Sepeninggalan Waslam dan Azwan, sepasang suami istri yang tengah duduk itu sama-sama diam. Pandangan sang istri hanya tertuju pada kaki suaminya yang masih di atas meja.
"Kenapa? Mau lihat?" tanya sang suami yang sadar jika sedari tadi istrinya memandang ke arah kakinya.
May langsung menggeleng cepat. "Hah? Nggak mau, ah! Ngeri!" tolaknya yang langsung memandang ke arah lain. Sejujurnya ia penasaran, tapi ia juga tak mau melihat. Bayangan luka-luka mengerikan menghantui pikirannya.
Galaksi memasang ekspresi sedih, sesedih anak kecil yang kehilangan permennya. "Yah ... " Lelaki itu mendesah pelan. "Padahal, gue berharap yang ngerawat luka gue itu lo. Tapi kalau lo aja nggak berani, nanti gue bawa ke rumah sakit aja biar---"
"Ah, aku bakal coba kok. Tapi lukanya nggak serem, kan?" ungkap May. Si istri hanya berharap jika luka yang dialami suaminya tak semengerikan yang ia bayangkan.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com