webnovel

Bonoki

Kisah ini berawal dari seorang pemuda labil bernama Juliet. Dia tak tau tentang jalan hidupnya. Namun semua itu berubah ketika ia membeli sebuah kalung kujang dari seorang pedagang misterius. Kisah ini semakin menarik ketika ia bertemu dengan Kirana Sang Ratu bangsa astral. Kehidupannya semakin berwarna, ketika bertemu dengan dua mahasiswi program pertukaran pelajar, yaitu Himiko dan Eliza. Kemudian ketiga gadis cantik dan jenius itu, memutuskan untuk melatih dan membantunya untuk mencari jati dirinya. Bagaimana kisahnya? Selamat membaca.

Tampan_Berani · สมัยใหม่
Not enough ratings
155 Chs

Nonton bareng Kirana

Tak terasa dua bulan telah berlalu, hasil ujian telah keluar. Sudah saatnya diriku melihat hasilnya. Ketika tengah malam aku melihat hasilnya, ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dari yang kemarin. Sungguh aku benar-benar kecewa melihatnya, padahal siang dan malam diriku fokus untuk belajar. Pada akhirnya kerja kerasku berakhir dengan sia-sia, sepertinya Sang Pencipta ingin menuntunku ke suatu tempat. Untuk mengurasi rasa kecewa, aku memutuskan untuk tidur. Keesokan harinya saat pagi hari aku menjaga toko. Selama berjaga aku melakukan kegiatan seperti biasa, selesai menyelesaikan tugasku, aku langsung berlatih menulis. Berbagai macam kertas, telah ku tulis dengan huruf hiragana termasuk buku kasbon.

Terkadang Papah merasa terganggu saat melihat tulisanku di buku kasbon. Terkadang aku merasa bersalah atas hal itu. Dua jam telah berlalu, kulihat waktu sudah menunjukan pukul tengah hari. Setelah ini seharusnya aku bergantian dengan mamahku, karena keluargaku sedang menghadiri acara pernikahan, terpaksa bagiku untuk menunggu hingga sore hari. Kulihat sejak tadi, kedua orang tuaku mondar-mandir mempersiapkan surat dan perbekalan di jalan. Untuk menghilangkan rasa jenuh, aku membuka salah satu situs anime. Setelah itu aku menontonya dengan ditemani berbagai macam cemilan. Tiba-tiba ada seorang wanita datang menghampiriku, spontan sebagai seorang pedagang aku harus melayaninya dengan baik.

Kulihat ia memakai kaos putih, rok floral, sneakers, jaket denim, sepatu dan kaos kaki putih. Dia memiliki rambut hitam panjang, yang menjulur ke bawah lalu ia memiliki kulit seputih salju. Saat kuperhatikan sepertinya aku mengenalnya, lalu aku pun teringat akan identitasnya. Rupanya wanita itu adalah Kirana, penampilannya membuatku tidak sempat mengenalinya. Dia terlihat seperti gadis yang berumur 20 tahun. Kemudian ia duduk di bangku panjang, lalu kedua tangannya berada di atas etalase, setelah itu pandangannya tertuju pada anime yang sedangku tonton. Lalu aku pun bertanya.

"Kirana sedang apa kamu kemari?"

"Hey bisakah kau berhenti bicara, jika ada orang lain yang melihatnya. Orang lain akan menganggamu gila loh.." ujarnya.

Tiba-tiba mamahku datang, lalu dia langsung mengambil cermin yang ada di dalam etalase. Kemudian mamah melihat ke arah tempat Kirana berdiri, lalu mamah menepuk pundakku dengan keras.

"Kamu nonton kartun terus, bukanya diladangin. Neng mau beli apa?" tanya mamahku.

"Oh enggak saya enggak beli.." jawabnya dengan kebingungan serta panik.

"Dia bukan pembeli mah, kenalin namanya Kirana teman semasa SMP" sambil menjulurkan tangan kanan ke arah Kirana.

"Salam kenal tante, maaf mengganggu" sambil mencium tangan.

"Kamu gimana sih, ada tamu bukannya dikasih teh gelas"

"Iyah mah" jawabku.

Setelah memberikan minum, mamah meminta Kirana untuk meminumnya. Kirana tampak kebingungan, dengan berinisiatif aku mencolokkan sedotan ke minumannya. Kemudian aku menyuruhnya untuk meminumnya, dengan terpaksa ia pun meminumnya. Ketika ia meminumnya, seketika mimik wajahnya berubah menjadi cerah ceria, lalu ia meminumnya sampai habis. Melihat hal itu mamah pun terheran-heran, padahal itu hanya minuman biasa tetapi kenapa, bersikap seperti itu. Lalu aku memberi seribu alasan agar mamahku tidak curiga. Lima menit kemudian, datanglah sebuah mobil Avansa hitam lalu keluargaku langsung memasuki mobil. Sebelum berangkat mamah meminta maaf kepada Kirana, karena ia tidak bisa menemaninya.

