webnovel

Bestfriend With Too Much Benefits

Zoey Aretta Risty adalah seorang aktris terkenal berusia 27 tahun, semasa karirnya yang terus meroket dia memiliki sahabat yang selalu ada untuk mendukungnya. Sahabatnya sejak SMA. Seorang pria yang menghilangkan segala kepolosan Zoey, lebih tepatnya mereka bersama menghilangkan rasa penasaran dari kepolosan mereka menuju obsesi yang memuaskan. Jeffrey Keenan Abigail adalah direktur finance perusahaan property, pewaris tertinggi dalam perusahaan keluarga J Corp. Dirinya merupakan pria yang selalu dituntut untuk bisa lebih dari siapapun dan Zoey lah seseorang yang bisa membuatnya berada dalam kenyamanan. Jeffrey yang selalu dipilihkan jalan hidupnya oleh Ayahnya, murka. Bagaimana pun caranya kali ini Jeffrey tidak ingin menuruti Ayahnya. Jeffrey akan menentang sebuah perjodohan dari Ayahnya atas nama memperluas bisnis. Tentu dengan berbagai cara Jeffrey menentang Ayahnya, hingga ia memilih jalan yang tak terduga dengan mengajak Zoey untuk menikah dengannya. Selama bertemu dengan Jeffrey, apa yang dilakukannya tanpa disadari terus mengikuti Jeffrey. Apapun yang dilakukan, Zoey akan meminta pendapat dari Jeffrey termasuk mengambil keputusan dalam karirnya. Tetapi, kali ini jelas berbeda. Meski Zoey senang bermain dalam hubungan tapi jika menikah maka dia hanya ingin satu kali seumur hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Lalu, bagaimana sekarang dia disaat Jeffrey memberikannya pilihan seperti ini?

Namnam_Meow · สมจริง
เรตติ้งไม่พอ
17 Chs

Chapter 4 : Friends - F.R.I.E.N.D.S (1)

Jeffrey segera pergi ke kantornya setelah mendapatkan hujaman telepon dari Dion. Sarapannya terganggu. Padahal dia sedang menikmati bubur buatan Zoey. Dirinya sekarang berhadapan dengan laptop dan beberapa lembaran kertas. Tangan kanannya memutar bulpoin memberikan tanda ketika dirinya sedang serius.

Begitu sampai di kantornya setelah bertemu klien, Dion melangkahkan kakinya menuju ruangan Jeffrey. Ia ingin memastikan bahwa adiknya itu benar berada di dalam ruangannya sesuai dengan apa yang dikatakan sekretarisnya. Dion mengetuk pintu terlebih dahulu kemudian melangkahkan kakinya masuk. Jeffrey yang sedang fokus pada berkasnya mengangkat kepala melirik Dion sebentar.

"Datang ingin memberikan kabar pada Papa?" Jeffrey bertanya. "Iya" balas Dion berdiri di depan meja Jeffrey. "Selain itu, gue udah mengatur ulang pertemuan makan malam bersama dengan keluarga Haris minggu depan, sesuai apa yang Papa perintahkan, tolong datang" ujar Dion.

"Hm" balas Jeffrey tetap fokus pada kertas bukan lawan bicaranya. "Minta maaf pada keluarga Haris dengan baik, mereka rekan bisnis kita. Clarissa juga akan lebih sering bertemu denganmu karena kerja sama kita untuk klien baru" ucap Dion memberikan surat kontrak kerja-sama pada Jeffrey.

Fokus Jeffrey kini beralih pada berkas yang baru saja diletakkan di meja oleh Dion. "Lo mau nolak atau tidak perjodohannya tetap aja lo akan lebih sering bertemu sama Clarisa" ucap Dion setelahnya melangkahkan kaki ke pintu sampai langkahnya terhenti oleh ucapan Jeffrey.

"Lo gak akan menghentikan perjodohan ini? Lo dulu juga suka kan sama Clarissa..lo gak mau mengambilnya?" Tanya Jeffrey.

Pertanyaan itu jelas membuat Dion menghentikan gerak tangannya di gagang pintu.

"Sejak dulu sampai sekarang pun gue gak akan bisa mengambil apa yang seharusnya jadi milik lo" ujar Dion tanpa menatap lawan bicaranya, Ia keluar dan menutup pintu ruangan Jeffrey.

Dion kembali ke ruangannya. Ia menutup pintu dengan keras menimbulkan bunyi. Dion melangkahkan kakinya menuju meja kerja, menyandarkan kepala di kepala kursi yang sedang ia duduki sekarang. Pertanyaan Jeffrey tadi membuat Dion merasa pusing di kepala. Ia memijat kecil pelipisnya.

"Kenapa dia perlu mengingatkannya" gumam Dion serasa menyisir surainya ke belakang. Dia menggelengkan kepalanya dan mencoba untuk fokus kembali pada pekerjaannya.

Pertemuan makan malam sudah tiba. Dion yang berada di rumahnya telah siap dengan tuxedonya yang rapi, dia melangkahkan kakinya turun dan melihat Hana sudah berdiri menunggu Jeremy yang sedang memasang dasi. Kali ini Dion harus ikut untuk memastikan Jeffrey datang. Jika tidak maka Dion akan menghajar Jeffrey nanti.

