Sean Kingston kembali ke rumah sebelumnya setelah membawa Quiena pergi ke sebuah gua, namun di jalan pulang ia tidak sengaja berpapasan dengan Helena. Wanita itu dengan penuh senyuman sedang berusaha untuk mendekati Sean.
"Hai, Sean. Ternyata kita memang di takdir kan untuk bersama ya sampai kita bisa bertemu di sini, dan dunia manusia tidak buruk juga." Helena langsung mendekat sampai menyentuh dada bidang Sean dengan satu jarinya sembari tersenyum manis.
Sean hanya menatap dengan tajam kearah Helena. Ia berusaha melihat sejauh mana wanita itu akan bertingkah kepadanya. Melihat sikap Sean yang hanya terdiam sambil menatap membuat Helena semakin tidak segan. Bahkan wanita itu dengan sengaja lebih mendekatkan wajahnya hingga membuat Sean mundur dengan cepat.
"Enyah lah dari hadapanku." Suara yang pelan, namun mematikan. Tatapan tajam sampai warna mata berubah merah membuat Helena mundur dengan perlahan.
"Sean, kita ini akan menjadi pasangan yang abadi penguasa tanah iblis. Lalu kenapa kamu harus menjauh dariku? Kau adalah rajaku, dan aku permaisuri mu. Mendekat kemari, Sean. Aku akan mempersembahkan diriku hanya untukmu." Dengan raut wajah menggoda membuat Helena semakin terlihat cetar membahana.
Namun, Sean tidak sedikitpun tergoda dengan wanita iblis itu. Merasa membuang-buang waktu berada di sana membuat Sean berniat pergi, tapi ia tidak bisa membiarkan Helena untuk mengikuti ke mana arah jalannya.
"Jangan ikuti aku atau kamu akan kehilangan kepalamu itu." Ancaman itu sukses membuat Helena mundur, namun sayangnya Helena tidak benar-benar pergi melainkan wanita itu berusaha mengikuti pelan-pelan.
Akan tetapi, baru beberapa langkah Helena berjalan dan tiba-tiba saja Sean kini berada di belakangnya. Amarah yang telah membuat Sean murka ketika melihat Helena kini telah membuat Sean amat kesal. Dengan berlari cepat, Sean langsung memegangi kepala Helena. Berniat untuk mencabutnya, tapi sayangnya sebuah kekuatan yang entah datang dari mana membuat Sean terhempas jauh, dan membuat dia tidak dapat mencabut kepala Helena.
"Sial!"
Angin kencang membuat seisi hutan itu bergemuruh hingga Sean melihat ke sekelilingnya dengan perasaan cemas. Ia cemas jika sewaktu-waktu orang lain dapat menemukan Quiena. Sampai batinnya berkata. 'Jika aku langsung lari maka percuma saja pasti orang-orang ini tidak akan membiarkan aku pergi begitu saja, tapi aku juga tidak boleh melawan mereka di hutan ini.'
Sean memilih untuk pergi dan Helena bersama dengan yang tidak dikenal pun berusaha mengejar dirinya. Hingga Sean sampai di sebuah hutan yang jauh dari tempat gua Quiena berada. Ia berniat ingin menuntaskan semuanya di sini, namun sialnya di saat Sean ingin melawan Helena dengan orang tersebut, mereka berdua langsung menghilang sampai Sean berusaha mengejar dan mencari jejak keberadaan, namun tidak juga di temukan.
"Sial! Kenapa mereka harus menghilang?! Sepertinya ada yang berusaha membantu mereka," gumam Sean.
Akhirnya, Sean memilih untuk kembali ke rumahnya dengan cepat. Tiba di sana, ia langsung bergegas untuk menemui Emanuel, namun sialnya Emanuel masih saja bertapa, dan itu membuat Sean kesal. Tanpa menunggu lama, Sean langsung menghentikan acara pertapaan itu hingga membuat Emanuel langsung ambruk terjatuh dari tempat ketinggian.
Gagal sudah acara pertapaan Emanuel hingga membuat dia menatap dengan kesal kearah Sean. Ia mendekati Sean sampai mencekik leher temannya itu, meskipun cekikikan itu tidaklah kuat.
