webnovel

Bestfriend With Too Much Benefits

Zoey Aretta Risty adalah seorang aktris terkenal berusia 27 tahun, semasa karirnya yang terus meroket dia memiliki sahabat yang selalu ada untuk mendukungnya. Sahabatnya sejak SMA. Seorang pria yang menghilangkan segala kepolosan Zoey, lebih tepatnya mereka bersama menghilangkan rasa penasaran dari kepolosan mereka menuju obsesi yang memuaskan. Jeffrey Keenan Abigail adalah direktur finance perusahaan property, pewaris tertinggi dalam perusahaan keluarga J Corp. Dirinya merupakan pria yang selalu dituntut untuk bisa lebih dari siapapun dan Zoey lah seseorang yang bisa membuatnya berada dalam kenyamanan. Jeffrey yang selalu dipilihkan jalan hidupnya oleh Ayahnya, murka. Bagaimana pun caranya kali ini Jeffrey tidak ingin menuruti Ayahnya. Jeffrey akan menentang sebuah perjodohan dari Ayahnya atas nama memperluas bisnis. Tentu dengan berbagai cara Jeffrey menentang Ayahnya, hingga ia memilih jalan yang tak terduga dengan mengajak Zoey untuk menikah dengannya. Selama bertemu dengan Jeffrey, apa yang dilakukannya tanpa disadari terus mengikuti Jeffrey. Apapun yang dilakukan, Zoey akan meminta pendapat dari Jeffrey termasuk mengambil keputusan dalam karirnya. Tetapi, kali ini jelas berbeda. Meski Zoey senang bermain dalam hubungan tapi jika menikah maka dia hanya ingin satu kali seumur hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Lalu, bagaimana sekarang dia disaat Jeffrey memberikannya pilihan seperti ini?

Namnam_Meow · สมจริง
เรตติ้งไม่พอ
17 Chs

Chapter 17 : Unexpectedly

Percakapan kedua wanita yang saling menyantap makan siang mereka ini masih berlanjut. Dibandingkan dengan pertemuan awal mereka satu jam yang lalu menegangkan, saat ini mereka terlihat lebih nyaman satu sama lain.

Menjawab pertanyaan dari Hana, Zoey hanya bisa berkata bahwa dia akan berusaha untuk menepati janjinya tidak meninggalkan Jeffrey.

"Saya akan berusaha untuk tidak meninggalkan Jeffrey tanpa perlu tante memberikan saya sesuatu, tetapi saya tidak bisa memastikan ketika Jeffrey membiarkan saya untuk pergi maka saya akan pergi." ucap Zoey. Meski kalimat itu tidak bisa memuaskan bagi Hana, tetapi saat ini dia bisa tenang ada yang mendukung pilihan anaknya.

"Setelah ini kamu ada acara?" Hana bertanya.

"Gak ada tante, setelah ini saya langsung pulang" jawab Zoey. Hana menganggukan kepalanya.

"Temani tante belanja ya nanti? Tante ingin membelikan sesuatu untuk kamu"

Zoey sempat terdiam sejenak, apa mungkin kalimatnya tadi masih kurang jelas dia menolak tawaran Hana?.

"Maaf, tapi saya sudah bilang untuk tidak menerima apapun dari tante" ujar Zoey.

"Tante bukan mau nyogok kamu atau apapun itu, kamu tau gak tante itu sejak dulu senang sekali dengan anak perempuan, selama ini tante itu hanya dikelilingi laki-laki dan tidak ada yang bisa menemani tante belanja dan ke salon. Kamu mau kan?"

Zoey sedikit bimbang dengan apa yang harus dia jawab menanggapi Hana. Setelah berpikir tidak ada masalah juga jika pergi belanja bersama calon mertua dan mendapatkan hadiah dari calon mertua. Benar kan?.

"Iya tante, Zoey temani tante belanja" ucap Zoey memutuskan dengan senyuman diakhir kalimatnya.

"Senangnya tante punya teman belanja, dihabiskan makanannya ya, pelan-pelan saja tante gak terburu-buru kok" ucap Hana. Terlihat jelas ekspresi Hana berbeda dari sebelumnya, dingin dan arogan tadi sudah hilang berganti dengan wajah dengan penuh senyuman yang manis.

Waktu berjalan begitu cepat tidak terasa untuk Zoey dan Hana yang sangat asik beberlanja. Memasuki berbagai toko pakaian, sepatu hingga tas tanpa melihat jam sudah berganti angka. Sehabis belanja dengan tangan yang penuh dengan paper bag, Hana mengantarkan Zoey sampai di apartemennya. Tidak lupa sebelum keluar Zoey mengucapkan terima kasih sudah diberikan hari yang menyenangkan. Pergi bersama Hana mengingatkannya dengan Ibunya yang saat ini sedang di luar negeri.

Langkah Zoey berjalan memasuki lift menuju ruangannya berada. Senyuman di wajahnya masih terukir, dia melihat pada kaca yang memantulkan dirinya. Bolehkah Zoey merasa sangat senang hari ini? Mendapatkan restu dari Ibu mertua yang baik hati sepertinya sangat menjadi idaman banyak orang dan Zoey mendapatkannya, dia bolehkan bahagia?.

Ting!

