webnovel

Wanita Berpakaian Mini

Kedua wanita yang sedang menggunjingkan Ash tersebut seketika diam. Wajah mereka pucat, merasa ketakutan saat Ash memekik sesaat yang lalu.

"Ash ... jangan ma ... marah gitu!" ujar Lastri, terbata-bata.

Ash diam sejenak. Menarik napasnya dalam-dalam, lalu pergi dengan menuruni anak tangga.

Tidaklah penting bagiku untuk meladeni mereka, toh, aku bukan pria seperti itu; perkataan mereka tidaklah benar menuduhku, ungkap Ash dalam hati.

Melanjutkan langkah kakinya, hingga ia tiba di lokasi pertarungan. Sama seperti biasanya, Karman selalu menyambut kedatangannya.

"Kong! Tumben kamu tak menjemputku?" tanya Karman kepada Ash.

Kong; adalah panggilan akrab Karman kepada Ash, seperti Bro atau Rek.

"Sejak kapan aku menjemputmu?" jawab Ash, yang memang ia tak pernah menjemput Karman ketika hendak pergi ke lokasi pertarungan.

"Beuh ... kan aku hanya basa-basi, kopi ngapa kopi!" pinta Karman, mengalihkan obrolan.

"Pesan saja! Sekalian sama nasi kucingnya, aku tahu kamu lapar, bukan?" jawab Ash, lalu mereka duduk dan memesan makanan di warung kaki lima milik Mbok Jujuk.

"Kau benar-benar sahabat sejati!" puji Karman, menepuk punggung Ash.

Ash tersenyum. Baginya, Karman bukan hanya teman. Mengingat ibu Karman yang struk dan sakit-sakitan, Ash selalu membantunya lebih dari sekedar teman. Bahkan Ash menganggapnya saudara—lebih dari itu.

"Ayo makan!" ujar Karman ketika hendak menyantap makanan yang sejak tadi berada di hadapannya.

"Makanlah! Aku minum kopi saja," jawab Ash.

"Serius nih? Ya sudah, aku makan!" sambung Karman, lalu melahap makanan dengan rakusnya.

Tak menjawab tawarannya, Ash meminum kopi dengan mata tak mengarah. Wajahnya menunjukan sesuatu, seperti sedang dipenuhi beban pikiran.

Memecah lamunannya, sorak penonton begitu bergemuruh. Ash kemnudian menarik tangan Karman untuk melihat jam ditangannya.

"Jam sembilan malam, pertandingan dimulai," lirih Ash. "Aku mau lihat mereka bertanding," sambung Ash, lalu bergegas menghabiskan kopinya, sesaat sebelum pergi.

Karman pun dengan cepat menghabiskan makanannya, lalu pergi mengejar Ash yang lebih dulu melangkah.

"Mbok Jujuk, catat dulu! Nanti Ash yang bayar," ujar Karman sesaat sebelum mengejar Ash.

Mereka yang tiba, mulai berdesakan menuju barisan depan, untuk menyaksikan pertandingan pertama.

Jelas sekali kedua petarung yang sedang adu laga itu tak memiliki keahlian. Ash yang melihat cara mereka memukul. Mulai meremehkan kedua petarung tersebut.

"Hah ... membosankan! Ayo kita kembali!" ajak Ash kepada Karman.

"Tunggu!" jawab Karman.

Karman menarik tangan Ash, pandangan Ash menoleh ke arena. Salah satu diantara kedua petarung, mencoba melakukan aksi nekatnya. Dengan melompat memutar, pria yang memakai celana hitam itu berhasil menghantam ujung kepala lawan dengan tumit kirinya.

Sorak-sorai penonton bergemuruh seketika pria celana hitam itu menang. Ash yang kagum, memberikan tepuk tangan untuk pria tersebut.

"Permainannya diluar dugaanku, Man!" ujar Ash, dengan suara sedikit lantang, agar Karman bisa mendengar ucapannya ditengah suara gemuruh penonton.

"Gerakannya cepat juga, aku kira dia akan jadi lawan yang tangguh untukmu!" sela Karman.

"Kita buktikan nanti! Sekarang aku tunggu siapa yang akan menjadi lawannya?" pungkas Ash, menunggu penantang selanjutnya yang akan melawan pria celana hitam tersebut.

Cukup lama, tak ada seseorangpun yang berani melawannya. "Jika dalam 5 menit tak ada yang berani maju, maka aku yang akan maju!" seru Ash pada Karman.

Tak lama dari kerumunan penonton, keluar seseorang berbadan gempal. Dengan tatapan dinginya, ia berdiri di hadapan si pria celana hitam tersebut.

Setelah wasit memulai pertarungan, pria berbadan gempal langsung melontarkan tinjunya.

Teknik tinju milik pria gempal itu adalah teknik flatjab; dengan tekanan mendorong, siapapun yang menepisnya akan terdorong sekitar dua meter atau lebih kebelakang.

"Man, pria gempal itu hebat. Teknik serangannya seperti petinju profesional," puji Ash, berkata pada Karman.

"Benar! Wanita itu sangat cantik!" jawab Karman, sedang matanya terpaku pada wanita di seberang matanya.

Seketika Ash terkejut, menatap Karman yang menjawab ucapannya yang tidak sesuai. Teepaku, lalu Ash mulai mengarahkan pandangannya, mengikuti pandangan Karman.

Terlihat seorang wanita cantik, memakai pakaian mini. Bentuk tubuhnya yang aduhai, membuat Karman menelan air liurnya beberapa kali.

