webnovel

Blur Happiness

Bahagia adalah setiap hak yang diimpikan oleh Individu. Setiap Kehidupan berhak memimpikan yang namanya Bahagia. Ananta, seorang gadis yang tumbuh tanpa pernah memikirkan Kebahagiaannya sendiri. Ia hanya berharap semua Orang Berbahagia meski dia tidak. Hingga satu saat ia bertemu dengan Pria bernama Metana yang mencintai Kebebasan. Saat itu Ananta ingin tahu Apa Kebahagiaan milik Metana. ... Pertemuan dua manusia yang tidak pernah menciptakan Bahagia untuk diri mereka sendiri. Yang satu hanya terus hidup dan Yang satu hanya berharap Kematian. ...

Metana_rin · แฟนตาซี
Not enough ratings
5 Chs

03 - Memo

07. "Apa kau melupakan sesuatu?" tanya Meta saat melihat Nata mengeluarkan semua isi tasnya. Nata melihatnya sebentar namun kemudian menghela nafas kesal.

"Aish sial aku melupakannya." umpat Nata lalu duduk di kursinya dan menelungkupkan wajahnya ke meja.

Meta hanya memperhatikan tingkah aneh Ananta.

Bel masuk berbunyi, setelah ini adalah pelajaran Sastra. Di Pelajaran Sastra wajib membawa Lembar Tugas, jika tidak membawa, Ibu Dira akan menghukum muridnya untuk membuat Review Novel pilihannya.

Dan sialnya Nata tidak membawa miliknya hari itu.

Beberapa anak kembali ke tempat duduknya dan beberapa baru masuk kelas.

"Kenapa?" tanya Sia pada Nata.

"Apa kau tidak membawa Lembar Tugas Sastra?" tebak Hana yang duduk di depannya bersama Rania.

Bila menengok ke belakang arah Nata.

"Sepertinya begitu." Rania menghela nafas prihatin.

Ibu Dira memasuki kelas dan menyapa.muridnya dengan ramah.

"Hari ini apakah masih ada yang melupakan membawa Lembar Tugas Wajib?" tanya Bu Dira memulai.

"Siapapun yang tidak bawa silahkan keluar." ucap Bu Dira.

Saat Nata berdiri, suara buku terjatuh disebelahnya.

Meta berjalan melewatinya.

"Saya tidak membawa bukunya." ucap Metana lalu mengisi absen yang disodorkan Bu Dira, dianggap Absen dan harus mengganti dengan hukuman seeperti biasa.

Nata mengambil buku milik Meta yang sengaja dijatuhkan.

"Oh bukumu tidak sengaja terbawa olehnya." ucap Sia menebak.

Nata tidak menjawab apapun, ia hanya melihat Meta berjalan keluar dari kelas.

Bila memperhatikan Nata yang menatap canggung punggung Meta.

'Sepertinya mereka berdua cukup dekat.' gumam Bila sambil tersenyum.

..

Nata mencari Meta seperti biasa dii Rooftoop sepulang sekolah. Pelajaran Sastra adalah Jam terakhir.

Nata menemukan Meta sedang tertidur dengan posisi nyamannya.

"Mengapa kau melakukannya?" tanya Nata sambil menaruh Lembar Tugas milik Meta di meja sebelah Meta.

Lelakii itu terganggu dan melihat Nata yang menatapnya bingung.

Meta beranjak duduk lalu memiringkan kepala menatap Nata.

"Bukankah yang kudengar harusnya kata 'Terimakasih' ?" sindir Meta sambil tersenyum meremehkan.

"Aku tidak meminta bantuanmu Metana." ucap Nata jengkel.

Hanya mengapa setiap berurusan dengan Metana, Nata akan selalu jengkel seperti ini?

"Ananta, apakah kamu benar-benar berpura-pura baik selama ini? menjadi gadis baik hati yang suka menolong tanpa pamrih, rela melakukan banyak hal demi membuat orang lain tidak memiliki masalah, namun kenapa jika aku yang membantumu, kamu jadi tidak suka?" tanya Metana membuat Nata memalingkan wajah.

Ia merasa Metana keterlaluan.

Tetapi, apa yang salah? mengapa jika Metana yang membantunya, Nata merasa sangat keberatan.

"Akan kukerjakan hukumanmu, sebagai ganti kata Terimakasih." ucap Nata lalu berbalik pergi.

Metana berdiri lalu menghadang jalannya.

"Ananta, seperti apakah aku dimatamu?" tanya Metana dengan nada rendah, mata Nata merasa panas saat mendengarkan pertanyaan Metana.

"Tidak ada yang ingin kukatakan." ucap Nata lalu mendorong Meta agar ia bisa jalan meninggalkan Metana.

...

08. Nata lari pagi di Komplek dekat Rumahnya.

"Aku mencarimu di Rumah." ucap Bila saat menemukannya dengan wajah berkeringat dan nafas tersengal.

"Kamu bisa menghubungiku jika ingin bertemu pagi ini." ucap Nata lalu berjalan berdampingan dengan Bila.

"Kau terlihat banyak berubah." ucap Bila.

"Apa maksudnya? aku biasa saja seperti Nata yang berteman denganmu selama ini." ucap Nata.

Bila tersenyum mendengarnya.

"Nata tidak pernah menunjukkam sifat dinginnya ke siapapun kecuali Nabila, tapi kini kamu juga menunjukkan sifat dinginmu pada Metana." ucap Bila menghentikan langkah Nata.

