webnovel

[13] Memberi Perkenalan

"Seberapa jauh kalian akan pergi berburu?"

"Yah, setidaknya kita harus memasuki bagian dalam, meskipun sudah tentu kita tidak dapat menyentuh bagian puncak yang terlarang."

Anung tidak bisa berhenti bertanya, "mengapa kalian harus berburu begitu dalam?"

Badu menjadi yang pertama menatapnya dengan penuh tanda tanya, "hei, Anung, mengapa kau menjadi begitu banyak berbicara hari ini? Kau tampak seperti mencemaskan sesuatu?"

"Mungkin dia cemas jika kita tidak sengaja bertemu dengan kekasih hatinya." Gurauan terdengar tidak jauh di depan, itu adalah Kane yang berbicara dengan senyum di wajahnya. Dia menambahkan kemudian, "aku ingat kita pernah bertemu Anung di hutan sedikit lebih dalam ketika dia menemui kekasihnya."

"Oh, benar!" Badu menepuk lengannya sendiri. "Saat itu Anung berdalih mencari kayu bakar. Yah, di hutan sedalam itu ... siapa yang percaya dia hanya ingin mencari kayu bakar."

"Aku benar-benar mencari kayu bakar saat itu!"

Kane dan Badu tertawa ketika mereka mendengarkan perkataannya.

Para pemuda di desa memutuskan untuk berburu di hutan yang lebih dalam kali ini, dan Anung selalu merasa gugup jika suatu ketika mereka tidak sengaja berpapasan dengan Aryasatya.

Dia masih tidak tahu harus melakukan apa jika mereka benar-benar bertemu manusia harimau itu, apakah dia harus membawa pihak lain melarikan diri, atau bertingkah seakan-akan mereka tidak pernah mengetahui satu sama lain.

"Oh! Anung!"

Ini jelas bukan suara Badu ataupun Kane! Anung yang tengah berjalan sambil menunduk dan menggerutu di dalam hatinya sendiri segera mengangkat kepalanya dan menemukan bahwa orang yang baru saja dia pikirkan sebenarnya berdiri di hadapannya.

Dia melihat Badu dan Kane yang menatap ke arah mereka berdua dengan penuh tanda tanya di wajah keduanya.

Kesialan macam apa ini?

"Kau ... apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya tanpa berpikir dua kali lantas meraih pergelangan tangan pihak lain.

Baiklah, berpura-pura untuk tidak saling mengenal jelas tidak bisa dipergunakan setelah apa yang dia lakukan. Tetapi, sungguh, mengapa orang ini bisa muncul di sini adalah sesuatu yang harus ia pertanyakan.

Berbanding terbalik dengan kegugupannya, Aryasatya justru berpaling ke arah dua orang lain yang masih diam dan menunggu Anung untuk menjelaskan. Dia memiliki lengkungan di sudut bibirnya yang segera meninggalkan jejak persahabatan di hati dua orang lainnya.

"Apakah kalian teman Anung?" Tanya Aryasatya dengan wajah cerah. "Sungguh kebetulan yang menyenangkan bertemu dengan kalian di sini."

Kane dan Badu saling bertukar pandangan, pada akhirnya Badu yang berbicara untuk menanggapi, "yah, kami teman satu desa dengan Anung. Sedangkan kau adalah?"

Aryasatya masih tersenyum, "aku juga teman Anung."

"Sepertinya kami belum pernah melihatmu sebelumnya."

"Yah, aku dari desa sebelah." Sahut Aryasatya dengan santai.

"Begitukah?" Kali ini, Kane yang mendesaknya. "Mengapa kau terasa begitu asing? Bahkan kami tidak pernah mendengar Anung mengatakan tentang dirimu sekalipun."

Pandangan ketiganya beralih kepada Anung yang masih menahan pergelangan Aryasatya di tangannya. Mau tidak mau dia memasang tampang bodoh di wajahnya, dia terlalu gugup dan tidak memiliki waktu luang untuk memikirkan salam perkenalan di antara para pria ini. Jadi, mengapa mereka semua menatap ke arahnya sekarang?

Aryasatya memiliki raut cemberut, bertingkah seakan-akan merajuk, "Anung, benarkah kau tidak pernah menceritakan aku kepada mereka? Mereka curiga aku memanfaatkan kepolosanmu untuk menjalin pertemanan di antara kita."

"Kita tidak ..." Anung linglung untuk sejenak. "Ah, begitukah? apakah aku tidak pernah menceritakan perihal Aryasatya sebelumnya? Itu mungkin aku yang pelupa."

