Setelah menghabiskan piscok sebanyak lima buah, dan bermain dengan tiga pasukan kucing berbulu, akhirnya mood May jadi lebih baik. Harusnya ia melihat buntelan bulu terlebih dahulu, baru ia mengeluarkan unek-uneknya. Setidaknya moodnya akan lebih stabil dan tak harus menghadiahi kakak iparnya lemparan sendok dan garpu.
Tentu saja May protes atas perlakuan kakak iparnya yang tak mengatakan jika di apartemen sedang ada kucing, dan dengan entengnya Arche menyalahkan May yang tak bertanya. Sang adik ipar itu tahu jika kakak iparnya memiliki kucing, tapi karena suasana apartemen yang sunyi senyap, ia pikir mereka sedang tak di rumah.
Sangat disayangkan karena May tak bisa menikmati waktu bersama kucing berbulu putih itu lebih lama. Mau bagaimana lagi? Kakak iparnya itu harus kembali ke kantor jika tak ingin mendapat pemotongan gaji akibat terlambat absen siang.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com