Lalu ketika keluargaku sudah berangkat, tingkahnya berubah seratus delapan puluh derajat. Dia mulai panik lalu melihat kesana kemari, seperti orang yang tersesat di hutan. Setelah itu dia terkejut, melihat bayanganya sendiri di bawah sinar matahari. Aku langsung menarik tangannya, lalu memintanya untuk duduk sambil menenangkan diri. Karena penasaran aku pun bertanya.

"Ada apa?"

"Kok ibumu bisa melihatku? Terus tadi kok ada bayangan?" ujarnya dengan panik.

"Mana aku tahu, bukannya kau sendiri yang menampakkan diri?"

"Aku tidak menampakkan wujudku di permukaan, seharusnya selain kamu tidak ada yang bisa melihat wujudku. Padahal aku baru saja mengluarkan 20% kesaktianku, agar muncul ke permukaan. Dan juga saya belum sempat menggunakan kalungmu" kata Kirana.

"Sudah tidak apa-apa, lain kali harus berhati-hati jika tidak ingin dilihat orang" saranku.

"Baiklah, sepertinya setelah ini aku akan menyelidikinya"

"Ngomong-ngomong ada apa kamu kemari?"

Keperluannya datang kemari adalah untuk menyelidiki, kejadian yang terjadi beberpa bulan yang lalu. Setelah insiden penyerangan yang dilakukan oleh makhluk itu, memakan korban jiwa. Kirana baru pertamakali merasakan hal seperti itu, sebab sejatinya bangsa Jin atau dedemit, tidak bisa musnahkan begitu saja. Bahkan makhluk itu dapat memangsa dedemit, hingga tak bersisa. Namun saat diselidiki, ternyata makhluk itu adalah temanya dari ras kuntilanak.

Dia bernama Rohatin, dulu dia sangat menentang sekali yang namanya pesugihan. Lalu dia sempat juga berkampanye siang dan malam, tentang hidup berdampingan dan berbagi kasih antar makhluk hidup. Gerakan itu didukung langsung oleh Kirana, dan hasilnya hampir 80% dedemit mulai mengikutinya. Berkat usahanya selama sepuluh tahun ke belakang, kampungku jarang sekali ada gangguan spiritual. Jika suatu saat terjadi, itu biasa dilakukan oleh para sekte pemuja Iblis. Menurut kabar burung yang beredar, semakin hari anggota sekte pemuja iblis semakin bertambah, bahkan ada manusia yang menjadi pengikutnya. Bangsa iblis itu sendiri berada di sebuah dimensi yang tidak diketahui. Untuk menyelidiki hal itu, Rohatin memutuskan untuk mengembara seorang diri.

Sebelum pergi Kirana menitip pesan kepada Rohatin, jika terjadi sesuatu segeralah kembali. Namun ketika ia muncul kembali, dia berbeda dari yang sebelumnya. Dan sekarang dia mati dalam keadaan mengenaskan. Mendengar hal itu, aku merasa bersalah sebab makhluk yang aku bunuh adalah sahabatnya sendiri. Kirana memaklumi atas tindakanku itu, bahkan dia berterimakasih kepadaku. Berkat jasaku para dedemit diwilayah kerajaannya, mengenalku sebagai seorang pahlawan. Mereka berjanji tidak mengusik, menghormati dan melindungi tujuh keturunanku. Lalu aku berkata.

"Mereka terlalu berlebihan, lagipula aku melakukan hal ini karena tidak sengaja"

"Meskipun begitu jasamu itu besar, jadi menurutku terima saja. Rakyatku tidak sepenuhnya makhluk jahat kok" ujarnya.

"Yasudah terserah.."

"Ngomong-ngomong soal insiden itu, apa kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi? Dan bagaimana ia bisa menjadi makhluk seperti itu?" tanya Kirana.

