aku akui, kalau memang akulah yang memberikan disa sekotak bingsoo pisang kala sore itu saat ia datang ke cafe. namun, aku tidak tau kalau ia datang bersama teman-temannya. pada saat itu aku sedang berbaring dikamar asramaku, dan aku mendapatkan pesan dari ari.
'rif, gue ada di cafe bang ega. disini ada disa.'
satu pesan itu membuat ku yang semula berbaring menjadi duduk dan tersenyum. ada penyesalan yang harus aku rasakan karna tidak ikut bersama kedua temanku mengunjungi cafe bang ega. sebenarnya, bang ega adalah anak dari sahabat dekat bunda yang sudah aku kenal sejak kecil. bang ega memutuskan untuk merantau dan memulai bisnis kecil disini. dan saat aku tau cafe bang ega ada didekat sekolahku, aku berjanji padanya untuk sering berkunjung.
ari dan dito yang juga telah mengenal bang ega sebelumnya, ingin mengunjungi cafe kala sore itu. namun, aku menolak ikut karna aku sudah kesana bersama disa tadi siang. ari dan dito mengerti dan membiarkan ku beristirat dikamar. tapi siapa sangka, bahwa kedua temanku justru bertemu perempuan yang membuatku sangat tertarik itu. dengan perasaan senang, aku meminta bantuan ari untuk memesankan bingsoo pisang untuk disa.
tapi perkataan disa saat ini membuatku bingung dan tidak mengerti. ari dan dito tidak mengatakan apapun dan hanya berkata bahwa disa ada dicafe saat itu. mereka tidak mengatakan padaku bahwa dia sedang bersama teman-temannya. karna kalau mereka mengatakan itu padaku, aku tidak akan mengiriminya bingsoo pisang. alasannya adalah aku tidak ingin ia merasa tidak nyaman dihadapan teman-temannya.
"rif? beneran bukan kamu ya?" suara disa dan tepukan pelan darinya membuyarkan lamunanku. aku melihat ia sebentar dan berfikir sejenak apa yang harus aku katakan padanya.
"bukan, mungkin pesaingku." jawabku yang rupanya membuat disa terdiam. aku tersenyum samar. meskipun saat ini didalam kepalaku sedang penuh dengan tanda tanya.
"pesaing apa?" ia bertanya setelah beberapa lama hanya diam.
"mendapatkan perhatianmu." disa kembali terdiam. aku hanya mampu menyembunyikan senyumku. ya, kali ini jika kalian bertanya jenis perasaan apa yang aku punya untuk disa, aku akan dengan cepat menjawab, 'aku menyukainya'.
sebenarnya aku sedikit tidak senang saat mendengar ada seseorang yang juga tertarik pada disa. aku merasa tidak tenang dan perasaanku menjadi tidak karuan. namun jika kalian bertanya kenapa aku masih belum menyatakan perasaanku, aku hanya bisa diam seribu bahasa. karena aku juga tidak tau kenapa. yang aku mengerti, aku tidak ingin terburu-buru dengan perasaanku. untuk saat ini, aku hanya ingin menjadi seseorang yang mampu membuatnya merasa nyaman dan tersenyum. hanya itu saja, sudah cukup untukku.
mungkin suatu saat harapanku ini akan menjadi lebih besar dan pasti aku akan menginginkan sesuatu yang lebih, namun seperti kataku, seperti ini saja sudah cukup. aku hanya ingin disa tau bahwa aku merasa tertarik padanya, dan kubiarkan waktu dan semesta yang akan menuntunku mendapatkan jawaban dari perasaanku untuknya.
"kenapa kamu ingin mendapatkan perhatianku?" disa kembali bertanya.
"kalau kamu bertanya seperti itu, aku harus jawab apa ya? ada banyak alasan kenapa aku ingin mencuri perhatianmu."
"salah satunya?"
"aku ingin kamu juga mengenalku."
"loh, kan kita sudah kenal.." aku menggelengkan kepalaku.
"kamu kan hanya tau sekedar namaku. belum tau bagaimana aku yang sebenarnya."
"kalau itu kan, kamu tinggal cerita saja apa yang mau kamu kasih tau ke aku." aku memandang kedepan dengan tersenyum samar.
"bercerita tentang dirimu sendiri ke orang lain itu tidak semudah yang terlihat disa, kamu butuh kenyamanan dan kepercayaan untuk menceritakan semuanya. tapi saat ini, aku hanya mampu memberitahumu tentang namaku. ceritaku yang ingin kuberitaukan padamu, masih belum dapat aku ceritakan karna aku masih belum memiliki rasa percaya itu."
