"Fyuuu, sangat brutal sayang. Lalu, apa gunanya kau membunuh orang tidak berguna ini?"
Pria paruh baya itu menatap Samael sembari menyesap rokok di tangannya, dia benar-benar tidak peduli dengan kelakuan Samael tadi!
Samael hanya meregangkan bahunya dan berkata, "Hanya mencoba membuat suasana lebih baik."
"Orang-orang ini hanya akan membuat pembicaraan tidak menyenangkan, menurutmu?"
Pria paruh baya itu menghembuskan asap rokok itu, lalu dengan kejam dan cepat mengambil pistol di meja dan menembak!
Bang!
"Gah...Kenapa, aku?"
Sebuah lintasan panas melewati pipi Samael, dan dia hanya melirik kebelakang dimana pria yang dia bawa tadi telah tertembak tepat di dadanya saat ini.
Dia jatuh dengan lemah, dan mati...
"Sepertinya kau setuju denganku." Samael menaikkan sudut mulutnya.
Pria paruh baya itu membuang pistol itu dan berdiri, "Kau cukup tenang, atau, apakah kau tidak bereaksi dengan itu? Bahkan pengawalmu tidak bergerak?"
Bang!
"Seperti itu?"
Salah satu pengawal Samael segera melakukan hal yang sama seperti pria paruh baya tadi, hanya saja sasarannya langsung terkena tembok dibelakang pria itu.
"Hahaha, sepertinya itu yang pertama!" Pria paruh baya itu mengatakannya dengan lugas karena ini.
Jelas dia bisa tahu bahwa orang-orang didepannya ini tidak biasa semua, karena mereka terlihat sangat tenang dengan peluru!
Seolah, mereka tahu lintasan peluru itu akan mengenai!
Pria paruh baya itu berjalan menuju lemari penyimpanan anggur dan bertanya, "Mau anggur jenis apa?"
"Terserah."
"Kalau begitu ambil yang murah, persediaan agak menipis kau tahu? Hahaha..."
Pria itu membawa dua gelas dan langsung menuangkan anggur untuk dirinya dan Samael.
Samael mengangkat tangannya dan tiga dari lima pengawalnya langsung bergerak pergi meninggalkan ruangan untuk menjaga dari luar.
Sisanya masih ada di dalam, "menjaga" Samael!
"Samael, Duodere...Aku lebih suka menyebutmu "Kaiser", bagaimana?"
"Terlalu norak, tapi terserah. Lagipula kalian sendiri suka menyebut geng kalian dengan sebutan Raja dan Kaisar." Samael langsung meminum anggur didepannya dengan ringan.
Tapi segera membuang isinya kesamping dengan cepat.
Melihat ini, pria paruh baya itu mengangkat sedikit alisnya dan bertanya: "Kau tidak mau minum? Takut aku meracunimu?"
Samael mencibir diam, alisnya mengernyit dan bergumam, "Anggur palsu."
"Puff, Hahahahaha- !!!! Ya, ya, ya, ini adalah anggur palsu. Anggur yang dicampur air dengan perbandingan 1:5, kau menyesal?"
"Kali ini, aku harus mengakuinya."
Samael mendorong gelas itu menjauh, anggur palsu, benar-benar tidak enak!
Setelah pria paruh baya itu tertawa, dia segera berkata: "Sekarang perkenalkan aku dulu, namaku Marcola José Machado Dias, orang-orang bajingan ini biasa memanggilku Bos Muda."
"Muda? Untuk usiamu? Kau pasti bercanda?" Samael tersenyum.
Marcola tertawa dan melanjutkan, "Itu karena aku ada di kelompok ini hanya selama tiga tahun."
"Dibandingkan mereka, aku masih muda."
"Tapi dibanding mereka, kau lebih kejam. Aku benar, «Grande»...Julukanmu, seperti nama pulau berbahaya itu."
Marcola menghentikan gerakan meminum dan menghisap rokoknya, sebelum akhirnya dia mematikan rokoknya.
