suasana cafe yang semula ramai seakan menjadi sunyi, karna mata disa yang menatapku begitu dalam. ia seakan ingin mengetahui semua yang ada difikiranku. karenanya, aku tak pernah bisa menatapnya lama-lama. jika menatap matanya terlalu lama, aku seperti akan bercerita padanya semua tentangku melalui mataku. tanpa menatap matanya, aku pun melanjutkan ceritaku yang ingin didengarnya.
sejujurnya, aku tak pernah sekalipun ingin menyembunyikan siapa aku pada disa. saat kami dihukum berdua, aku ingin mengatakan bahwa aku laki-laki yang memberinya susu pada malam hari itu. tapi lagi-lagi mulutku seperti terkunci, tak keluar sepatah kata pun padanya.
pada akhirnya, saat istirahat tiba, aku melihat ia dan teman laki-laki nya menuju kantin umum. aku pun segera memaksa ari dan dito untuk menemaniku mengikuti disa. untung saja, mereka mengerti maksud ku tanpa banyak bertanya.
sebenarnya ari dan dito adalah orang pertama yang mengetahui bahwa aku tertarik pada disa.
tanggapan mereka berdua saat tahu bahwa aku tertarik pada perempuan yang tidak aku kenal sama saja. mereka berpendapat bahwa jika aku tidak mencarinya, sampai kapanpun juga aku tidak akan pernah bisa mengenalnya.
"lo tuh sama aja kayak ngejar layangan putus rif, gak bakalan dapet kalo lo gak ngejar duluan. cari lah siapa dia sampe ketemu. kita siap bantuin kok." kata ari pada saat itu. namun, disisi lain dito berpendapat sedikit berbeda.
"gue sih mau bantuin, tapi sekolah kita itu siswanya gak cuma seratus dua ratus ri, udah beda jurusan, beda gedung pula. gimana mau ketemu? lo mau ngeliatin semua anak cewek satu-satu?" itulah yang dikatakan dito yang hanya kujawab dengan renungan dikepalaku.
namun siapa sangka, aku bertemu dengannya lagi dan sudah mengenal namanya. disinilah aku saat ini, berada dikantin mengikutinya, dan berdiri sedikit jauh darinya. aku pun meminta tolong pada ari untuk mendekat agar tau apa yang disa pesan. ketika disa pergi ke meja temannya, ari menghampiriku dan dito.
"dia pesen siomay sama es teh. niatnya sih dia mau beli susu pisang tapi gak ada." lapor ari padaku. aku pun berfikir sebentar.
"ri, bilang ke penjual siomay kalo mau ngasih siomay itu nunggu gue dulu ya. gue mau beli susu pisang dulu didepan." kataku sambil menepuk pelan pundak ari.
"dit ikut gue!" dengan terburu-buru aku menarik dito agar ia ikut berlari bersamaku. entah apa yang ingin ari katakan padaku, aku tidak begitu menghiraukan. karna saat ini yang ada difikiranku hanya satu, 'disa pasti sedih karna dikantin tidak menjual susu pisang.'
ketika aku dan dito sampai di gerbang depan, kami saling menatap karna keadaan yang tidak memungkinkan kami untuk pergi keluar.
"rif, ada pak satpam tuh. gimana mau keluar coba?" tanya dito yang aku sendiri juga tidak tau jawabannya. ayo berfikir rifza, berfikir..
"rif, gini aja deh. biar gue yang ngurus pak satpam. waktu bapaknya udah gak fokus ke arah gerbang, lo lari ya. cepetan tapi, jangan lama-lama. gue juga bingung ngajak ngobrol apa entar." usul dito yang langsung aku terima.
"thanks dit." dito hanya menjawab dengan menepuk pelan pundakku.
aku melihat dito yang berjalan kearah pos satpam. entah apa yang ia bicarakan, tapi setelah beberapa menit, akhirnya aku mendapat isyarat dari tangan dito yang menyuruhku untuk segera berlari. dengan sekuat tenaga, aku pun berlari menuju supermarket yang terlihat sangat baru karena telah direnovasi.
ketika sampai di supermarket, aku pun membeli dua kotak susu pisang. setelah membayar, aku pun segera berlari kembali. namun saat sampai digerbang, betapa terkejutnya aku saat melihat kedua temanku dihukum oleh pak satpam. 'apa yang sebenarnya terjadi?'
karna keadaan gerbang yang terbuka, dengan nekat aku kembali berlari melewati kedua temanku yang sepertinya sedang dihukum push up. saat pak satpam mengetahui bahwa aku sempat kabur keluar, alhasil ia pun mengejarku. tapi beruntungnya aku mempunyai dua teman yang mengerti. ari dan dito dengan sigap menahannya untuk membiarkanku pergi.
akhirnya dengan nafas terengah-engah, aku menghampiri satya, ketua sekelasku yang berada dikursi lapangan dekat kantin umum. aku pun segera menghampirinya.
"sat, tolong kasih satu susu ini ke ibu penjual siomay ya. bilang aja yang tadi suruh nunggu dulu. oh iya, sekalian minta kertas kecil dong sat. punya gak?" kataku bertubi-tubi yang hanya dibalas tatapan bingung oleh laki-laki berkaca mata itu.
"kenapa gak lo sendiri aja sih yang ngasih?"
