webnovel

Semua Terbongkar?

"Ada sesuatu hal penting yang mau aku kasih tahu ke kamu Vian!" seru Arini setelah tiba-tiba ia masuk ke dalam ruang kerja laki laki itu. Sepertinya Arini sudah tidak sabar ingin melihat akhir dari pernikahan Vian dan Mila. Dengan begini semakin besar kesempatannya untuk menggantikan posisi istrinya di hati lelaki tersebut.

"Ada apa? Apa sepenting itu?" sahut Vian yang terkejut melihat kedatangan Arini yang mengagetkannya.

"Kamu harus selidiki istri kamu, sepertinya dia ada main sama lelaki lain."

Vian menghentikan kegiatan menulisnya. Sejenak dia mencoba mencerna kalimat yang diucapkan Arini barusan padanya.

"Maksud kamu apa Rin?" tanya Vian. Ia ingin memastikan jika yang di maksud Arini bukan seperti yang ia pikirkan.

"Aku rasa istri kamu berselingkuh sekarang."

Mata Vian bergetar mendengar jawaban dari Arini. Kenapa Arini tega mengatakan hal ini padanya? Mila? Melakukan hal ini pada dirinya? Meskipun mereka bukan menikah karena cinta, namun sepertinya ini hal termustahil yang pernah Vian dengar. Bagi Vian, Mila adalah wanita baik yang sangat baik. Bahkan ia akan menikahinya secara resmi ketika traumanya sudah sembuh. Karena Mila bisa mengerti keadaanya dan tidak banyak menuntut seperti wanita kebanyakan.

"Jangan becanda. Ini gak lucu," kata Vian pada akhirnya setelah berperang dengan pikiran negatifnya.

"Aku serius. Aku bilang begini karena kamu sahabatku Vian. Aku gak bisa cuma diam aja tahu kamu dihianati begini." Seperti biasanya Arini selalu berlindung di balik kata sahabat untuk selalu ikut campur dalam kehidupan pribadi Vian.

"Mila nggak mungkin ngelakuin hal kotor begitu Rin. Aku tahu dia bukan orang yang seperti itu. Tolong jangan menuduh Mila dengan hal buruk seperti ini." Vian mencoba tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar baru saja. Meskipun sebenarnya ia juga khawatir jika benar terjadi hal seperti itu. Dia akui jika selama ini hubungan mereka masih jauh untuk status sebagai suami dan istri.

"Karena itu aku minta kamu buat menyelidikinya. Kalau kamu lihat dengan mata kamu sendiri kamu pasti bakalan percaya dan berterima kasih ke aku karena udah memberitahu kamu. Kalau sekarang kamu nggak percaya sama aku, aku bisa memakluminya kok."

"Terus apa kamu lihat dengan mata kepala kamu sendiri Mila berselingkuh dariku? Jalan dengan lelaki lain? Atau ngelakuin hal yang nggak-nggak?"

"Emm.. nggak sih.. tapi.."

"Udahlah Rin. Kalau kamu nggak punya bukti berarti itu cuma spekulasi kamu aja. Kalaupun ada sesuatu yang salah sama istri aku biar aku sendiri aja yang mengurusnya. Kamu nggak perlu ikut campur dalam urusan rumah tanggaku dengan Mila," kata Vian. Ia lantas berdiri dan berniat meninggalkan Arini karena sudah muak dengan kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Tapi sebelum keluar, Vian berdiri di ambang pintu ruangannya.

"Makasih buat perhatian kamu selama ini ke aku. Tapi kamu nggak perlu khawatir aku bisa mengurusnya sendiri. Percayalah Arini.. Mulai sekarang kamu harus lebih fokus dengan kehidupan kamu sendiri ." Vian lalu benar-benar pergi meninggalkan wanita itu.

Arini menghela napas panjangnya melihat reaksi Vian yang tidak percaya padanya. Tapi dia tidak bisa tinggal diam, dia akan mencari bukti untuk membuat Vian percaya padanya jika istrinya benar-benar ada main dengan penyanyi itu.

"Ah benar.. harusnya aku kasih tahu Vian kalau lelaki itu adalah penyanyi yang kerja di kafenya. Bodohnya aku," runtuk Arini menyesal karena sudah melewatkan kesempatan untuk memberitahu Vian hal penting itu. Untuk saat ini Vian pasti sedang tidak ingin bertemu dengannya.

