webnovel

Bab 5. Hah?!

Hari kamis memang menyebalkan bagi Kamila. Pelajaran yang ia benci selalu di hari kamis dan di pelajaran ini ia harus berpasangan dengan seseorang yang menyebalkan hanya untuk sebuah tugas. Tidak ada yang menyebalkan bagi Kamila kecuali saat ini.

Aldi duduk di sampingnya dengan tenang, seolah saat guru tadi mengatakan mereka dipasangkan untuk berdiskusi bersama, reaksinya hanya biasa saja, mengangguk.

Cukup menyebalkan, bukan? Disaat Kamila dengan cepat menggelengkan kepalanya namun malah menerima tatapan tajam dari sang guru. Kini Kamila hanya bisa menghela napas lelah sembari menatap Aldi yang sibuk dengan ponselnya.

"Jadi...?" canggung Kamila yang membuat Aldi menolehkan perhatiannya.

"Hah?" balasnya bingung tanpa menatap Kamila.

"Kita disuruh jadi satu kelompok."

"Terus?" tanya Aldi terdengar tidak peduli.

Tangan Kamila mengepal di samping tubuhnya, ia amat kesal dan ingin sekali meletakkan tinjunya di muka cowok depannya ini.

Kamila mengambil napas sedalam-dalamnya sebelum menjelaskan, "Gimana diskusinya? Karena gue tahu ini bakal jadi pekerjaan rumah."

Aldi mengangguk lalu ber'oh' ria.

Kamila menutup matanya, mencoba menetralkan amarahnya yang sepertinya hendak meledak saat ini juga.

"Bukan 'oh' tapi gimana sekarang?!" kesal Kamila.

"Yaudah buat."

Jawaban simpel yang goblok menurut Kamila, ia tahu itu tapi bagaimana cara membuatnya jika hal itu dijadikan pekerjaan rumah dan disana harus ada diskusi dan kerja sama.

"Ck! Yaudah deh gue aja yang buat. Lo terima bersihnya aja!" ketus Kamila dan memutar tubuhnya kembali menghadap ke depan, membuat Aldi bingung dan terlihat tidak mengerti keadaan saat ini.

"Tapi itukan kerja kelompok, jadi gue harus kerja juga dong," balas Aldi membuat Kamila spontan menjentikkan tangannya di depan wajah Aldi.

"Itu yang gue omong dari tadi dan lo baru ngeh?" Kamila tidak percaya dengan apa yang ia hadapi kini.

Aldi meletakkan ponsel yang mengambil seluruh perhatiannya sedari tadi ke atas meja, lalu memusatkan perhatiannya pada Kamila. "Makanya kalo ngomong jangan ribet, to the point aja napa sih? Cewek suka banget kayak gitu."

Kamila menjadi sewot mendengar perkataan Aldi, "Lo nya aja yang gak bisa nangkep arah pembicaraan, selalu cewek disalahin."

Tidak kalah sewot dengan Kamila, Aldi membalas, "Nah kan! Cewek selalu benar, cowok selalu salah. Itu faktanya menurut lo yakan?!"

"Lah, kok bahas itu. Kan gue ngomongin kerjaan ini, suka banget sih cari ribut," ingat Kamila.

"Lah, emang gue yang salah, 'kan. Udah tau gue, paham."

Kamila melototkan matanya. "Serah ah!"

"Sialan," umpat Aldi yang terdengar oleh Kamila.

"Maksud lo apa?!"

"Apa?!"

"Maksud lo bilang kek gitu apa?!"

Aldi terlihat frustasi. "Bilang apa?" tanyanya.

"Lo ngomongin gue 'sialan' kan?!" mata Kamila melotot saat mengulang kata-katanya.

Dengan cepat Aldi menggeleng. "Gue nggak ngomongin lo."

"Lah tadi,"

Aldi mengedikkan bahunya seraya berkata santai, "Lo aja yang ngerasa."

"Gue nggak ngerasa, tuh!" balas Kamila yang menurut Aldi tidak ingin kalah dalam debat mulut ini.

"Terus napa lo sewot tadi?"

"Siapa?" tanya Kamila.

"Lo---" ucapan Aldi terpotong karena dengan cepat Kamila melanjutkan tambahan kata awalnya. "Nanya!"

"Bodo ah!" rutuk Aldi, ia juga sudah berdiri dan meminta izin pada guru untuk ke toilet. Kamila menatap Aldi sinis seiring tubuhnya tidak lagi terlihat oleh mata Kamila.