"jadi karna itu kamu ingin mengenalku dan ingin mendapatkan perhatianku?" aku mengangguk.
"perkataanmu membuatku jadi ingin lebih tau tentangmu."
"aku juga ingin menjadi seseorang yang seperti itu untukmu disa."
"untukku? maksudmu menjadi seseorang yang dapat aku percaya dan membuatku nyaman?" aku kembali mengangguk. ia tersenyum.
"kalau begitu, ayo kita lebih saling mengenal lagi." ia berkata sambil berdiri dan mengulurkan tangannya untukku. aku tertawa ringan dan menerima uluran tangannya.
"terimakasih disa." ujarku tulus.
"justru aku yang harus berterima kasih sama kamu. karna semua yang kamu lakukan untukku bisa membuat aku senang."
"syukur kalo kamu senang. itu berarti tujuanku tercapai." disa membalas dengan tertawa ringan.
"kita balik ke kelas yuk, 5 menit lagi udah bel masuk." katanya sambil melangkah didepanku. aku pun menahan tangannya.
"kenapa?" disa bertanya, aku pun melepaskan tanganku dan melihat sebentar kearahnya.
"setelah pulang sekolah, kamu mau tidak bertemu dipohon halaman belakang sekolah?" disa berfikir sebentar lalu menangguk.
"boleh." aku pun tersenyum mendengarnya.
entah apa yang aku fikirkan saat itu, aku hanya ingin menghabiskan waktu yang lama bersamanya. dengan adanya disa, mampu membuatku melupakan waktu yang harus aku lalui saat ini. aku seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktuku yang ada. selama aku bisa menemuinya, aku ingin selalu bersamanya.
sejujurnya, aku sudah memiliki rasa nyaman dan percaya pada disa. aku juga ingin menceritakan semua kisahku padanya. namun sayangnya aku tidak memiliki rasa kepercayaan diri. aku takut ia akan meninggalkanku jika ia tau semua tentangku. dunia kelamku, dunia yang aku tidak ingin siapapun tau. aku tidak ingin terlihat sebagai lelaki pecundang untuk disa. karna itu, aku masih membutuhkan waktu agar aku bisa menceritakan semuanya.
"semua itu emang butuh waktu rif, kalian kan baru kenal jadi gak mungkin langsung lo ceritain semuanya. yang mau gue kasih tau ke lo, kalo emang lo serius sama disa, lo gak boleh nyembunyiin apapun dari dia." itulah yang dikatakan ari saat ia pergi menemuiku setelah pulang dari cafe bang ega.
"gue tau itu berat rif, apalagi untuk seseorang yang gak terbuka kayak lo. tapi kita tau lo butuh sandaran yang emang bener-bener bisa memahami lo. dan kita sadar, kita aja gak cukup. disa itu perempuan yang baik rif, kita semua bisa liat itu. sifatnya dia yang sederhana dan ceria, meyakinkan gue kalau dia mampu ngehadepin masalah yang menimpa lo." dito ikut menanggapi sambil menepuk pelan pundakku.
"gue takut dia bakal sedih dan kecewa waktu denger semuanya.."
"buat sekarang, lo yakinin diri lo sendiri dulu. lo bisa percaya disa atau enggak. lo beneran suka disa atau cuma sekedar penasaran doang. semua itu butuh lo pikir dari sekarang sebelum lo menceritakan semuanya rif. gue gak mau lo malah nyakitin dia nantinya, karna nanti lo sendiri yang bakal kecewa sama diri lo sendiri."
"gue tau ri, tapi nyeritain semuanya gak semudah yang lo bayangin. gue beneran suka sama disa. gue percaya dia bakal ngertiin gue. tapi setiap kali kita saling bicara satu sama lain, mulut gue rasanya gak mau nyeritain semuanya. gue juga bingung.." kataku sambil mengacak rambutku frustasi.
"yang lo butuhin sekarang cuma waktu rif. lo cuma perlu waktu buat ngeyakinin diri lo sendiri kalau disa mampu menerima beban yang lo punya. dan disini gue yakin dia bisa." ujar dito meyakinkanku.
malam itu pun aku memutuskan untuk perlahan-lahan menceritakan semuanya pada disa. aku ingin lebih mengenalnya dan disa juga bisa lebih mengenalku. aku ingin ia tau ceritaku sampai pada cerita yang selama ini berusaha aku sembunyikan dari semua orang, dan aku menyadari kalau sebesar itulah aku menyukai perempuan penyuka susu pisang itu.