" gue lagi dikejar satpam sekarang. plis sat, bantuin gue." kataku sedikit memohon. satya pun mengambil catatan kecil dari sakunya dan memberiku pena. untung saja satya termasuk murid yang rajin dan akan selalu membawa pena dan kertas kecil disakunya.
setelah menulis, aku memberinya sekotak susu pisang. dan satu kotaknya lagi kumasukkan kedalam saku celanaku. tak lupa aku berterima kasih pada satya yang telah mau menolongku. lalu aku kembali kepos satpam dengan mendapatkan tatapan kesal dari bapak satpam dan seorang guru yang aku ketahui menjabat sebagai wakil kepala kesiswaan.
"sini kamu!" panggilnya saat aku berlari kearah pos satpam.
"kalian bertiga ini, baru hari pertama saja sudah cari masalah. mau apa kalian ini sebenarnya pakai pergi keluar sekolah? kan bisa izin dulu ada keperluan apa, ini kok malah kabur begitu saja." ujar bapak wakil kepala kesiswaan yang ternyata bernama 'pak zunairi'.
kami bertiga hanya diam sambil menundukkan kepala. sesungguhnya kami bertiga bukanlah anak nakal yang suka main kabur-kabur an. kalaupun dihukum, biasanya hanya karna tidak mengerjakan tugas atau telat pergi ke sekolah. sebatas itulah tingkat kenakalan kami. tapi entah kenapa, demi disa aku rela kabur dari sekolah hanya untuk memberinya sekotak susu pisang.
rasa bersalahku pada kedua temanku pun bermunculan. karna rasa ketertarikan ku pada seorang perempuan, mereka harus ikut dihukum bersamaku. namun aku tau, mereka memang tulus ingin membantuku.
"yasudah, karna hari ini masih hari pertama, kalian bapak hukum push up saja 100 kali. kalian berdua yang tadi baru melakukan 50 kali push up, lanjutkan saja sampai 100. jangan mencoba kabur ya, pak andi yang akan mengawasi kalian." kata pak zunairi yang langsung diambil alih oleh pak satpam yang ternyata bernama andi.
selesai dihukum, kami akhirnya bisa kembali ke kelas walau harus dengan basah keringat.
"gimana sat?" tanyaku pada satya saat aku sudah duduk dibangku ku.
"beres kok. udah gue kasih tadi." kata satya yang duduk didepanku.
"thanks ya." kataku yang hanya dibalas anggukan kepala olehnya.
"lo tadi kenapa jadi ikut dihukum sih ar?" tanyaku pada seseorang yang duduk disampingku.
"yah habisnya gue khawatir sama kalian berdua. jadinya langsung gue susulin. eh gak taunya malah kena hukum gara-gara pak satpam tau pas ada murid lari ke supermarket dan si dito ngehalangin gitu. ya gue bantuin aja" ari menjelaskan.
"dan sialnya, malah pak zunairi juga ikutan dateng karna kita bikin ribut." timpal dito yang duduk dibelakang ku.
"sorry deh, kalian jadi kena hukum." kataku yang justru dibalas tawaan oleh mereka.
"apaan sih lo rif, geli banget deh. pake sok sorry sorry segala. santai bro. temen kita lagi kasmaran begini masak kita gak bantuin, ya gak dit?"
"yo'i. eh tapi rif, gue ada ide deh. lo kan berkeinginan banget ngenalin diri lo ke disa, mending lo samperin dia sambil bawa hoodie biru langit sama susu pisang. siapa tau dia langsung inget, kalo ternyata cowok malem itu elo." usul dito yang membuatku harus berfikir sebentar.
"gue gak yakin disa bakalan inget sama gue.."
"yang optimis dong bro. dia kan pada saat itu pasti penasaran juga siapa yang ngasih dia susu pisang. secara juga kan, pada saat itu kalian belum kenal. gue yakin dia masih inget." kata ari menyemangatiku.
"nanti kan pak budi si guru matematika gak masuk katanya. lo balik ke asrama dulu trus bawa hoodie lo itu. nah, lo tunggu dah si disa sepulang sekolah buat ngasih tau semuanya."
perkataan dito dan ari terus membuatku berfikir. bagaimana baiknya agar aku bisa memulai percakapanku dengan disa tanpa harus merasa canggung dan malu. pada akhirnya, aku pun mengikuti saran dito dan ari untuk kembali ke asrama terlebih dahulu dan membawa hoodie biru langitku.
karna kelas terakhirku tidak ada, aku pun segera pergi ke asrama dan menunggu disa. aku memilih untuk menunggunya dihalaman belakang sekolah agar tidak terlalu terlihat mencolok. sembari menunggu aku pun berbaring dibalik pohon besar yang sejuk. angin yang bersatu dengan alam membuatku merasa mengantuk. sampai akhirnya aku pun tertidur.
ringtone handphone membangunkanku. aku pun terkejut dan segera mengangkatnya, yang ternyata dari bundaku. beliau menanyakan bulan depan aku harus pulang untuk merayakan hari ulang tahunku. aku pun segera mengiyakan. kulihat, jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. sudah saatnya pulang. aku pun segera bangun untuk menemui disa.
dan lagi-lagi semesta mengejutkanku dengan sebuah pertemuan lainnya dengan disa. mungkin ia tau aku sudah tidak sabar bertemu dengannya. dia duduk disana sambil membaca komik conan yang aku tebak pasti ia gemar membaca.
dikala itu, yang aku fikirkan hanyalah satu hal, yaitu senyuman disa yang mampu membuatku senang hanya dengan melihatnya.
semesta, bolehkah jika aku berharap bisa menjadi salah satu alasannya?