"Ayo bangun!" ujarku pria celana hitam. Membentak Ash.
"Pukul saja, pukul!" sorak penonton meminta pria celana hitam untuk segera menghabisi Ash.
"Dengar, aku tidak ingin bermain curang. Lawan yang tidak berdaya, tidak akan aku kalahkan. Terlalu mudah, bukan?" seru si pria dengan sombongnya.
"Cih! Pembual!" timpal Ash, beranjak dan menunjuk si pria celana hitam. "Kau bilang tidak ingin bermain curang? Kalian coba lihat ini!" sambung Ash lalu mengadahkan tangannya kepada Karman.
Kemudian Karman memberikan ponselnya, seakan mengerti apa yang dimaksud oleh Ash.
"Silakan, jika kau ingin menyerangku ... lakukan!" bentak Ash.
"Tak ku sangka, sang juara bertahan begitu licik. Dia mau memfitnahku!" timpal si pria celana hitam.
"Coba jelaskan ini!" Ash menunjukan rekaman video tersebut.
Terlihat jelas, tatapannya si pria celana hitam begitu terpaku pada layar ponsel, dia berpikir bahwa Ash sudah terkena tipu muslihatnya melalui si wanita yang memberikan minuman, namun semua berbalik.
Tetiba, pria celana hitam melompat setinggi satu meter lebih lalu memutar di udara dan mendararkan tendangannya dengan tumit kirinya mengarah ke wajah Ash.
"Trik yang sama!" ujar Ash dengan tatapan nyalang ke arahnya.
Sigap, tangan kiri Ash menepis kakinya yang memutar kemudian membalas dengan menangkap betis si pria, lalu membantingnya ke aspal.
Bak!
"Kau mau menyerah atau aku—"
Belum selesai Ash mengintimidasinya dengan kata-kata, si pria celana hitam mengangkat tangan kirinya. "Stop!" ujar si pria, "Aku menyerah," sambung si pria, menyatakan kalah.
"Ayo bangun!" Ash mengulurkan tangan kepadanya, lalu membantu si pria berdiri.
"Trima kasih!" ucap si pria kemudian menepuk pundak Ash.
"Kau sungguh pintar, aku akui juara bertahan sepertimu tiada tandingannya!" ujarsi pria celana hitam, memuji Ash.
Ash menjawab pujiannya dengan senyuman. Lalu Ash mengambil hasil kemenangannya yang di pegang oleh sang wasit.
"Mas, mana hasilku!" tegur Ash kepada sang wasit.
"Ini, Ash. Tuga Kali lipat, kau hebat!" puji si wasit.
Ash meraih uang tersebut, lalu ia mengayunkan kecil kepadanya sembari tersenyum.
Sorak-sorai penonton mengakhiri pertandingan malam ini. Ash kemudian berjalan menemui Karman.
"Beruntung otak liarmu membawa kemudahan?" ejek Ash kepada Karman.
"Aku begini karena awalnya mau aku jadikan bahan," jawab karman lalu melirik si wanita.
"Kita datangi dia! Apa tujuan dia melakukan ini semua," seru Ash. Melangkah mendekati si wanita, selangkah di belakangnya Karman mengikuti.
Namun si wanita yang melihat mereka berjalan mendekatinya, membuatnya panik. Kemudian ia berlari melewati si pria celana hitam, secepat mungkin; ketakutan.
"Alya! Tunggu!" teriak pria celana hitam memanggil si wanita ketika ia melintasinya.
Tanpa menghiraukan panggilan pria celana hitam, wanita itu berlari menjauh. Ash dan Karman mengejarnya, dengan kecepatan satu kilo meter per jam yang setara dengan seratus sepuluh kalori di waktu pagi.
"Kena kau!" ujar Ash ketika meraih baju si wanita.
Tangan Ash berhasil meraih salah satu tali Tank-Top si wanita bagian kiri—terputus, kemudian si wanita yang kehilangan keseimbangan tetiba terjatuh.
Secara otomatis Ash menghentikan aksi kejar-mengejar tersebut. Lalu melangkah mendekati si wanita.
"Mau apa kau?" Wanita terlihat panik.
"Aku hanya mau tunjukan sesuatu kepadamu," jawab Ash, lalu duduk mendekati si wanita. "Kau lihat ini!" sambung Ash, menunjukan video rekaman yang ada di ponsel.
