Jawa timur, 2015
"dis, habis ini kita bakal ada upacara buat penyambutan siswa-siswi baru, jangan lupa atributnya yang lengkap." kata acha teman sekamarku sekaligus sahabat terbaikku sejak aku masih umur 6 tahun.
"iya, kamu udah ingetin berkali-kali cha.." jawabku mengiyakan.
"aku tunggu langsung dilapangan ya, soalnya mau nemuin kak gilang dulu.." ujar acha yang kujawab dengan anggukan kepala. acha memang sudah memberitahuku kalau dia tidak akan bisa berangkat bersama saat upacara, karna pagi sekali ia harus menemui kak gilang, kakak kandungnya. entahlah, kurasa ada urusan keluarga.
aku membuka lembaran baru masa putih abu-abuku disalah satu sekolah swasta terbaik di jawa timur. ditempat ini, yayasan menyediakan asrama khusus untuk kami para siswa-siswi yang bersekolah disini. yayasan ditempat aku belajar sekarang, memiliki gedung sendiri untuk setiap jurusan. aku dan acha mengambil jurusan bahasa, sama seperti kedua sahabat lelaki ku yang lain, alvin dan beni. kami memang selalu bersama sejak kami masih kecil.
kulihat waktu masih menunjukkan pukul 6.40, dan perjalanan dari asrama kelapangan, hanya membutuhkan waktu 10 menit. aku pun mulai bersiap-siap. saat sedang menata rambutku, aku pun mendengar telfonku berdering, kulihat nama 'alvin' disana.
"ada apa?" terdengar nafas terengah-engah dari seberang sana. mungkin alvin sedang berlari, tapi untuk apa?
"dis, cepet lari deh, ternyata upacaranya jam 7, bukan jam 8. acha udah aku telfon, cepetan ya!" baru saja aku ingin menjawab, alvin sudah menutup telfonnya. aku pun segera buru-buru menguncir rambutku dan segera berganti baju.
saat mengunci pintu kamarku, kulihat jam tanganku yang menunjukkan sekarang sudah jam 6.55, kenapa semuanya jadi kacau begini sih? padahal kan ini baru pertama masuk sekolah. hah, kesalahan fatal kalo aku sampai telat upacara.
aku pun segera berlari menuju lapangan sekolahku. tapi apa daya, karna memang aku telat, jadi aku tidak bisa memasuki lapangan dan harus berhenti didepan kakak seniorku. untung saja bukan cuma aku saja, masih ada 4 siswa yang juga datang terlambat.
"kalian yang telat, selesai upacara bersihkan halaman depan dan halaman belakang sekolah, setelah selesai, kalian baru bisa memasuki kelas kalian masing-masing. setelah selesai membersihkan, jangan lupa beri tau salah satu senior untuk memeriksa. mengerti?" ujar kakak senior yang aku rasa dia menjabat sebagai ketua osis disekolahku. kami pun mengiyakan dan menganggukkan kepala tanda mengerti.
"oke, kalian dibagi 2 kelompok ya, 3 orang membersihkan halaman depan karna disana lebih luas, dan dua orang lainnya membersihkan halaman belakang. kamu sama kamu, kalian bagian halaman belakang." kata kakak senior perempuan sambil menunjukku dan seorang anak laki-laki tinggi yang berdiri tidak jauh disampingku.
"baik kak." jawabku. setelah itu, aku pun segera pergi ke ruangan yang bertuliskan 'cleaning service' untuk meminjam sapu. kulihat dibelakangku anak lelaki itu berjalan mengikuti. setelah meminjam sapu, kami pun bergegas membersihkan halaman belakang sekolah.
"duh capeknya.." keluhku sambil duduk diatas kursi halaman belakang. kini waktu menunjukkan pukul 8, sudah saatnya aku harus memasuki kelas baruku. namun karna lelah, aku memutuskan duduk sebentar.
"kamu gak capek? kan udah bersih. sini duduk dulu." kataku pada anak lelaki tinggi itu. ia pun melihat ku sebentar dan memutuskan untuk duduk disampingku.
"kamu kenapa telat?" tanyaku. ia melihatku sebentar, lalu kembali menatap lurus kedepan. entah apa yang ada difikirannya.
"telat bangun" aku pun sedikit tersenyum dan mengulurkan tanganku.
"aku disa dari jurusan bahasa." ia pun menerima uluran tanganku.
"rifza, jurusan ipa."
"eh udah jam 8.10 nih, kita kan harus masuk kelas. yuk kita kembaliin sapunya.." sebelum aku menyelesaikan kalimatku, sapu yang ada ditanganku sudah direbut oleh rifza. aku pun menatapnya bingung.
"biar aku yang ngembalikan sapunya sama nemuin senior, kamu duluan aja ke kelas." katanya yang membuatku semakin heran.
"kenapa? emangnya gak papa ya? kamu kan juga harus masuk kelas?" ia menganggukkan kepalanya.
"gak papa, kamu duluan aja.." aku pun meninggalkan ia sendirian dan tak lupa kuucapkan terima kasih padanya.
saat sampai dikelas, kulihat teman-teman baruku masih asyik mengobrol, tanda guru belum memasuki kelas. aku pun bersyukur dan dengan senang hati memasuki kelasku yang baru. sayangnya, aku hanya satu kelas dengan alvin, acha dan beni berada dikelas yang berbeda.