"Jadi dia benar-benar temanmu? Murni seorang teman, bukan? Kane menegaskan sekali lagi.

Anung mengangguk dua kali, disusul dengan keluhan, "apakah aku pernah menjalin pertemanan tidak murni sebelumnya, huh?"

Badu tertawa mendengarkannya, "Um, kau belum melupakan pemuda dari ujung desa yang berteman untuk mendapatkan lebih banyak bantuan darimu, bukan? Kane bahkan memukul wajahnya sampai berdarah."

Sekelebat ingatan segera muncul di dalam kepalanya, membuat Anung mengangguk lagi. Orang itu tentu saja dia ingat, terutama karena Kane memukul dua gigi pihak lain sampai lepas.

Sebenarnya, perkara utama yang menjadi dalam kemarahan Kane adalah karena pada akhirnya, bahkan setelah niat pihak lain ditemukan, pemuda itu masih enggan mengatakan permintaan maaf, membuat Kane meradang dan memukulinya di tempat.

Tidak ada yang menyadarinya, ketika Anung termenung sambil menunduk itu, di sampingnya, Aryasatya salah memahami bahwa pihak lain sedang bersedih karena ingatan yang telah di singgung sebelumnya itu.

Seluruh tubuhnya segera menguarkan udara dingin. Sepertinya dia harus menemukan yang mana pemuda kurang ajar itu.

Anung tersadar karena rasa dingin yang merayap di lehernya, dia segera mengusapnya dan bergumam, "tidak biasanya udara begitu dingin, apakah sebentar lagi hujan akan turun?"

Badu ikut menimpali tidak jauh dari mereka, "hish, benar-benar dingin. Tetapi, kurasa ini karena kita bergerak terlalu dalam ke hutan, pohon-pohon lebih rapat daripada sebelumnya."

"Mengapa kita tidak membuat api unggun?" Usulan datang dari Aryasatya, sepertinya dia melupakan sebab musabab mengapa udara menjadi begitu dingin.

Remaja di sampingnya bingung, "untuk apa kita membuat api unggun di siang hari?"

"Karena kau kedinginan."

Baiklah, karena 'kau' bukan 'kalian' sudah jelas membuat Kane mengerutkan keningnya. Dia segera melangkah maju di antara mereka berdua dan berkata, "Anung, kau belum membiarkan kami saling mengenal?"

"Ah, ya, baiklah." Anung segera berbicara dengan gugup. Dia menunjuk pada pemuda di sampingnya, "Aryasatya, ini Kane dan tidak jauh dari kita itu adalah Badu, mereka teman baikku dari desa yang sama."

Aryasatya mengangguk dengan sungguh-sungguh. Tidak jauh dari mereka, Badu yang memeriksa busurnya juga mengangguk kepadanya. Hanya Kane yang membutuhkan beberapa saat sebelum ia juga mengangguk pada pihak lain.

Suasana tegang segera mereda setelahnya.

Aryasatya memutuskan untuk mengikuti mereka bertiga, sambil sesekali berbicara, "mengapa kalian pergi ke hutan begitu dalam?"

"Kami ingin berburu," sahut remaja di sebelahnya. "Sedangkan kau ... apa yang kau lakukan?"

"Aku mencari seseorang."

Anung memiliki perasaan tidak enak di dalam hatinya.

Badu menyela dari depan mereka, "oh ya, Aryasatya, siapa yang kau cari? Apakah itu juga kekasih yang di rahasiakan seperti Anung?"

"Aku tidak punya kekasih!" Teriak Anung.

Aryasatya melirik ke arah remaja yang bermuka masam itu sebelum menjawab pertanyaan dari Badu, "yah, aku mencari seseorang yang kusukai, hanya saja dia sepertinya tidak menyukaiku."

Remaja di sampingnya segera memiliki wajah yang merah padam.

"Mengapa dia berani tidak menyukaimu?" Badu bertanya lagi. Dia mengamati Aryasatya dari kepala hingga ujung kaki, "lihatlah wajahmu yang begitu rupawan, tubuhmu juga sangat baik, kau pandai berbicara. Ck, ck, wanita mana yang begitu buta untuk tidak menyukaimu?"

Aryasatya melirik Anung yang bertepatan dengan pihak lain menatapnya, "aku juga ingin bertanya mengapa dia tidak juga menyukaiku."

[To Be Continued]

Maaf untuk penundaan yang begitu lama.

Ann~

Hi_Annchicreators' thoughts