webnovel

B8 – Different Two

*****

"Tidak ke kantin?"

"Tidak, aku benar benar mengantuk."

Danica langsung menenggelamkan wajahnya karena matanya benar benar berat, semalam ia tidak tidur dengan nyenyak.

"Ra kau juga tidak ke kantin?" Raula hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tanpa dosa.

"Aku nitip kalian ya?"

"Aisshh menyebalkan sekali, baiklah seperti biasakan?"

"Hmmm…"

Chaca dan Adel langsung keluar dari kelas menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka tanpa memperdulikan dua orang yang memilih tidur di kelas yang ribut itu.

Danica ingin melupakan apapun itu masalahnya untuk hari ini, Danica ingin tenang sehari saja tanpa memikirkan sekecil apapun itu. Saat ia akan tenggelam dalam mimpinya ponsel yang bergetar pada mejanya membuat Danica membuka matanya lagi sembari menggeram kesal.

BaraBodoh : "Aku didepan, cepat ambil makananmu."

Setelah menerima pesan itu Danica langsung berdiri dari duduknya dan keluar kelas untuk menemui Bara, baru saja diambang pintu ia sudah melihat Bara berdiri disamping kelasnya dengan membawa sekotak makanan dan susu coklat kesukaan Danica.

"Nih, makan sampai habis. Aku harus segera kembali ke kelas." Danica langsung menerima makanan itu sembari tersenyum menatap Bara.

"Terimakasih Bar, makin lama makin baik deh. Ah iya ini uangnya tadi habis berapa?"

"Tidak perlu, ambil saja yang penting makan sampai habis. Udah aku kekelas dulu." Bara langsung pergi begitu saja meninggalkan Danica yang menatap dengan bingung lalu tersenyum karena uang sakunya tidak berkurang. Untung untung hari ini Bara sedang baik. Pikir Danica.

Danica langsung kembali kebangkunya dan meletakkan makan serta minumnya diatas meja lalu kembali menenggelamkan kepalanya berniat tidur sebentar sembari menunggu kedua temannya kembali.

Baru saja Bara berjalan menuruni tangga kedua teman Danica terlihat berjalan menaiki tangga untuk sampai dikelas, Bara berusaha untuk menghindar dan bersikap biasa saja tapi tatapan kedua teman Danica terlihat mematikan.

"Cha, bukankah itu Bara dari kelas IPS-5?"

"Sudah pasti dia, tapi kenapa dia bisa disini? Bukankah kelasnya ada diseberang."

Chaca dan Adel tampak berfikir kemungkinan apa yang membuat Bara sampai datang ke lantai tiga tempat anak IPA berada, siapa dari mereka yang tidak kenal dengan Bara mengingat teman mereka itu berteman sangat dekat dengan Bara.

"Ah tunggu." Keduanya langsung berhenti tepat setelah persimpangan kelas, Adel menatap Chaca dengan kerlingan menggoda dan mata yan berbinar membuat Chaca menatap temannya itu dengan bingung.

"Ada apa?"

"Bukankah dia temannya Danica. Jangan-jangan…"

Ucapan Adel tidak diteruskan karena keduaya langsung berlari masuk kekelas untuk segera memastikan sesuatu yang ada dalam pikiran keduanya.

Langkah keduanya terdengar sangat bersemangat hingga langkah Chaca terhenti dan melihat ada sekotak makanan dan juga sekotak susu kesukaan Danica.

"Bukankah fikiran kita sama Del?"

Tanpa menjawab bahkan sudah jelas jawabannya, Adel langsung berjalan menuju mejanya dan meletakkan makanannya lalu menepuk sedikit kasar bahu Danica membuat sang empu menggeram kesal.

Bahkan selama ini tidak ada yang berani melakukannya selain ketiga temannya itu, jelas sekali itu adalah hal yang sangat Danica benci. Tidurnya yang terganggu maupun cara membangunkan yang tampak mengejutkan, itu adalah kedua hal yang sangat membuat Danica marah.

"Apa apaan kalian."

"Jangan marah, eoh? Perasaanmu pasti sedang baik karena Bara baru saja dari sini."

Geraman kesal Danica terganti dengan ia yang terdiam kala mendengar nama Bara keluar begitu saja dari mulut Adel, bagaimana mereka tahu jika Bara dari sini.