"Kau sangat waspada Kaiser, apakah kau sudah menyelidiki semuanya?"
"Ya, semuanya. Termasuk kepemimpinan asli dari kalian "Primeiro Comando da Capital". Haruskah aku mengatakannya satu per satu?"
Marcola menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, lagipula kau tidak akan membongkar kedalaman kami."
"Kaiser, kau sama dengan kami bagaimanapun!" Marcola tersenyum lebar.
Samael mengangguk dan harus mengakui mentalitas dari pria paruh baya didepannya ini. Pantas saja geng nya akan membiarkannya bernegosiasi dengannya saat ini.
Apa yang terpenting dalam negosiasi?
Pertama tentu saja informasi, ini bisa dijadikan chip tawar menawar!
Kedua adalah latar belakang, ini mempermudah pengambil alih bagian besar dalam kerja sama sehingga memungkinkan bagian yang dihasilkan lebih besar!
Ketiga adalah mentalitas, ketenangan, dan keterampilan!
Lagipula jika orang-orang yang bernegosiasi tidak memiliki mentalitas dan ketenangan yang besar, maka itu akan membuat negosiasi gagal~
Jika tidak ada keterampilan, maka itu akan lebih buruk lagi!
Jadi, keputusan dari "Primeiro Comando da Capital" untuk membuat Marcola sebagai negosiator di pihak mereka, menurut Samael adalah hal yang tepat!
"Ya, ya, ya, aku memang sama seperti kalian. Tapi aku adalah orang brutal yang terpelajar!"
"Hah! Kau benar-benar tidak tahu malu, bagi orang yang mengendalikan bawah tanah Eropa dan Amerika, kau mengatakan dirimu orang brutal yang terpelajar?"
"Bangunlah sayang, ini sudah siang!"
Samael tidak terkejut Marcola tahu identitasnya, lagipula siapa yang tidak tahu yang namanya koneksi?
Koneksi orang di permukaan hebat?
Maaf, orang di bawah kegelapan memiliki jaringan intelegence yang lebih hebat dan luas!
Karena jika mereka tidak memiliki jaringan intelegence yang luas dan tiba-tiba menyinggung orang-orang yang salah, maka itu sama saja dengan "The End"....
Terlebih Samael, orang-orang dibawahnya telah melakukan banyak penjualan jahat dengan luas.
Sehingga itu sangat jelas bagi mereka untuk menentukan siapa orang dibelakang mereka karena berani melakukan itu dengan leluasa!
"Sekarang Samael, kau membawa apa yang kami mau bukan?" Marcola langsung bertanya dengan siaga.
"Jangan bicarakan masalah itu dulu, kau harus tahu apa yang kuinginkan?" tanya Samael tajam.
Marcola menyipitkan matanya dan menghembuskan nafas bau, "Kami menginginkan dua hal, narkoba dan senjata."
"Dan aku membutuhkan Sumber Daya Manusia, kalian tahu itu bukan?" lanjut Samael dengan cepat.
Marcola menepuk dadanya, "Kami memiliki sumber daya yang banyak, baik itu budak ataupun anggota kami yang satunya setara dengan tiga orang sampai Lima orang!"
"Hah, membual. Tapi yang kuperlukan memang orang-orang brutal seperti kalian."
Samael menempatkan punggungnya ke kursi dan berkata, "Barang-barang itu ada di mobil, ambillah, dan pergi dengan satu pengawalku."
"Huh? Orang-orangku sudah kau bunuh semua!"
"Hantu percaya padamu, masih ada orang-orang "Primeiro Comando da Capital" disekitar, kau pikir aku buta!"
"Cepatlah ambil itu!"
Marcola tertawa dan berdiri ingin pergi secara langsung, tapi dia berhenti sejenak dan kembali untuk menuangkan anggur kedalam gelas Samael.
"Minum dulu sembari menunggu, Hahaha..."
"Bajingan! Cepatlah pergi dan jangan buat aku meminum air kencing sialan ini !!!"