webnovel

Bestfriend With Too Much Benefits

Zoey Aretta Risty adalah seorang aktris terkenal berusia 27 tahun, semasa karirnya yang terus meroket dia memiliki sahabat yang selalu ada untuk mendukungnya. Sahabatnya sejak SMA. Seorang pria yang menghilangkan segala kepolosan Zoey, lebih tepatnya mereka bersama menghilangkan rasa penasaran dari kepolosan mereka menuju obsesi yang memuaskan. Jeffrey Keenan Abigail adalah direktur finance perusahaan property, pewaris tertinggi dalam perusahaan keluarga J Corp. Dirinya merupakan pria yang selalu dituntut untuk bisa lebih dari siapapun dan Zoey lah seseorang yang bisa membuatnya berada dalam kenyamanan. Jeffrey yang selalu dipilihkan jalan hidupnya oleh Ayahnya, murka. Bagaimana pun caranya kali ini Jeffrey tidak ingin menuruti Ayahnya. Jeffrey akan menentang sebuah perjodohan dari Ayahnya atas nama memperluas bisnis. Tentu dengan berbagai cara Jeffrey menentang Ayahnya, hingga ia memilih jalan yang tak terduga dengan mengajak Zoey untuk menikah dengannya. Selama bertemu dengan Jeffrey, apa yang dilakukannya tanpa disadari terus mengikuti Jeffrey. Apapun yang dilakukan, Zoey akan meminta pendapat dari Jeffrey termasuk mengambil keputusan dalam karirnya. Tetapi, kali ini jelas berbeda. Meski Zoey senang bermain dalam hubungan tapi jika menikah maka dia hanya ingin satu kali seumur hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Lalu, bagaimana sekarang dia disaat Jeffrey memberikannya pilihan seperti ini?

Namnam_Meow · สมจริง
เรตติ้งไม่พอ
17 Chs

Chapter 6 : Friends - F.R.I.E.N.D.S (3)

Sesaat setelah melihat meja Jeffrey sudah kosong, Zoey beranjak dari sofa.

"Kamu mau ke mana?" tanya Daniel.

"Aku mau ke toilet sebentar" jawab Zoey setelahnya melangkahkan kaki menuju lorong yang mengantarnya ke toilet.

Belum sampai depan toilet langkahnya sudah terhenti begitu melihat seseorang yang dikenalnya sedang bercumbu. Mata Zoey berputar malas melihat pemandangan itu, sudah bukan hal biasa lagi bagi Zoey melihat kelakukan temannya, Jeffrey.

Mendapat tatapan wanita yang sedang bersama Jeffrey, Zoey berbalik dan bersembunyi di balik dinding. Begitu sadar, Zoey menyesal untuk mengumpat. Kenapa kelihatannya dia jadi takut, padahal bisa saja lewat dan lanjut berjalan masuk ke toilet. Tapi, Zoey malah mengintip untuk memastikan kedua manusia yang sedang bercumbu di tempat umum itu sudah tidak ada.

"Kenapa gak jadi ke toilet?" Suara dari belakangnya lebih mengejutkan Zoey. Tubuhnya berbalik dan kepalanya bertemu dengan bahu keras milik Daniel, pria yang bersuara tadi.

"Eh, gak apa? Sakit gak?" Daniel bertanya khawatir menangkup wajah Zoey untuk ia lihat kening yang terbentu bahunya.

"Iya, gak apa, mmm, tadi aku mau masuk tapi—" Zoey sedikit menoleh untuk mengintip lagi. Masih ada. Helaan nafas keluar begitu saja dari mulut Zoey. Daniel yang penasaran ikut melihat kemana tadi Zoey mengintip.

"Kamu suka ya liat yang kaya gitu? Aku gak nyangka kamu suka ngintip orang lagi ciuman gitu" ucap Daniel yang mendapat pukulan di lengan dari Zoey.

"Aku bukan perempuan mesum ya! Lagian kenapa sih itu mereka ngelakuinnya di tempat umum. Gak tau malu banget" ucap Zoey bergerutu. Daniel tersenyum tipis, entah kenapa melihat Zoey bergerutu justru membuatnya gemas.

"Kita ke toiletnya nanti aja" ajak Daniel meraih tangan Zoey. "Kita?" Zoey menoleh dengan tatapan terkejut. Daniel terkekeh, ekspresi Zoey saat ini benar-benar lucu dan patut untuk ditertawai.

"Maksud aku, kamu ke toiletnya nanti aja dan aku antar kamu ke toilet. Okay?"

"Hmm, oke deh" Zoey melangkahkan kaki dengan tangannya yang bergandengan bersama Daniel. Harapannya malam ini tidak ada paparazi yang mengikuti aktivitas pribadinya. Zoey sedang menikmati dirinya sebagai warga biasa sekarang, dia tidak ingin dunia aktrinya menghancurkan kehidupan pribadinya sekarang.

Di luar bar, Dion membawa masuk Clarissa ke dalam mobil, setelahnya ia melajukan mobil menuju rumah Clarissa berada.

"Aku mau ke taman dulu" ucap Clarissa menyandarkan kepalanya pada jendela mobil. Dion menolehkan kepala karena terkejut Clarissa masih tersadar.

"Kamu gak apa? Bukannya lebih baik pulang?" Dion berkata dan Clarissa mencoba membuka matanya untuk menatap Dion. "Aku lagi mau menghirup udara malam" ucap Clarissa.

"Mm, Okay" Dion pun mengikuti keinginan Clarissa pergi ke taman terdekat. Sesampainya di sana Clarissa turun dan duduk di depan mobil Dion menghadap taman berbukif.