"Ini dari Bara bukan? Kalian berteman atau apa sebenarnya."

"Udah ya Cha jangan ikut ngegosip, aku dan Bara itu cuman teman. Jangan berfikir macam-macam, ingat masih ada Dina oke."

"Aiisshh lupakan saja masalah wanita sihir itu."

"Husstt, dia masih kekasih Bara, Del."

Adel hanya memutar bola matanya malas membuat Danica menggelengkan kepalanya lalu Chaca membangunkan Raula untuk makan siang.

"Bangun Ra, waktunya makan."

*****

Jam berdetak begitu cepat, waktu berjalan seperti biasanya. Membosankan dan cukup cepat, Danica pun menatap kedua temannya dengan senyum mengembang.

"Nanti malem jangan lupa di Cascara Coffee jam 7 oke?"

"Ahh menyebalkan sekali aku tidak bisa ikut." Raula menggandeng lengan Danica dengan manja sembari mengerucutkan bibirnya kesal.

"Lain kali kita bisa keluar bersama lagi oke?"

"Aku akan datang setelah kau mengabariku, itu janjimu Ca."

"Hmmm…"

Danica dan ketiga temannya langsung berjalan meninggalkan sekolah menuju ke parkiran sembari tertawa dan bercanda bersama hingga langkah ketiganya ikut terhenti saat langkah Danica terhenti.

"Aku duluan ya guys, Belinda sudah menunggu. Dah."

"Hati-hati." Danica langsung berlari kearah Belinda dengan senyuman merekah lebar, melihat Belinda selalu membuat senyum pada bibir Danica terpatri dengan lebar.

"Hayo bengong aja, ayo pulang."

Danica langsung memeluk tubuh Belinda dengan gemas membuat sang empu terkejut dengan kehadiran Danica yang tiba-tiba. Belinda pun langsung menatap Danica dengan tajam lalu memukul pelan punggung tangan Danica yang masih betah dilehernya.

"Sialan kau Ca."

Danica hanya terkekeh pelan lalu melepaskan pelukannya dan langsung menarik Belinda untuk segera menuju ke halte bus agar mereka segera sampai di rumah karena Danica merasa hari ini sangat melelahkan.

****

Matahari telah terbenam dan terganti bulan serta bintang yang menerangi bumi, Danica pun sudah selesai bersiap siap dan akan segera menuju ke Cascara Coffee dimana teman-temannya sudah menunggu.

"Aku pergi dulu Kak."

"Jangan pulang malam-malam."

Danica hanya menjawabnya dengan deheman bahkan tanpa menghentikan langkahnya, ia pun langsung mengendarai motornya segera. Ia begitu menikmati angin malam yang menerpa tubuhnya hingga ia memarkirkan motornya dan menghembuskan nafasnya pelan sembari menatap bangunan simple itu dengan senyum tipisnya.

Malam yang bahkan terlihat sangat baik-baik saja setidaknya pada detik itu, masalah dalam hidup Danica ikut terbang bersama angin malam itu. Ia pun langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam dan matanya mencari keberadaan Chaca yang bahkan sudah ada disana dengan senyum andalannya.

"Sorry telat."

"Tidak masalah, pesan apa?"

"Tunggu Adel aja dulu. Ah iya aku lupa, aku harus mengabari Adel."

Danica langsung panik saat mengingat jika dirinya harus mengabari Adel jika sudah sampai di café dan memberitahu jika Adel harus segera datang, tapi tatapannya langsung berubah cemas dan bingung saat tidak menemukan apa yang sedang dia butuhkan.

"Ada apa?"

"Ponsel ku tertinggal di rumah, bisakah kau menghubungi Adel untuk segera datang?"

"Kebiasaan, kalau begitu pesenin dulu sembari menunggu Adel dateng."

Danica hanya menganggukkan kepalanya lalu melangkah menuju ketempat pemesanan, sedangkan Chaca mencoba mengirim pesan pada Adel jika Danica sudah datang.

"Bagaimana?" Chaca langsung menatap Danica yang sudah selesai memesan, Danica duduk dengan senyum tipisnya.

"Tunggu saja dia pasti akan segera datang."