webnovel

Blood King Husband

Sebuah pertemuan yang tidak terduga terjadi di sebuah club' malam. Pertemuan yang begitu mengesankan sampai terbayang dalam pikiran. Dialah seorang pria yang sangat tampan dan selalu mendapatkan pujian dari banyak orang. Ia tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis berparas cantik, tapi sedikit keras kepala. Pertemuan itu sampai menyatukan dua insan yang belum sama sekali saling mengenal. Seorang pria bernama Sean langsung mengklaim bahwa gadis yang ia temui harus menjadi miliknya tanpa terkecuali. Kisah cinta pun dimulai sampai kejenjang pernikahan, tapi siapa sangka ditengah pernikahan Sean harus kembali untuk menunaikan tugasnya demi kerajaannya, dan hanya ada dua pilihan memilih cinta atau kematian.

Meldy_Wita · แฟนตาซี
Not enough ratings
97 Chs

Penculikan

Sean bersama dengan Emanuel yang memang tidak begitu jauh dari tempat mereka memilih untuk kabur hingga hasilnya mereka berhasil masuk kedalam. Sedangkan Jacobs terus mengejar sampai di penghujung pintu gerbang dengan begitu kuat tubuhnya terpental jauh begitupun dengan pasukannya yang lain.

Emanuel bersama Sean menyaksikan mereka yang kesakitan karena terpental. Emanuel yang lebih jail justru menambah kekuatannya untuk menyerang Jacobs dari dalam. Sebuah sihir ia keluarkan sampai membuat Jacobs terpental lebih jauh dari sebelumnya.

"Emang enak! Rasain senjata makan Tuan! Makanya kalau mau ngajak perang itu bilang-bilang jangan main nyosor aja! Lo pikir lagi bagiin sembako bisa nyosor! Dasar cium tuh aspal!" ledek Emanuel sambil terus menertawai Jacobs bersama rombongannya.

"Woy! Lo kenapa jadi kaya emak-emak dari tadi ngomel terus," ucap Sean sembari menggelengkan kepalanya.

"Lah? Bentar deh masalahnya sama Lo kenapa? Oh ya gue bingung ya. Selama gue menjadi pengikut Lo baru kali ini kita kabur saat mau perang. Lo enggak lagi sakit 'kan? Atau tiba-tiba hilang kekuatan, enggak 'kan?" tanya Emanuel dengan penuh kebingungan.

"Yah enggaklah! Lagian kalau cuma lawan Jacobs mah kecil apalagi Clan dia lebih kecil dari gue," sahut Sean dengan angkuh.

"Terus yang jadi permasalahan buat Lo sampai kabur kaya tadi ngapain? Padahal gue udah siap-siap mau serang loh," tanya Emanuel kembali yang masih belum mengerti.

"Ya enggak apa-apa sih. Kalau tadi kita lawan Jacobs otomatis nih malam pertama gue gagal, terus nanti gue kecapean. Rugi dong gue nikah enggak bisa malam pertama," ungkap Sean dengan jawaban paling menakjubkan.

Emanuel memukul jidatnya sendiri saat mendengar jawab istimewa dari sahabatnya. "Astaga, mimpi apa gue bisa punya Yang Mulia sekalian sahabat kaya Lo. Ah sial! Mendingan gue pergi cari enak-enakan sama orang lain ketimbang gue denger ocehan enggak berguna dari Lo ini."

Sean tertawa melihat Emanuel terus menggelengkan kepalanya sembari pergi meninggalkannya sendirian yang terus menatap Jacobs di depan yang sedang kewalahan menunggu.

Sean dengan setia melihat Jacobs bangkit dari kekesalan. ia melihatnya dari dalam mansion-nya di balkon atas. Ia ingin memastikan agar Jacobs benar-benar pergi.

"Adikku, sudahlah lebih baik kembali pulang dan terima kekalahan kalian. Karena sampai kapanpun aku tidak akan bisa kamu kalahkan. Clan ku lebih tinggi darimu," ungkap Sean dengan berdiri tegap sembari melipatkan tangan di dadanya.

Jacobs bangun perlahan-lahan. "Aku bukan adikmu! Heuh sebelum kamu merasa terlalu tinggi ku pastikan aku pasti bisa membunuhmu dengan tanganku sendiri lalu merampas Quiena menjadi milikku! Ingat Sean Kingston! Jika kekuasaan bisa ku taklukkan darimu maka apapun yang akan ku inginkan darimu akan segera ku dapatkan!"