"Ini untuk kamu" ucap Dion datang dengan dua air mineral. Mungkin saja bisa menyegarkan mereka. "Makasih" ucap Clarissa menerima botol air dan langsung meneguknya. Ia merasa tenggorokannya sangat kering, padahal dia minum air alkohol sangat banyak.

Dion ikut duduk di sebelah Clarissa. Keduanya memandangi langit yang gelap di malam hari, hanya pantulan sinar bulan bersama dengan lampu mobil Dion menjadi pencahayaan di tempat mereka sekarang.

Clarissa perlahan meletakkan kepalanya di pundak Dion membuat pemiliknya menegang seketika. Dion hanya terdiam kaku membiarkan Clarissa bersandar di pundaknya.

"Jeffrey mengatakan tidak memiliki seseorang yang dicintainya tetapi, dia tetap tidak ingin menikah denganku" ucap Clarissa. Dion ingin menghela nafasnya mendengar Clarissa menyebut nama Jeffrey.

"Jeffrey bilang dia tidak ingin menikahi aku karena dia tidak ingin menyakiti aku. Memangnya seperti apa Jeffrey sekarang? Apa dia sangat berubah?" Clarissa bertanya mengangkat kepalanya dan menatap Dion dengan seksama, menunggu jawaban seperti apa yang diceritakan Dion tentang Jeffrey.

Dion masih memandang ke depan tanpa bersuara. Jarinya memainkan tutup botol yang ia putar-putar. Ada rasa kecewa dalam dirinya mendengar perkataan Clarissa. Seperti memberitahunya bahwa tidak ada kesempatan ataupun harapan bagi Dion untuk memasuki hati Clarissa.

"Kenapa kamu sangat menyukai Jeffrey?" Dion bertanya pada akhirnya menoleh pada Soojae.

"Aku menyukai kalian tapi, jika dengan Jeffrey, aku ingin memilikinya" ujar Clarissa menundukan kepala sambil memainkan kuku jari tangannya.

"Jeffrey lebih bebas dari yang kau lihat, dia bukan Jeffrey yang polos lagi. Jeffrey benar, dia akan menyakiti dirimu, kamu menyukai Jeffrey yang dulu bukan Jeffrey yang sekarang. Dia sudah dewasa dan sangat berbeda" ucap Dion.

"Jadi, menurut kamu aku lebih baik menolak perjodohan?"

Dion menggelengkan kepalanya. "Aku ingin mengembalikan Jeffrey yang dulu tetapi rasanya akan sulit. Dan kamu datang, satu hal yang membuatku ingin kalian bersama adalah aku berharap kehadiranmu bisa membuat Jeffrey lebih baik"

"Benarkah aku bisa mengubah Jeffrey? Aku rasa tidak, dia saja tidak dapat mengubah pikirannya untuk menyetujui perjodohan" Clarissa menundukan kepalanya melihat ke atas tanah dengan rerumputan menjalar.

"Hmm, memang tidak ada yang mengerti jalan pikiran Jeffrey. Kita lihat bagaimana kedepannya apa yang akan dia pilih. Aku harap kamu tidak terlalu sakit hati"

Clarissa menganggukkan kepalanya. "Aku paham. Lalu, bagaimana dengan dirimu? Kamu baik-baik saja jika aku dan Jeffrey dijodohkan?"

"Memangnya aku bisa berbuat apa selain menurut" ucap Dion memberikan tatapan sendu yang membuat Clarissa iba. Clarissa tahu bagaimana perjuangan Dion untuk bisa diterima dengan sempurna oleh keluarga Jeffrey dan perasaannya.

"Makasih ya sudah menemani aku" ucap Clarissa memeluk Dion dari samping. Pelukan Carissa memang mengejutkan untuk Dion tetapi, dia merasakan kehangatan dari pelukan itu, ketenangan muncul dalam hatinya saat tangan mungil Clarissa mengelus lengannya.

Clarissa bertanya seberapa berubah seorang Jeffrey? Seberapa liar dan bebasnya Jeffrey? Jika Clarissa melihat apa yang sedang terjadi sekarang dalam kamar hotel bernuansa putih dan emas, Dia akan paham bagaimana Jeffrey akan menyakitinya.

"I love your eyes, the way you look at me, it turn me on, darling" lembut sekali kalimat itu keluar dari mulut Jeffrey, suaranya serak dan rendah membuat suasana kamar hotel yang di sewanya ini semakin sensual.

Seorang wanita yang ditemuinya saat keluar bar tadi dibawa oleh Jeffrey dengan bualannya menuju kamar hotel berbintang lima. Dengan tatapan lugu namun, membara. Wanita di bawah rengkuhan Jeffrey itu memiliki mata coklat yang menatap langsung pada mata Jeffrey.

"What do you want, darling?" Jeffrey bertanya seraya menyingkirkan surai sang wanita ke belekang telinga. Dia mengambil tindakan tersebut untuk melihat wajah mempesona wanita di depannya.

"I want you with your love" ucap wanita tersebut.

"You can have me tonight, but, not love, darling" balas Jeffrey dengan senyuman menggoda, pandangan matanya turun dari mata pada benda kenyal dan merah. Jeffrey ingin segera merasakannya dan melahapnya.

"I have no mercy, tonight. So, be prepare" kalimat akhir itu dilontarkan oleh Jeffrey sebelum dirinya benar-benar melahap bibir tebal yang terasa manis itu, kenikmatan ada padanya malam ini.