"Gue juga enggak tahu, yang pasti adikku sering diganggu. Lalu aku tidur dan bermimpi seperti itu, dan aku tidak menyangka bisa terjadi hal seperti itu"

"Begitu yah, tapi jika kau tahu sesuatu cepat beritahu aku"

"Ok, baiklah"

Selesai berbincang, kami pun melanjutkan menonton anime di balik layar monitor. Anime yang sedangku tonton hari ini adalah "School dxd". Kulihat Kirana sangat menikmatinya, aku merasa tidak enak lalu mengajaknya, untuk masuk ke dalam dan duduk disampingku. Kirana pun menolaknya, dia merasa nyaman dengan posisi duduknya, meskipun dia harus melihatnya dengan sedikit menyamping. Tak terasa sudah tiga episode sudah kami tonton, kulihat dia tak henti-henti menikmati cemilan yang aku berikan. Sebab ia baru pertamakali merasakan makanan manusia, biasanya di kerajaan dia hanya memakan daging, sayur dan buah. Menurutnya memakan hal seperti itu secara berulang, terasa sangat membosankan. Lalu ia pun bertanya.

"Ara-ara, rupanya kamu menyukai genere yang seperti itu" godanya.

"Berisik, semua laki-laki menyukainya tahu" ujarku dengan wajah memerah.

"Apa tidak masalah nonton anime yang seperti itu, di tempat terbuka?"

"Santai lagi, lagian mereka tidak akan melihatnya" kataku.

"Ya ampun, percaya diri sekali. Oh iya dari dulu aku penasaran, apa bedanya anime dengan kartun?"

"Menurutku anime dan kartun adalah gambar yang bergerak. Tetapi ada yang membedakan antara anime dan kartun, yaitu serial ceritanya. Anime memiliki variasi cerita, sedangkan kartun lebih kepada selipan humor sehari-hari. Maka kartun lebih cocok untuk anak-anak. Ya masa anak TK, misalkan disuguhi tontonan seperti anime School dxd. Gak mungkinlah, nanti yang ada mereka berubah jadi bocah mesum" ujarku.

"Ha.ha.ha kamu benar, bahaya juga yah. Hmm.. sekarang aku paham. Denger-denger kamu rencananya mau kuliah, mau kuliah dimana?"

"Pengennya sih di Universitas Pajajaran, karena tidak lulus ujian rencananya mau kuliah di Bekasi, masuk Universitas Sayuti Melik"

"Hmm Bekasi yah, boleh aku ikut denganmu?"

"Hah ngapain?"

Kemudian ia menjelaskan semuanya, rupanya alasan dirinya untuk mengikutiku tak lain adalah menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Dia berharap bisa menemukan sesuatu, jika dirinya ikut denganku. Tetapi bukan itu tujuan sebenarnya, melainkan keluar dari istana sebab sudah bertahun-tahun ia berada disana, sehingga dia merasa bosan dan ingin keluar untuk melihat hal baru. Dia berjanji kepadaku, bahwa dirinya tidak akan ikut campur, kecuali aku yang memintanya. Lalu dia juga berjanji tidak akan mengganggu privasiku. Kemudian aku mengijinkannya, lagipula ia bukanlah makhluk jahat. Tak terasa hari sudah menjelang sore, selesai menonton anime dia pamit untuk pulang. Sebelum pulang dia sekali lagi ia mengucapkan terimakasih kepadaku, lalu dia memberitahuku jika terjadi sesuatu, aku tinggal memanggil namanya.

Setelah memanggil namanya, spontan ia langsung muncul ke permukaan. Metode itu ia berikan khusus kepadaku, aku tidak terlalu menanggapinya. Sebab terlalu sering menggunakan jasanya bukan hal bagus. Disisi lain aku pun penasaran, mungkin kapan-kapan aku akan memanggilnya. Kemudian ketika suasana di jalan sedang sepi, ia pun menghilang dibalik butiran cahaya. Satu jam kemudian keluargaku sudah kembali pulang, kulihat wajahnya terlihat kelelahan. Lalu papahku langsung bersiap-siap untuk menutup warung, sedangkan aku masuk ke dalam rumah untuk beristirahat. Selesai makan malam, kedua orang tuaku bertanya mengenai Kirana. Mereka penasaran tentang dirinya, sebab ketika semasa sekolah diriku tidak pernah bercerita apapun kepada mereka. Apalagi mengenai hubungan percintaan. Lalu aku pun berkata.

"Sudah kubilang berkali-kali, dia itu cuman temen. Lagian lebay amat, gimana kalau bawa calon mantu" ujarku.

"Gimana sih ya, soalnya mamah baru pertama kali bawa cewek kerumah. Udah gitu cantik lagi kayak selebriti." ujar mamahku.

"Yasudah nanti kalau kuliah, kapan-kapan bawa temen cewek biar gak heboh" ujarku.

"Jul jadi kuliah di Bekasi?"

"Jadi pah, habis ini Juliet langsung siapin berkas-berkasnya"

"Kapan tesnya?"