"Baiklah, kita tunggu aja. Sampai kapan bangkai itu masih bisa mereka sembunyikan. Cepat atau lambat Vian pasti tahu kebenarannya. Dan dia bakalan percaya kalau istrinya yang ia anggap wanita baik-baik selama ini nggak seperti dugaannya," kata Arini bermonolog.

Vian masuk ke dalam toilet dan membasuh wajahnya. Kata-kata dari Arini tadi terus menganggu pikirannya. Walaupun mulutnya berkata jika ia tidak mempercayai hal itu tapi tidak dengan hatinya. Ia benar-benar takut jika hal itu benar-benar terjadi.

Vian memandang pantulan wajahnya di cermin yang ada di depannya. Di sana terlihat sosok dirinya yang jauh dari sempurna sebagai seorang suami. Jika Mila menghianati dirinya sudah pasti itu karena dirinya yang tidak becus menjadi suaminya. Sebagai suami menyentuhnya pun dia tak mampu.

Saat Vian masih sibuk berseteru dengan pikirannya tiba-tiba ponselnya berbunyi dan ada nama Mila muncul di layar gawainya. Vian lalu membuka pesan tersebut.

Mila : Ayah minta kita mampir nanti malam. Apa kamu bisa?

Vian : Iya.

Mila : Kalau begitu, nanti kamu jemput aku sepulang dari kantor.

Vian : Iya.

Dia lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jas nya. Vian merauk udara sebanyak-banyaknya dan mengeluarkannya dengan pelan. Setelah dirasa pikirannya tenang, ia keluar dari toilet untuk melanjutkan pekerjaannya. Dia harus tampak biasa saja di depan Arini agar wanita itu mengira jika dirinya tidak percaya dengan tuduhan yang Arini ucapan untuk Mila tadi.

***

Sementara itu Mila tampak bingung setelah mengirim pesan pada suaminya barusan. Hal itu karena Vian hanya membalas pesannya dengan satu kata tidak lebih.

"Apa dia marah sama aku ya? Tapi kenapa? Atau jangan-jangan Arini udah bilang hal yang nggak-nggak tentangku di depan Vian? Tapi itu bukan hal yang nggak-nggak. Itu emang benar," gumam Mila.

Dia khawatir jika perbuatannya secepat ini terungkap oleh Vian. Dia belum siap jika harus berhadapan dengan Vian yang mengetahui perbuatan kotornya.

Mila merasa sangat egois saat ini, dia menginginkan keduanya. Vian dan juga Bara dua pilihan yang belum bisa ia putuskan. Meskipun Bara jauh lebih membuatnya nyaman tapi entah kenapa dia tidak ingin berpisah dari Vian.

Apa karena harta? Sepertinya Mila bukan tipe wanita yang gila harta selama ini.

Pikiran Mila menjadi kacau. Dia tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengan Vian nantinya jika benar suaminya itu sudah mendengar kabar buruk tentangnya ini dari orang lain.

"Ya Tuhan,, maafin aku yang udah berdosa besar ini," guman Mila.

"Kenapa?" tanya seseorang dari balik pintu ruangan Mila.

Suara berat itu mengagetkan Mila yang sedang kacau.

"Gak apa-apa," jawab Mila bohong. Dia menghindari tatapan mata Bara agar lelaki itu tidak tahu jika dirinya sedang berbohong.

Bara lalu berjalan mendekati Mila.

"Jangan bohong, aku tahu itu." Bara menatap mata Milaa yang hampir basah. Dia lalu meraih kepala wanita itu dan menenggelamkannya di dadanya. Mengelus pelan kepalanya dan menepuk-nepuk punggungnya.

"Semua akan baik-baik aja. Nggak ada yang perlu kamu khawatirin. Aku selalu ada buat kamu. Kamu nggak akan pernah sendirian," ucap Bara pada telinga Mila.

Mendengar hal itu hati Mila kembali hangat. Mungkin merupakan hal gila baginya hanya dengan mendengar suara lelaki itu bisa membuat hatinya tenang kembali. Sebenarnya kelebihan apa yang di miliki Bara sehingga mampu membuat wanita seperti Mila sampai berbuat sejauh ini?