"Dion, bagaimana, kamu sudah menghubungi Jeffrey?" Hana bertanya menolehkan kepalanya pada Dion.

"Sudah, baru saja aku menghubunginya dan dia janji akan datang..sekarang dia berada di perjalanan" ucap Dion. "Terima kasih sayang" ucap Hana yang membuat hati Dion luluh mendapat ungkapan terima kasih bersamaan dengan elusan di rambut.

"Ayo kalau sudah siap semua" ujar Jeremy melangkahkan kakinya lebih dulu dan disusul oleh istri dan anak angkatnya untuk masuk ke dalam mobil mereka. Mobil yang sudah ada di depan rumah siap melaju dengan supir Jeremy.

Sesampainya mereka di tempat pertemuan. Dion memilih menunggu di depan restoran. Dia harus memastikan Jeffrey datang. Setelah menunggu beberapa menit yang ditemukan bukanlah Jeffrey melainkan Clarissa turun dari mobil pribadinya bersama dengan kedua orang tuanya.

Dion memberikan satu kali bungkuk hormat pada kedua orang tua Dion. "Eh ini Dion? Ya Ampun~ sudah besar sekali, kemarin kenapa kamu gak datang" ucap Amanda, Ibu Clarissa yang datang langsung memberikan pelukan pada Dion.

"Iya tante, Maaf, kemarin Dion masih ada kerjaan. Dion kangen banget sama tante" ucap Dion balas memeluk Amanda. Setelahnya Dion kembali membungkuk pada Haris yang balas menyapa dengan senyuman. "Sudah lama tidak bertemu" ucap Haris. "Iya, benar om udah berepa belas tahun ya" balas Dion.

"Kenapa gak masuk?" Clarissa bertanya.

"Oh, aku menunggu Jeffrey. Papa dan Mama sudah ada di dalam. Silahkan masuk saja Om dan Tante" ucap Dion mempersilahkan kedua orang tua Clarissa lewat.

"Sebelumnya maaf atas absennya Jeffrey di acara makan malam waktu lalu..aku mewakilinya benar-benar meminta maaf," lanjut Dion.

"Iya gak apa, kami mengerti hanya saja ekspektasi kami pada Jeffrey yang polos dulu masih ada. Dia sangat sopan dan ramah pada kami, dia juga sering mengajak Clarissa bermain. Tapi sekarang dia sudah dewasa dan kami jauh darinya pasti banyak yang berubah" ucap Haris menepuk pundak Dion seperti mengatakan 'Tidak apa'. Kemudian melangkahkan kakinya masuk sambil menuntun sang istri.

"Jeffrey tidak akan datang lagi kan? Aku sudah tahu pasti dia tidak datang. Saat pertama bertemu setalah sekian lama dia benar-benar berubah, aku sampai tidak mengenal Jeffrey yang kemarin adalah Jeffrey teman kecilku" ucap Clarissa bercerita, Ia berdiri di samping Dion.

"Aku pastikan malam ini dia datang" ucap Dion menolehkan kepalanya pada Clarissa. Saat acara makan malam kemarin dia tidak ikut, tetapi Dion sudah beberapa kali bertemu dengan Clarissa entah itu acara pribadi maupun mengenai pekerjaan sehingga ini bukanlah pertama kali mereka bertemu.

Keduanya menunggu beberapa menit dan tidak lama Jeffrey datang memarkir mobil sportnya. Jeffrey turun dari mobilnya seorang diri dan melangkahkan kakinya menghampiri Dion juga Clarissa.

"Kenapa kalian di luar? Gak mau ketahuan orang tua lagi bermesraan ya?" ucap Jeffrey begitu sampai di depan Dion dan Clarissa.

"Jeffrey!" Dion dan Clarissa berteriak bersamaan.

"Gue cuma bercanda, lo pasti kedinginan ya? kenapa Dion gak peka" ucap Jeffrey melepas jaketnya kemudian ia pakaikan pada Clarissa yang hanya mengenakan blouse berwarna putih dan rok di bawah lutut berwarna krem.

"Ayo masuk" ajak Jeffrey sambil merangkul bahu Clarissa berjalan masuk ke dalam. Dion hanya menggelengkan kepalanya. Bagaimana kedua orang tua Jeffrey dan Jeffrey sendiri tidak salah paham dengan perlakuan manis Jeffrey sejak kecil pada Clarissa sampai sekarang masih sama. Jeffrey sangat lembut dan menjaga Clarissa bagaimana pun. Namun, egonya itu lebih tinggi. Dia tidak ingin menerima permintaan tidak masuk akal Ayahnya lagi.

Makan malam pun dimulai, sebelumnya Jeffrey sudah meminta maaf dengan bersungguh-sungguh dan kedua orang tua Clarissa mengerti sehingga makan malam bisa dilakukan dengan suasana yang hangat seperti nostalgia kembali pada masa kecil mereka dulu.