"Memang kenapa jika aku dingin padanya? apakah aku harus berpura-pura baik pada orang yang tidak baik? seperti padanya." tanya Nata menatap Bila.

Jika pada Bila, terkadang ada banyak perselisihan antara mereka hingga akhirnya Nata pun bersikap dingin saat gadis itu membuatnya marah.

Bila menunduk menghindar dari tatapan Nata.

"Padahal aku ingin meminta bantuan padamu untuk bisa mendekatkanku dengannya." ucap Bila lirih membuat Nata menghela nafas panjang.

Ia sangat benci melihat Bila menyedihkan di hadapannya.

"Apa yang membuatmu sangat menyukai Metana?" tanya Nata frustasi lalu meninggalkan Bila, Bila memandang punggung Nata yang mulai menjauh.

Nata tidak marah padanya, Nata hanya membenci obrolan tentang Metana.

Nata tidak benar-benar membenci Metana, ia hanya tidak mengerti mengapa Meta selalu sangat menganggu dirinya.

Nata tidak pernah menceritakan pada siapapun tentang Metana dan semua sikap menyebalkan baginya.

Bagaimana menyimpulkan sikap seorang Metana? Penuh kepura-puraan dan Nata membenci tipe seperti itu.

Meski di sekitar Nata sendiri juga banyak tipe wajah seperti Meta, di depan baik dan di belakang buruk, yang satu menjelekkan lainnya kemudian di lain waktu berkumpul satu sama lain menertawakan apa yang bisa ditertawakan bersama.

Meski tidak bisa membenci seperti dirinya membenci Metana, Nata tetap saja tidak menyukai.

Sedangkan terkadang Nata ada diantara kumpulan itu, dan sesungguhnya Nata merasa sakit dan bingung hanya mendengar saja dirinya merasa bersalah.

Metana tidak salah, Nata mungkin mengakui bahwa semua manusia munafik seperti kepercayaan Metana, dan mungkin itulah alasana Nata ingin menghindar dari Metana.

Melihat Metana, ia merasa Metana sangat menyedihkan. Sedangkan Metana adalah orang yang paling benci dikasihani.

Sifat mereka yang mirip satu sama lain membuat Nata kasihan pada dirinya sendiri sebanyak ia mengasihani Metana.

...

09. Metana membaca Memo yang diselipkan Nata pada Tugas untuk Hukuman.

'Apa yang bisa kukatakan? Maaf atau Terimakasih?

Pilihlah salah satu untuk kuucapkan. Kutunggu di tempat biasanya sepulang sekolah.' - N.

Metana menatap Memo itu untuk beberapa saat dan baru tersadar saat suara temannya memanggilnya.

"Metana." panggil Langit lalu menepuk bahu Meta.

Meta mengantongi Memo dari Nata.

"Hoi." sapa balik Meta.

"Nanti balik bareng yah." ucap Langit sambil berjalan di samping Meta.

"Aku ada urusan penting, kamu bareng lainnya lah." ucap Metana menolak, ia akan menemui Nata nanti.

"Yah, ada urusan apa sih?" tanya Langit kepo.

"Pokoknya ada." ucap Meta sambil tersenyum.

Metana, si lelaki buruk yang dingin dan jarang tersenyum, yang ucapannya sering menyakiti dan sikapnya yang tak pernah perduli pada siapapun.

Kini bisa tersenyum hanya karena secarik Memo dari seorang Ananta.

.

Nata menunggu Meta sambil minum Susu Kotak dingin. Ia membawa satu lainnya untuk Metana.

"Mengapa harus menemuiku disini?" tanya Meta yang baru datang.

Nata tersenyum mendengarnya.

"Bukankah ini tempat kesukaanmu." ucap Nata lalu berjalan menuju Meta dan menyodorkan sebuah Kotak Susu, Meta melihatnya dan hanya diam.

"Ambillah, ini untukmu." ucap Nata, Meta menerima pemberian Nata.

"Apa yang ingin kau dengar? Maaf atau Terimakasih?" tanya Nata masih menatap Meta dengan senyuman.

Meta membuka kotak susunya dan meminumnya, dia tidak menyadari Nata berhenti tersenyum saat menatap tangan Meta sebelah kiri.

Ia kembali menatap Meta yang sudah menghabiskan susu kotak pemberian Nata.

"Menurutmu apa yang sangat ingin kudengar Ananta?" tanya Meta dengan serius.

Dia menatap mata Ananta.

Entah apa ia berharap Ananta tahu apa kata yang paling ingin didengar oleh dirinya.

"Terimakasih Metana." ucap Nata dengan sungguh-sungguh.

Metana mendengus sebal.

"Kau salah menebak." ejek Meta lalu berbalik hendak meninggalkan Ananta namun terhenti oleh lanjutan kata yang Nata maksudkan.

"Terimakasih karena masih hidup Metana." lirih Nata.

Degup jantung Metana berpacu cepat, sialan, kalimat itu sangat sialan.

Meta hanya membuang kotak susu dengan kasar lalu berbalik dan mendorong Nata sampai ke tembok.

"Omong kosong apa yang kamu maksudkan?" tanya Meta dengan marah.

"Bekas sayatan itu, aku mengucapkan terimakasih karena tidak mati." Nata mendorong tubuh Meta lalu pergi meninggalkan Metana yang terdiam sambil memandang bekas sayatan yang dimaksud Nata.

Lelaki yang hidupnya terasa hampa, yang ia inginkan hanyalah kematian cepat mendatanginya. Lelaki yang tidak punya harapan apapun dalam hidupnya, dan lelaki itu bernama Metana Bilu.

...

Tbc