"Dua minggu lagi, nanti tesnya harus disana langsung" kataku.

"Kalau begitu kamu persiapkan semuanya. Semoga kamu diterima" kata Papahku.

Selesai berbincang aku langsung memasuki kamar, lalu diriku langsung mempersiapkan segalanya, dan setelah itu aku pun tidur. Keesokan harinya aku mencari informasi tentang kampus. Kampus itu berada di Bekasi Timur, berjarak beberapa meter dari terminal. Lalu universitas ini didirikan pada tahun 1997, awalnya kampus ini adalah yayasan pemagangan ke Jepang. Lambat laun yayasan itu, telah berubah menjadi STBA (Sekolah Tinggi Bahasa Asing), sekolah itu hanya menyediakan dua jurusan yaitu Bahasa Jepang dan Inggris. Sekarang sekolah itu berubah menjadi Universitas Sayuti Melik. Universitas itu memiliki gedung fakultas, setiap gedung fakultas memiliki delapan lantai.

Enam fakultas itu antara lain, Fakultas Bahasa dan Seni, Ilmu Komunikasi, Hukum, Teknik, Teknologi dan Informatika dan terakhir Fakultas Pertanian. Meskipun kampus swasta, universitas namun kualitas kampus ini menyaingi UNPAD. Terkadang aku tidak yakin, apakah diriku bisa masuk ke dalam sana. Namun aku tetap optimis akan hal itu, sekarang aku harus fokus cara menghadapi ujian masuk. Rasanya aku tidak sabar untuk mengikuti seleksi tersebut, semoga kali ini aku bisa lulus. Dua minggu telah berlalu, sudah saatnya untuk menghadapi ujian. Segala keperluan telah aku siapkan, dimulai dari berkas hingga alat tulis. Setelah memastikan semuanya lengkap, aku pun mulai perjalananku ke sana.

Tiga jam telah berlalu, akhirnya aku bisa sampai dengan selamat. Untungnya aku berangkat dari rumah pukul lima pagi, sehingga diriku bisa sampai tepat waktu. Saat pertamakali aku melihat suasana kampus, hatiku mulai berdebar, lalu mataku tak behenti menatap sekitar. Diriku tidak percaya, bahwa aku bisa memasuki tempat sebagus ini seorang diri. Lalu aku memarkirkan kendaraanku, dibalik gerbang yang sudah diberi tanda oleh pihak kampus. Selesai memarkirkan motorku, aku mulai berjalan disebuah lorong. Sekilas lorong ini, mirip salah satu rumah sakit yang pernah aku singgahi. Setiap lorong menghubungkan, antara gedung fakultas satu dengan yang lainnya. Kulihat ada beberapa mahasiswa, berlalu-lalang sambil membawa buku.

Style baju yang mereka gunakan terlihat modis. Spontan aku melihat penampilanku, pada sebuah kaca disebuah ruangan. Rupanya aku merasa, bahwa style bajuku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka. Mungkin jika aku menjadi mahasiswa, penampilanku lambat laun akan berubah. Sekian lama mencari, akhirnya aku berhasil menemukan gedung fakultas bahasa dan seni. Kemudian aku memasuki ruangan yang tertera di peta. Saatku memasuki ruangan, rupanya ujian sudah dimulai sepuluh menit yang lalu. Aku langsung duduk di kursi yang paling depan, kulihat para peserta sibuk mengerjakan soal. Setelah panitia membagikan kertas soal dan jawaban, aku langsung mengerjakannya. Rupanya tes seleksi berbeda dari apa yang aku pelajari sebelumnya.

Ternyata ini hanyalah soal pengetahuan umum. Soal ini sangat mudah sehingga aku bisa menyelesaikannya dengan mudah. Tetapi ada satu soal yang mudah tetapi aku lupa jawabannya. Soal itu berisi, "Siapa presiden Amerika saat ini?". Lalu aku menjawab,"Micke Donal". Kemudian aku pun menahan tawa, lalu pergi ke depan untuk mengumpulkan kertas jawaban. Selesai mengikuti ujian aku langsung berjalan menuju parkiran, ditengah perjalanan aku teringat dengan soal itu, lalu aku menyesalinya ketika diriku teringat akan jawabannya. Tiga minggu telah berlalu, hasil tes telah keluar. Dan akhirnya setelah mengalami berbagai kegagalan, aku pun lulus. Senang rasanya bisa melihat hal itu, rasanya ingin sekali cepat-cepat untuk mengikuti ospek. Semoga lingkungan baru kali ini, diriku bisa menemukan jati diriku yang sebenarnya.