"Benar-benar kamu adik yang begitu keras kepala. Aku sengaja memberimu singgasana lalu sekarang kamu justru merasa di atas dengan menentang ku. Jangan lupa satu hal, Jacobs. Bahwa aku adalah penguasa dari seluruh Clan vampire. Meskipun aku tidak lagi menduduki singgasana bukan berarti kekuasaan ku hilang! Saat aku di nobatkan menjadi Raja. Dewa langit telah memberikan aku anugerah agar tidak mudah di taklukkan. Jadi, buang semua impianmu untuk membunuhku apalagi merebut istriku! Ah sudahlah terlalu banyak bicara di depanmu membuat tenggorokanku kering. Bye ... Adikku yang malang. Pulanglah dengan hati-hati," ungkap Sean sembari meledeknya dengan tersenyum tersungging.

"Arrghh! Kau akan tetap mati di tanganku! Dan Quiena menjadi milikku," geram Jacobs dengan penuh amarah.

Jacobs terus memandangi Sean yang sedang berjalan pergi meninggalkannya. Namun, tiba-tiba Helen sebagai salah satu anak dari Potbolle, ratu penyihir yang telah mati. Ia melangkah mendekati Jacobs.

"Yang Mulia Raja, sebaiknya kita kembali apalagi melihat beberapa pasukan kita sedang terluka karena pelindung yang mereka buat. Lagipula tidak ada gunanya kita berdiam diri di sini, lebih baik kita menyusun rencana untuk menyerang kembali," ungkap Helen memberikan saran.

Jacobs mengangguk mengiyakan. Kemudian mereka benar-benar pergi dari tempat itu.

Di sisi lain. Lain halnya dengan Sean yang sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Quiena.

Di sisi lain, Edward memasuki kamar pengantin baru dengan diam-diam. Saat ia sedang menuju masuk kesana untuk niat yang tidak baik dengan cepat Squby langsung menghadang jalannya sebab Squby tahu jika tujuan Edward busuk.

"Meong ... Meong ...." Squby berlari dengan tatapan tajam serta mata yang sudah berubah menjadi merah darah sambil menancapkan kukunya.

"Dasar kucing sampah! Kau berani menghalangiku maka riwayatmu akan tinggal nama," geram Edward yang juga sudah berubah menjadi vampire.

Terjadilah perkelahian antara Squby dengan Edward. Di lain tempat Quiena mendengar keributan yang tidak jauh dari kamarnya. Ia pun penasaran lalu berlari untuk keluar. Tepat saat ia membuka pintu kamarnya tiba-tiba Squby terpental jauh dengan darah yang terus berceceran.

Quiena yang khawatir memandang Squby sudah terluka parah. Ia pun berlari secepat mungkin tapi, tiba-tiba sebuah tangan kekar berusaha merangkul tubuhnya hingga ia tidak bisa untuk melihat Squby yang sudah terbaring lemah.

Tetesan air matanya saat melihat kucing yang ia sayangi sedang membutuhkan pertolongan tapi, dia sendiri tidak bisa melakukan apapun bahkan untuk pergi memeluknya saja tidak bisa.

"Squby ... Bertahanlah, Nak. Mama akan selalu mendoakan mu dari jauh. Squby ...." Sekuat tenaga Quiena berteriak di dalam genggaman Edwar.

Lalu Quiena menatap Edward dengan tatapan ingin membunuh. "Kau pecundang! Hanya berani dengan seekor kucing. Heuh! Aku tidak akan mengampuni mu! Apa salah kucingku hingga kau mencelakainya?!"

Amuk Quiena dengan ganas sembari menarik rambut Edward dengan kuat tapi, saat Edward menatap Quiena, ia justru ketakutan sampai menelan ludahnya sendiri.

"Si-siapa kau sebenarnya?" tanya Quiena dengan gelagapan.

"Aku adalah penghisap darahmu. Aku akan menghisap daramu habis lalu menjadikanmu persembahan saat bulan purnama nanti. Setelah itu aku akan menyerahkan mu kepada tuanku, Jacobs. Ha ha ha!" ungkap Edward dengan terus tertawa bahagia.

J-ja-Jacobs? Siapa dia? Lalu apa hubungannya denganku?"

"Kau tidak perlu tahu, Quiena. Aku tahu darahmu begitu manis sampai Sean bisa tergila-gila denganmu. Meskipun begitu Sean sebenarnya tidak mencintaimu, dia hanya menginginkan darahmu juga ingin mengetahui siapa dirimu sebenarnya. Ha ha ha, sebaiknya kita pergi atau jika tidak maka kedua tikus sialan itu akan menghabisi ku," ungkap Edward.

"Aku tidak mau! Tidak mau ikut denganmu! Sean! Tolo-"

Ucapan Quiena terhenti saat Edward dengan sengaja menggumpal mulutnya dengan kain hingga Quiena tidak dapat bersuara.

Dengan cepat Edward pergi sembari menghilangkan penciuman yang bisa di telusuri oleh kaumnya juga. Edward berlari begitu cepat seperti badai dahsyat yang tidak bisa di kejar. Quiena yang berada di dalam pelukannya pusing bahkan hampir muntah saat merasakan ia di bawa lari seperti rasanya tenggelam di dalam lautan.