"udah aku pesenin tempat duduk nih buat kamu." kata alvin sambil menepuk kursi yang ada disampingnya. aku pun tersenyum dan segera duduk disebelahnya.
"capek banget.." ujarku sambil menaruh kepalaku diatas meja.
"lagian, pake telat segala sih, kalo kamu tadi waktu aku telfon udah siap, pasti gak akan telat kan."
"duh berisik deh, diem!" keluhku sambil menaruh jariku dimulut.
"hai, kamu yang tadi dihukum karna telat ya?" tanya seorang anak perempuan yang duduk didepan ku.
"oh, hai. hehe iya.." jawabku sambil menegakkan kepalaku.
"aku rani." katanya sambil mengulurkan tangannya padaku.
"disa.." jawabku sambil tersenyum. tak lama kemudian, guru sekaligus wali kelasku, bu lia datang ke kelas. beliau menjelaskan aturan sekolah dan aturan kelas. tak lupa kami pun memilih pengurus kelas, yang entah kenapa aku yang hanya diam saja bisa dipilih menjadi seketaris. sungguh malangnya nasibku.
"kita mau ke kantin umum aja kan dis? males nih kalo cuma ke kantin jurusan, gak ada banyak pilihan makanannya. tadi acha juga bilang mau kesana." ujar alvin saat kami sudah memasuki jam istirahat. ucapan alvin pun membuatku sedikit berfikir, memang lebih baik kami pergi ke kantin umum yang memang lebih banyak menawarkan menu, daripada kantin jurusan yang hanya terdiri dari beberapa menu saja.
"oke deh, ayok." ajakku sambil berdiri. alvin pun mengikuti.
saat sampai dikantin, kami pun bertemu dengan acha dan beni yang sudah menyediakan tempat untuk kami.
"aku telfonin dari tadi kenapa gak diangkat sih? kan udah jam istirahat.." keluh beni yang membuatku dan alvin langsung memeriksa handphone kami.
"maaf deh, masih dalam mode senyap nih. tadi kita mampir kekantor wali kelas dulu soalnya." jawabku yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh beni dan acha.
"kalian pesen makan apa?" tanya acha.
"aku sih pesen bakso, si disa pesen siomay. gila ya tadi si disa masak nyari susu pisang disini, ya mana ada. kalo mau susu pisang ya disupermarket depan lah. ada-ada aja emang ini bocah." alvin pun menjawab dan langsung mendapatkan pukulan dariku. acha dan beni pun menertawakan ku.
"hahaha, dis dis, kamu kira sekolah kita serba ada semua apa? lagian masih sempet-sempetnya sih nyari susu pisang? stok di asramamu udah habis?" ujar beni sambil menggelengkan kepala dan tertawa. aku pun mengehela nafasku.
"hah.. iya udah habis, kemarin sih mau stok, tapi si acha gak mau nemenin." aku memang sangat suka dengan susu pisang, bahkan dalam sehari aku bisa menghabiskan 3 susu pisang. entahlah, ini sudah menjadi hal yang biasa untukku sejak aku masih ditaman kanak-kanak.
"lagian kamu kalo ngajak gak tau waktu, masak iya disa ngajakin cari susu pisang jam 10 malem? bisa-bisa asrama udah dikunci pas kita balik." acha pun membela diri. memang aturan asrama diyayasan sekolahku mengharuskan seluruh siswa-siswi untuk sudah memasuki asrama sebelum pukul 11 malam.
"yaudah, nanti habis pulang sekolah kita temenin cari susu pisang kesukaan kamu." kata alvin menengahi. aku pun mengiyakan dengan senang hati.
saat siomayku datang, ibu penjual membawakan pesananku dengan sekotak susu pisang favoritku. aku pun bingung, karna disini tidak ada yang jual susu pisang, dan lagi aku tidak memesannya.
"maaf bu, saya tidak pesan susu pisang ini.." kataku ramah. ibu itu tersenyum hangat sambil mengulurkan sebuah note kecil padaku. aku pun menerimanya dan membaca tulisan yang tertulis disana.
'senyum itu tidak boleh hilang hanya karna tidak ada susu pisang.'
ketiga temanku yang ikut membaca tulisan ini bersamaku, menjadi ikut penasaran siapa yang mengirimiku susu pisang ini. karna setauku, tidak ada yang tau aku menyukai susu pisang selain ketiga teman terbaikku ini. apalagi, kami masih siswa-siswi baru.
"siapa ya bu yang memberi disa susu pisang ini?" tanya beni mewakiliku.
"wah, saya tidak tau namanya mas, pokoknya masnya itu memakai kaca mata dan tidak terlalu tinggi." jawab ibu itu.
"yasudah, makasih ya bu.." ibu kantin penjual siomay itu pun pamit untuk kembali menjual dagangannya.
"siapa coba anak cowok yang tau kamu suka minum susu pisang? apa temen kita dulu ya?" ujar alvin penasaran.
"gak tau, yang penting rejeki gak boleh ditolak, aku minum aja lah.." kataku sambil menyesap susu pisang itu.
dalam hatiku, aku juga bertanya-tanya siapa lelaki yang mengetahui aku suka susu pisang. karena setahuku, selain teman-teman terbaikku, hanya teman yang pernah satu sekolah denganku dulu yang mengetahui tentang hal ini. tapi menurut acha, teman-teman kami tidak ada yang bersekolah disini.
lalu siapa lelaki ini?