut terbuka lebar, Kapten Zult bergumam: "Bagaimana bisa...Bukankah Legenda Raja Arthur hanyalah dongeng?!"
Tapi apa yang terjadi sekarang? Benarkah pedang di tangan Putri, benar-benar Pedang Excalibur yang dikatakan Pedang Sumpah Kemenangan?!
Tidak ada yang menanggapi, terutama saat sosok Putri Teresa yang sudah maju dengan langsung menebas tank dan beberapa rudal darat itu!
Booom! Booom! Boooom!
Ledakan terus menerus terdengar, dan bahkan jika mereka menembaki Putri Teresa, beberapa sinar cahaya emas akan langsung muncul untuk menghentikan laju peluru itu!
Seolah disekitar Putri Teresa ada pelindung tak terlihat!
Menteri Sams sekarang sudah terduduk tanpa nyawa melihat ini, dan jangan salah sangka...dia tidak ketakutan.
Bahkan dibawah pembantaian sepihak ini, mata Menteri Sams ternyata masih tenang seolah dia sudah menerima nasibnya.
Pada dasarnya, Kapten Zult entah sejak kapan sudah menodongkan pistol ke kepala Menteri Sams dan berkata dengan suara teredam.
"Kau sudah tamat, Sams."
"....Ahh, aku tahu. Jika benar itu adalah Pedang Sumpah Kemenangan, tidak ada peluang bagiku sama sekali."
"Tapi!" Dengan mata sedikit tajam, senyumannya terbuka: "Aku berhasil, istana sialan itu akhirnya jatuh!"
"Dan kau tahu? Siapa target kami sejak awal?"
"Itu Duke! Duke Duodere !!!– Kau harus tahu siapa yang menyuruhku sekarang."
Sayangnya Kapten Zult masih tetap dingin, "Benarkah? Kau suruhan Pangeran Jonathan? Bukankah kau milik Pangeran Morrigan?"
"..."
Anehnya wajah Menteri Sams tiba-tiba menunjukkan warna kosong selama beberapa detik dan itu sedikit tidak wajar...
Tapi saat berikutnya, dia tiba-tiba menatap sekitar dengan aneh.
"Ah? Dimana aku sekarang?"
Clack....
"Jangan coba-coba berlagak bodoh, kau adalah penjahat besar Inggris sekarang !!!"
" ??? "
Apa? Apa yang terjadi? Bukankah aku tadi sedang ada di ruanganku menghitung anggaran militer?!
"Kenapa aku kesini?"
Putri Teresa yang sudah lama membumihanguskan sekitar tiba-tiba datang dan meletakkan pedangnya ke leher Menteri Sams.
Dengan suara tenang namun agung, dia berkata: "Sekarang semuanya sudah hancur Sams, kau akan masuk ke ruang intograsi dan menjelaskan semuanya!"
"Menjelaskan apa?!"
"Humph! Berlagak bodoh, cepatlah berdiri!" Kapten Zult menendang punggung orang tua itu tampa ampun untuk berjalan!
Di bawah tatapan Putri Teresa, keduanya berjalan dan dia hanya bisa melihat bahwa pedang di tangannya sudah kembali ke bentuk aslinya.
"Pedang Sumpah Kemenangan? Pedang Raja Arthur? Excalibur? Jangan bercanda...Ini hanya aku yang menamainya seperti itu..."
Tanpa ragu dia menyarungkan kembali pedang itu dan melihat ke arah istana yang sudah hancur dengan wajah sakit.
Kedua tangannya terkepal erat, "Kuharap tidak ada banyak korban...kuharap, Latifa, Duke dan yang lain baik-baik saja!"