Aldi berjalan ke arah toilet. Ia masuk ke dalam salah satu kubu toilet dan mengeluarkan rokok dari kantung celananya, ia mulai membakar rokok itu dan menghirupnya. Untung saja ia menemukan toilet dalam keadaan sepi dan tentu saja itu karena saat ini sedang dalam jam pelajaran, memikirkan gadis di sampingnya dengan bacot yang luar biasa membuatnya sakit kepala.

Splash!

Aldi membatu, itu suara air dari kubu toilet di sampingnya. Dengan cepat Aldi mematikan rokoknya dengan memasukkan rokok itu kedalam lubang toilet lalu menyiramnya, membuat rokok itu tertelan lubang toilet. Aldi masih menunggu sampai seseorang itu pergi keluar dari toilet.

Clak!

Itu bunyi pintu, menandakan orang tersebut telah keluar. Aldi langsung keluar dari kubu toiletnya dan menemukan seorang cowok yang memberinya tatapan tajam dan sedang bersender di pintu toilet sebelahnya.

"Dilarang merokok di sekolah, lo nggak tau berapa poin yang bisa lo dapat dengan ngerokok?"

Aldi menatap cowok dihadapannya cuek. "Terus, lo mau apa? Ngadu? Yaudah lakuin aja," tantang Aldi ia kemudian berjalan menuju pintu keluar toilet.

Sebelum Aldi dapat keluar, cowok itu mencegah duluan dengan tangannya yang kini bersarang di pundak Aldi. Aldi membalikkan badannya, menatap cowok itu sinis.

"Lo Aldi?" tanya cowok itu.

Aldi membuang tangan yang berada di pundaknya itu dengan kasar, lalu menjawab ketus, "Iya, kenapa?"

"Gue Alfa, pacar Kamila," terang cowok--Alfa-itu.

Aldi sedikit mengernyit. Tujuan Alfa mengatakan itu apa? Karena baginya itu sama sekali tidak penting. Atau mungkin... Alfa takut dirinya akan merebut Kamila.

"Oh, terus masalahnya sama gue apa?" balas Aldi.

Alfa menatap mata Aldi dalam yang membuat Aldi kebingungan. "Jangan berani-beraninya lo deketin Kamila. Apalagi sampe bawa dia kepergaulan lo." Alfa memperingatkan Aldi dengan serius yang dibalas seringaian sinis milik Aldi.

"Bacot! Gak usah sok-sokan, lagian gue gak bakal deketin tuh cewek. Udah gila lu, mau sama cewek kek gituan. Udah ah! Gue mau pergi!"

Aldi berlalu meninggalkan Alfa yang sedari tadi mengepalkan tinjunya. Hal yang salah jika Aldi pikir ia akan diam saja.

Aldi memasuki ruangan kelas dengan tenang dan kembali duduk di samping Kamila. Matanya tanpa sengaja menyorot Kamila yang kini sedang menyalin catatan.

Pikiran Aldi berkelana, ia tahu jika Kamila akan menjadi boomerang untuknya jika ia terus dekat dengan gadis itu, untuk beberapa saat Aldi mulai menyesali duduk di samping Kamila.

Merasa diperhatikan, Kamila menatap cowok di sampingnya yang kini kelabakan saat ia tertangkap basah menatap dirinya. Kamila pun bersungut menjauh dari Aldi yang tadi bangkunya agak tengahan kini digesernya ke pinggir. Kamila merasa aneh diperhatikan seperti itu apalagi oleh Aldi yang notabenya musuh.

Aldi mengutuk dirinya yang menatap gadis itu lamat. Telinganya memerah tanda malu, bahkan ia tidak dapat fokus selama pelajaran karena sibuk memikirkan apa yang ada dipikiran gadis di sampingnya ini saat memergokinya menatap intens pada dirinya.

Satu hal yang Aldi takutkan, ia takut dituduh cabul atau mesum, tidak ada yang tahu pikiran gadis di sampingnya inikan apalagi Kamila tidak dapat ditebak.

Kamila bergerak seminimal mungkin agar Aldi tidak kembali menatap dirinya. Entah kenapa ia ingin melihat apa yang sedang Aldi lakukan saat ini, mungkinkah Aldi kembali menatapnya?

Tring!

Bunyi bel tanda pulang membuat Aldi sibuk membereskan bukunya. Ia memasukkan buku-buku yang ia keluarkan tapi tidak pernah ia baca kedalam tas.

Tiba-tiba Kamila mendekatkan bibirnya ke telinga Aldi lalu membisikkan, "Gue tau lo suka gue tapi, maaf. gue gak suka sama lo, jadi gak usah berpikir lo bisa jadi pacar gue."

Kamila langsung meninggalkan Aldi setelah memberikan beberapa tepukan di pundak Aldi dengan prihatin.

Aldi mematung.

"HAH!?" batin Aldi.