"Apa maksudnya?" seru si wanita, berpura-pura tidak tahu.
"Katakan, siapa yang menyuruhmu melakukan ini?" Ash bertanya dengan lembut; sebagai pria sejati, ia tak ingin bertindak kasar kepada wanita.
"Pih!" si wanita meludahi Ash.
Sontak Ash mengangkat tangannya. "Ash!" tegas Karman menahan tangan Karman. Kemudian Ash menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.
"Untung saja kamu itu cewek, jika tidak—"
Tiba-tiba ucapan Ash terhenti ketika sebuah mobil berhenti dalam jarak beberapa meter di hadapan mereka, menyoroti lampu yang sangat terang.
Wajah wanita tersebut menjadi pucat, pandangan Ash kini mengarah ke arah mobil yang menyilaukan matanya. Tak lama, pintu bagian belakang mobil tersebut terbuka secara perlahan setelah lampunya padam..
Terlihat jelas seorang pria memakai jas serta kacamata serba hitam keluar daru mobil. Lalu pri itu mengeluarkan handgun dari saku jas bagian dalam.
Doar!
Satu tembakan tepat mengenai kepala si wanita.
"Alya!" teriak si pria celana hitam yang baru saja muncul di belakang mereka.
Nahas, si wanita tewas. Dengan cepat pria celana hitam mendorong Ash dan memeluk jasad si wanita. "Alya ... Alaya!" pekiknya berkali-kali.
Ash terdiam, menatap kejadian tersebut. Ash yang geram, seketika mencoba mendekati si penembak. Percuma, si penembak dan mobil tersebut segera berlalu meninggalkan mereka.
"Ayo kita pergi! Jika polisi datang, kita akan dimintai keterangan oleh mereka, dan kita pula akan ditahan karena ikut andil dalam ajang pertarungan di jalanan," ujar Karman menarik tanganku.
Mendengar ucapan Karman, Ash langsung menurutinya. Kemudian pergi meninggalkan dua sejoli yang entah menjalin cinta atau menjalin silaturahmi hawa nafsu tersebut.
"Siapa pria yang ada di mobil hitam itu, kau kenal tidak?" tanya Ash kepada Karman.
"Terkadang pertanyaanmu membuat otak kiriku ingin berkata kasar, Kong! Jelas kau tak mengenalnya, apa lagi aku!" jawab Karman kesal sembari mereka melangkah menjauh.
Mendengar jawaban dari Karman tersebut, Ash meringis lalu menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. Sementara Karman hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Langkah mereka telag membawa mereka menjauh dari lokasi kejadian. Namun saat tiba di sebuah gang yang sepi, beberapa pria berbadan kekar berdiri dan menghalangi langkah mereka.
"Woy, berhenti!" pekik salah satu di antara ketiga pria kekar.
"Ash, mereka—"
"Tenang, tikus seperti mereka bukanlah tandinganku," timpal Ash, mencoba menenangkan Karman. Sementara dirinya sendiri, tidak yakin untuk mengalahkan ketiga pria kekar tersebut.
Prok ... prok ...
Suara tepuk tangan dari arah belakang Ash dan Karman, menggema di lorong gang sepi, memecah kesunyian saat mereka terdiam. Seketika Ash dan Karman menoleh ke belakang mereka.
"Petarung Jalanan yang begitu fenomenal, akhirnya aku menemukanmu juga," ujar si pria yang menepuk tangannya.
"Siapa kamu?" tegur Ash.
"Aku butuh bantuanmu, aku harap kita bisa menjadi rekan," jawab si pria, tak menghiraukan pertanyaan Ash.
"Maksudmu? Rekan apa? Kamu itu siapa?" tegas Ash kembali.
"Seseorang yang cerdas sepertimu sangat aku butuhkan dalam penyelidikanku. Maukah kau bergabung?" lagi-lagi si pria tak menghiraukan pertanyaan Ash.
Percuma, buat aoa aku bertanya jika dia tak menjawab. Apa maksud dari semua ini, ucap Ash dalam hatinya.
"Kenapa diam saja? Ayo jawab! Mau atau tidak?" tegas si pria. Kini semakin dekat.
"Kamu siapa?" bentak Ash bertanya, akibat kesal karena pertanyaan sebelumnya tak dijawab oleh si pria.
Pria tersebut mengulurkan tangannya kepada Ash. "Aku adalah ..."