"Ekhem, pastinya kalian sudah tahu mengapa kita mengadakan acara makan malam" ujar Jeremy membuka percakapan selesai acara makan malam yang dilanjut dengan meminum teh bersama.

"Selain kami menyambut kembali keluarga Haris yang sudah lama tinggal di Jepang ini, Papa dan Ayah Clarissa sudah membicarakan tentang perjodohan antara Jeffrey dan Clarissa" lanjutnya bergantian menatap Clarissa dan Jeffrey.

"Jadi bagaimana dengan kalian? Kami bisa memberikan waktu..memang kalian kenal sejak kecil tetapi pasti ada yang berbeda begitu dewasa" ucap Haris. Jeffrey menganggukan kepala menyetujui perkataan Haris.

"Saya rasa dibandingkan memberikan waktu yang tidak pasti, mengapa tidak ditanyakan terlebih dahulu keinginan kami sekarang?" ucap Jeffrey yang menjadi pusat perhatian. Dia tahu Ayahnya sudah memberikan tatapan tajam sekarang tapi Jeffrey tidak peduli.

"Oh iya kamu benar Jeffrey, kalian yang menjalankan, pastinya butuh juga persetujuan dari kalian. Jadi, bagaimana kalian ingin menjawab tentang perjodohan ini sekarang?" Haris kembali bertanya.

"Aku setuju saja" jawab Clarissa begitu ditatap oleh Ayahnya, Haris yang bertanya, "Bagaimana denganmu?" Clarissa menolehkan kepala pada Jeffrey.

"Gue udah menjelaskannya sama lo, Clarissa" ucap Jeffrey balas menatap Clarissa.

"Aku pikir kamu akan mengubah pikiranmu, Jeffrey" balas Clarissa.

"Aku tidak bisa mengubah pikiranku dan aku tidak setuju dengan perjodohan ini" Jeffrey sekarang berbicara pada kedua orang tua Clarissa dan kedua orang tuanya.

"Jeffrey sepertinya kita sudah membicarakan ini" Jeremy berkata.

"Maafkan saya tapi, saya tidak bisa menyetujui perjodohan ini. Maaf mengecewakan kalian," ucap Jeffrey membungkuk di tempatnya.

"Mungkin benar mereka membutuhkan waktu untuk menjadi lebih dekat. Tidak perlu memikirkan tentang pernikahan kalian bisa mencoba dekat lebih dulu" ucap Jeffrey menghentikan Jeffrey yang sudah ingin membuka mulutnya untuk berbicara.

"Benar, kami tidak meminta kalian untuk segera menikah, kalian juga pasti rindu satu sama lain setelah sekian lama tidak bertemu, kami mengerti" ucap Amanda.

"Aku rasa memang ini permasalahan mereka, biarkan mereka yang memilih" ucap Hana yang mendapat senyuman dari putra kesayangannya.

"Yasudah, kita bicarakan itu lagi nanti kalau kalian berdua sudah pasti. Hmm, sepertinya sudah waktunya kami untuk pulang. Saya ada pertemuan lagi setelah ini" ucap Haris beranjak dari kursinya begitu juga dengan yang lain. Setelah para orang tua sudah meninggalkan restoran, Jeffrey dan Clarissa berdiri berdampingan.

"Apa sulit mengatakan iya? Jika memang kita tidak cocok kita bisa menyudahi perjodohan" ucap Clarissa menghadap Jeffrey yang sepertinya tidak akan mendengarkan. Jeffrey melihat Dion yang datang menghampiri.

"Kita lupakan saja perjodohan dan ayo berteman" ucap Jeffrey dengan kedua tangan di saku celananya.

"Okay, kalau begitu kita berjalan bersama malam ini sebagai teman" ucap Clarissa membuat Jeffrey menatapnya.

"Jeffrey lo yang mengantar Clarissa kan? Gue pulang lebih dulu" ucap Dion sudah berada di depan Jeffrey dan Clarissa.

"Clarissa mengajak kita jalan bersama, ayo ikut" ucap Jeffrey pada Dion.

"Hah?" Dion menolehkan kepala pada Clarissa. "Gak apa, kita pergi bertiga, lebih seru seperti dulu" ucap Clarissa memberikan senyuman pada Dion.

"Ayo, naik mobil Dion, gue bawa mobil sport gak bisa masuk lebih dari 2 orang" ucap Jeffrey melangkahkan kakinya menuju mobil sedan milik Dion yang ada di tempat parkir.

Dion menatap pada Clarissa yang mengangkat bahunya seakan berkata 'Jangan tanya aku kenapa'. Setelah itu Dion dan Clarissa melangkahkan kakinya bersama menuju mobil. Jeffrey sudah duduk di bagian belakang dan itu membuat Clarissa duduk di samping Dion yang mengemudi.

Halo, terima kasih sudah melihat karyaku.

Mohon dukungannya yaa ^^

Semoga kalian suka cerita ini dan sabar menunggu updatenya hehe <3

Like it ? Add to library!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Creation is hard, cheer me up! VOTE for me!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Namnam_Meowcreators' thoughts