Tak lama kemudian, Karman mengeluarkan ponselnya dan berniat untuk merekam wanita seksi yang akan ia jadikan sebagai bahan saat bermain sabun nantinya.

Ash mengedikkan bahunya, lalu memalingkan pandangan dan menyaksikan pertarungan kembali.

Terlihat jelas wanita itu memasukan sesuatu ke dalam minuman. Setelah itu, ia memanggil pria gempal dengan siulan dari jari jempol berpadu dengan telunjuk yang di tiup.

Si pria gempal melirik ke arah wanita tersebut, gerak tangan si wanita menunjukan gestur memanggil. Setelah pria gempal mendekatinya, minuman di berikan oleh si wanita, dan pria gempal meminumnya.

Pertarungan berlanjut setelah pria berbandan gempal itu kembali ke arena.

Seperti sebelumnya, para petarung hanya diam. Tak ada diantara mereka berdua yang menyerang terlebih dahulu.

Kemudian beberapa menit berikutnya, si pria celana hitam melontarkan aksi tendangan memutarnya di udara. Persis seperti sebelumnya, lalu tumit kiri si pria celana hitam itu, mengenai pepis kiri pria gempal.

Kemenangan di raih kembali oleh pria celana hitam. Ash yang mengetahui kecurangan itu, sesaat sebelum Karman menunjukan rekaman video pada ponselnya.

"Rekaman yang kau ambil jangan kau hapus, aku punya ide menarik. Tapi sebelum itu, aku minta kau simpan ponselmu, dan nanti jika aku melempar botol ke arahmu, segera tukar botol itu, jangan kau minum!" berbisik Ash kepada Karman.

"Baiklah, aku mengerti!" jawab Karman, mengikuti perintah Ash.

Sekali lagi, sorakan penonton mengiringi kemenangan si pria celana hitam. Sejenak Ash memandangi si pria celana hitam. Tampak membisikan sesuatu kepada wanita berpakaian seksi, lalu menyelipkan uang kedalam pakaian dalam si wanita.

"Aku turun ke arena sekarang!" ujar Ash kepada Karman, lalu memberikan sweeter kebanggaannya kepada Karman seperti biasa.

Sementara Ash bertanding, Karman segera keluar dari kerumunan. Mendekati kios Mbok Jujuk, lalu membeli sebotol air mineral.

"Sekalian ama yang tadi, Mbok," ujar Karman, lalu bergegas kembali ke tempatnya semula.

"Bocah semprul, awas aja kalau enggak bayar! Tak sunat jadi cabang 12!" hardik Mbok Jujuk, menggerutu.

Kembali ke arena pertarungan. Ash bersiap. Merenggangkan otot-ototnya, melakukan oemanasan sebelum pertandingan dimulai.

"Waw, juara bertahan turun juga ke arena!" ejek si pria celana hitam, seakan mengenal Ash.

"Aku mohon, jangan sakiti aku!" balas Ash, meledek.

Tak disangka, ucapan Ash membuat emosi si pria terpancing. Dengan luapan kekesalan, si pria mengawali pertarungan dengan tendangan memutar miliknya.

Dengan cepat lengan kiri Ash menangkis serangan tersebut. Kakinya yang tepat di lengan kiri Ash, langsung saja Ash balas dengan pukulan dari tangan kanannya. Ketika si pria hendak terjatuh, lutut Ash menyerang punggungnya seketika.

Kreak ....

Terdengar suara tulang bagian punggung si pria ketika Ash menghantamkan lututnya.

Dengan meronta-ronta, si pria berguling di aspal jalanan, memegangi punggungnya dengan megeliat seperti ulat bulu sedang kayang.

Fieuwit!

Suara siulan dari wanita berbaju seksi itu memanggil Ash. Sontak ia melihat ke arah si wanita. Lambaian tangan serta kedipan mata si wanita telah menghipnotis Ash untuk mendekati si wanita, segera.

"Minumlah jagoan! Aku lihat dirimu lelah sekali!" ujar si wanita, sesaat memberikan sebotol air mineral kepada Ash.

"Lihatlah! Dia sudah terkapar, malam ini jika aku menang, kamu mau tidur denganku!" celoteh Ash, menujuk si pria celana hitam. Membuat si wanita menoleh.

"Ehm ... bagaimana, ya? Kalau menang, deh. Iya, aku setuju," jawab si wanita. Namun padangannya yang teralihkan, membuat Ash dengan mudah menukar botol mineral tersebut, seketika Karman berdiri di belakangnya.

Setelah menukar botol tersebut, Ash meminumnya. Lalu memberikan botol itu kembali pada si wanita. Si wanita menyambutnya, dengan senyum terangkat sebagian.

"Aku ke arena lagi ya, Cantik!" rayu Ash, kemudian mendekati si pria yang masih terkapar di aspal. "Ayo bangun! Kau ingin mengalahkan aku bukan?" pekik Ash, memerintahkan si pria untuk berdiri.

"Argh!" Berteriak, si pria berdiri. Lalu memukul wajah Ash yang saat itu belum siap.

Ash mundur beberapa langkah kebelakang, seketika pandangannya memudar akibat hantaman di dahinya.

Beberapa kali Ash menggelengkan kepalanya, ia berusaha menyadarkan dirinya. Namu sia-sia, pandangannya yang memudar membuat ia tak mampu melihat pergerakan lawannya saat ini.

"Malam ini, gelar juara bertahan akan aku runtuhkan. Habislah kau!" pekik si pria, lalu melayangkan pukulannya ke arah Ash.