"Kenapa kamu harus mengganggu ku, Sean? Ini pertapaan penting dan kamu sudah menggagalkan semuanya," geram Emanuel.
Sean melepaskan tangan Emanuel dari lehernya dengan mudah, hanya perlu dengan satu tangannya saja. Ia pun menjawab. "Aku sudah membawa Quiena pergi. Jadi, aku minta tolong jaga dia sebelum aku kembali, itu pun jika aku bisa kembali. Karena malam bulan purnama hanya tinggal empat hari lagi."
"Jadi kamu membawa Quiena ke mana? Lalu aku harus apa supaya bisa menjaganya? Kau tahukan, jika kekuatan ku seorang tidak dapat melawan musuh dengan baik. Apalagi jika sampai Jacob tahu hal ini, dia pasti tidak akan tinggal diam. Apalagi dengan Edward, aku rasa Edward juga masih mengincar Quiena setelah dia gagal membuat persembahannya dulu. Harusnya kamu berpikir dulu sebelum membawa dia pergi, Sean." Emanuel tidak suka sampai membuat dia menentang keputusan Sean, meskipun ia tahu Sean adalah penguasa.
"Tapi aku sudah berpikir, Emanuel. Bahkan aku telah datang langsung ke kerajaan iblis supaya aku bisa bernegosiasi dengan raja sialan itu, tapi nyatanya tetap tidak. Dia bahkan hampir menghilangkan nyawaku, ditambah sekarang Helena dari kerajaan iblis juga sedang berkeliaran di hutan. Aku takut jika Helena tahu bahwa aku menyembunyikan Quiena di dalam gua yang kita pakai untuk melarikan diri ketika berperang dulu." Sean menjawab sampai membuat dia memegangi kepalanya yang terasa nyut-nyutan.
"Helena? Siapa dia?"
"Helena Putri Chuan Lin, dia akan dijadikan sebagai permaisuri ku nanti oleh Raja Lucifer, dan kamu pasti tahu kan kalau aku tidak akan sudi jika harus menjadi Helena sebagai permaisuri. Jadi, sekarang Emanuel. Kamu harus menemani Quiena di dalam gua bersama dengan Squby." Dengan raut wajah Sean penuh permohonan agar membuat Emanuel mau dengan permintaannya.
"Sean, tolong dengarkan aku dulu. Aku mau mau saja jika harus menjaga Quiena di dalam gua itu, tapi terlebih dahulu aku ingin memberitahukan kamu sesuatu. Yang pertama, aku mungkin tidak akan bisa mampu melawan seorang diri apalagi jika Jacob dan Edward mengganggu ditambah jika mereka membawa penyihir, itu benar-benar sulit, Sean. Dan kedua, aku takut jika terlalu lama bersama dengan istrimu, aku bisa menyukai dia. Aku ini vampir pria normal. Dua ketakutan yang aku takut dalam menyukainya, satu menyukai darahnya, dan satu aku takut jatuh cinta denhan Quiena. Meskipun sekarang aku bisa berjanji padamu, tapi jika nanti aku tidak tahu kedepan akan seperti apa."
Ketakutan yang dikatakan oleh Emanuel membuat Sean terdiam hingga menatap wajah temannya itu dengan kesal. Meskipun ia bisa mengambil kesimpulan bahwa semuanya bisa saja terjadi apalagi darah Quiena begitu manis, dan juga dengan tubuhnya.
Hal itu membuat Sean kembali berpikir sembari batinnya berkata. 'Ada benarnya juga yang dikatakan oleh Emanuel, memang aku tidak bisa membuat seseorang harus berjanji untuk tidak menyukai Quiena apalagi aku sendiri tahu bahwa pesona Quiena sangatlah tinggi, dan juga Emanuel juga vampir normal yang haus akan darah. Apalagi aku takut, jika aroma tubuh Quiena berganti menjadi aroma tubuh Emanuel. Sungguh aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri jika itu terjadi, dan bisa membuat Quiena menjadi milik Emanuel. Tapi, aku harus melakukan apa sekarang? Membiarkan Quiena bersama denganku di dalam gua juga akan membahayakan nyawanya.'