Pintu lift terbuka ia terus berjalan dengan tangan kanan dan kirinya memegang paper bag. Barang-barang tersebut merupakan barang bermerek, beberapa di antaranya Zoey bahkan tidak terpikirkan untuk dipakai. Dia beli hanya karena suka, itu tidak masalah untuknya. Zoey sudah bekerja keras pulang pagi dan bertemu pagi lagi, ini adalah waktunya Zoey menikmati hasil kerjanya.

Begitu memasuki ruang tamu, betapa terkejutnya Zoey sudah ada Jeffrey yang duduk di sofa sambil menonton televisi. Matanya langsung tertuju pada jam di dinding, baru jam 6 sore tapi bagaimana bisa Jeffrey sudah pulang?.

"Kok lo senang?" ujar Jeffrey menaruh padangannya pada Zoey.

"Hah?" Zoey bingung dengan pertanyaan Jeffrey. Ia melangkahkan kakinya melewati Jeffrey dan duduk di sampingnya. Keenam paper bag ia letakkan di atas meja.

"Senang lah abis belanja, gue udah lama banget gak belanja ternyata ya" ucap Zoey menyandarkan tubuhnya yang kini baru terasa pegal-pegal. Selama berbelanja dia tidak merasa begitu melelahkan tetapi setelahnya baru dia merasakan kakinya yang sepertinya membengkak karena sepatu tinggi yang dikenakannya untuk berkeliling.

"Bukan itu maksud gue, tadi baru ketemu kan sama Mama gue? Kenapa senang?" Jeffrey bertanya lagi dengan memiringkan tubuhnya agar dia bisa menatap Zoey. "Kok lo tau?" Zoey bertanya heran.

"Ya, supir di rumah kasih tau kalau Mama keluar" jawab Jeffrey yang dibalas anggukan oleh Zoey.

"Jeff," Zoey membenarkan posisi duduknya, Ia mengangkat kaki dan melipatnya di sofa menghadap Jeffrey.

"Jeff, lo harus berbuat baik ya sama Mama lo, pokoknya jangan bikin Mama lo nanti kecewa" ucap Zoey dengan sorot matanya tertuju pada mata Jeffrey. Serius. Itu yang tergambat dari tatapan Zoey pada Jeffrey.

"Gue pikir gue udah tau banyak tentang lo, kenapa gak cerita dulu pas lo udah jarang hubungin gue ternyata lagi bantu Mama lo yang lagi sakit" ucap Zoey menurunkan padangannya pada telapak tangannya.

"Mama kasih tau itu ke lo?" Jeffrey bertanya masih dengan pandangannya pada Zoey.

"Iya, padahal dulu gue udah kesel sama lo.. gue pikir lo udah gak mau gunain gue lagi".

Mendengar perkataan Zoey itu, Jeffrey menghela napasnya. "Lo ngomong apa sih? Lo bukan barang Aretta. Waktu itu, Gue cuma gak mau ngerepotin orang lain kalo gue masih bisa ngurus sendiri. Terus gimana ngomong apa aja sama Mama gue? Sebelumnya mungkin gue minta maaf dulu kalau—"

"Ssstt" Zoey menggunakan jari telunjuknya yang didekat pada bibir Jeffrey agar pria itu berhenti bicara. "Gue seneng hari ini Mama lo baik banget sama gue. Jangan pikir yang macem-macem tentang Ibu lo sendiri" ucap Zoey.

"Aak!!" Zoey meringis kesakitan saat jari telunjuknya digigit oleh Jeffrey. Pululan di pundak jadi balasan Zoey untuk Jeffrey.

"Lo gila ya? Sakit tau! Kenapa gigit jari gue?!" Marah Zoey menatap nanar jarinya yang mendapat gigitan Jeffrey. Matanya yang lembut tadi berubah jadi tajam.

"Gemes" ucap Jeffrey terkekeh meski pundaknya terasa panas dan perih dari pukulan refleks Zoey.

"Gak jelas, pulang sana! Gue mau tidur!" ujar Zoey mendorong Jeffrey menjauh.

"Iya, gue cuma pastiin lo gak nangis aja abis ketemu Mama. Yaudah, gue pulang ya." ucap Jeffrey berdiri mengambil jasnya di sofa. Ia melangkah maju meletakkan tangannya di atas pucuk kepala Zoey dan mengelusnya lembut. Zoey mendongakkan kepalanya untuk menatap Jeffrey. Sial. Jeffrey mengigit bibir bawahnya menahan untuk tidak terbuai dengan Zoey yang menggemaskan sekarang. Mata yang berbinar cerah menatapnya ditambah dengan bibir merah muda yang memaju seperti sedang menggodanya untuk segera memberikan kecupan manis di sana. Tapi, hari ini Jeffrey tidak ingin mengganggu waktu istirahat Zoey.

"Gue pesan makanan ada di dapur, jangan lupa makan malam ya" ucap Jeffrey lagi, setelah itu dia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Pandangan Zoey terus mengikuti punggung Jeffrey sampai menghilang dibalik dinding putih. Zoey sedikit heran dengan tingkah Jeffrey, tatapannya tadi sangat mudah dipahami tetapi kenapa Jeffrey menahannya dan tidak memaksanya?.

Well, hal yang bagus karena Zoey benar-benar lelah dan ingin berleha-leha sendiri tanpa ada yang mengganggunya.