"Itu Desa ku !" AX menunjuk ke bawah dari atas bukit tempat kami berdiri.
"AX itu bukan lagi Desa ! sudah seperti kota karena cukup luas !" jawabku meralat ucapannya. AX hanya tersenyum.
"Kamu orang baru, jadi tidak tahu kota itu seperti apa !"
"Maafkan aku AX ! mungkinkah lebih besar dan luas dari ini !" tanyaku. Dia mengangguk. Setelah itu kami pun pergi ke kampung halaman AX dari atas bukit hanya membutuhkan 15 menit saja karena baik AX maupun Max cepat sekali berlarinya.
Kita pun tiba di pintu gerbang yang sekelilingnya di batasi tembok tinggi dan ada pula penjaga di depan pintu gerbang besar terbuat dari besi dengan sebuah lambang matahari di depannya. Aku turun dari punggung Max sambil mengusap bulu bekas aku duduki, sementara AX ada di sebelahku berjalan ke arah pintu gerbang yang terbuka dan memang tingginya hampir sama dengan tembok yang tebal. Banyak orang lalu lalang, masuk keluar Desa dan semua memperhatikan kami ketika lewat di depan mereka. Aku tahu yang di lihat dan menjadi perbincangan adalah Max, yang berjalan di samping ku yang justru tidak takut malah terlihat waspada menjagaku.
"Tuan muda selamat datang kembali !" dua penjaga gerbang memberi hormat kepada AX aku tertegun, jangan-jangan dia putra pimpinan ?
"Terima kasih, aku membawa seorang teman kemari !" jawabnya sambil melirik ke arahku sambil tersenyum.
"Baik, tuan muda ! hamba akan beritahu kedatangan serta tamu anda tuan muda !" salah seorang membungkuk dan langsung pergi.
"Ayo masuk !" ajak AX kepadaku, "Ajak saja Max masuk ! dia tidak bisa meninggalkanmu sendirian, coba lihat dia malah waspada dan menjagamu !" AX tersenyum dan mendekat ke arah Max untuk menenangkannya. Kami pun memasuki desa.
Aku tertegun, desa ini telihat rapi dalam penataan kotanya, jalannya sudah berbatu bukan tanah, begitu bangunannya semua dari dinding tembok, banyak orang lalu lalang beraktifitas berdagang, sampai lah kami di sebuah bangunan piramida tapi berbeda dengan di Mesir disini ujungnya tumpul tidak lancip, semuanya berkonsep seperti tangga dari batu. Selama perjalanan semua penduduk menatap Max tanpa berkedip yang berjalan diantara aku dan AX.
Kami harus melewati pintu gapura berukir dengan banyak lambang Matahari, disana kembali para penjaga memberi hormat kepada AX dan dia hanya mengangguk. Kami masuk, sudah ku duga ini tempat kepala suku berada, karena bangunan disini semua berbentuk piramida tumpul, kembali banyak lambang matahari di semua ukiran di dinding mungkinkah ini dewa mereka.
Aku melihat seseorang lelaki berumur turun dari salah satu piramida di ikuti perempuan dan banyak di belakangnya, entah pengawal atau entah siapa.
"Putraku akhirnya kamu pulang !" sambutnya, menahan kerinduan, entah berapa lama AX berkelana atau berburu.
"Ayah !" AX memeluk lelaki tua itu dan perempuan dengan umur sama mungkin ibunya mereka berpelukan.
"Siapa dia AX ? dan itu ... kan Parsy !" tanya ayahnya terkejut.
"Oh dia temanku ayah, namanya Andre dia pemilik dari Parsy !" lelaki tua itu menatap waspada kepadaku dari ujung rambut ke kaki.
"Dia lelaki dari langit, sesuai ramalan pendeta ayah ! aku menemukannya di hutan sana ! dan semua yang dikatakan pendeta benar adanya !" jelas AX. ramalan ?
"Pendeta ?" tanya lelaki itu melirik ke arah seorang perempuan tua dan bungkuk tubuhnya menggunakan tongkat untuk berjalan.
"Yang mulia, betul ! dia benar adanya ! hamba sudah meramalkan akan ada dua orang yang satu membawa kebaikan dan satu kejahatan yang akan merubah kehidupan kita dari langit ! yang baik akan datang membawa binatang legenda Parsy sedang yang jahat api lah yang dia bawa !" jelas pendeta itu, semua terdiam termasuk aku, apakah yang satunya Jim Huggs ? kalau benar, berarti masih hidup dan ikut masuk kedunia pararel ?
-----------
Aku disambut dengan baik oleh kepala Suku Zatura, dan segenap para pejabat di sini. Mungkinkah karena ramalan itu dan juga ada Max ? tapi aku menerima sambutan mereka. Seorang pembantu membawaku ke ruangan istirahat, kamarnya sangat bagus dengan tempat tidur yang empuk entah teebuat dari apa, Max juga ikut masuk ke dalam kamar tanpa dikekang oleh tali seperti hewan peliharaan, dia ku biarkan apa adanya dan pihak kepala suku tidak keberatan dengan itu.
Aku beristirahat sementara Max berbaring di lantai, kalau dia ketempat tidur tidak akan cukup dengan tubuhnya yang besar itu, aku terbangun di sore hari dengan keadaan masih bingung tak lama aku tersadar masih berada di dunia lain. Baru beberapa hari disini rasanya aku rindu dengan semuanya, Mario dan Clara istriku dan juga ibuku ...
Aku bangun dan berjalan ke arah jendela, pemandangan yang bagus dan indah di luar sana, matahari sore seperti membuat kota menjadi keemasan. Aku menghela nafas dan menerawang, bagaimana aku bisa pulang ? aku merasakan ada menggesek tubuhku dan itu Max, aku pun duduk dilantai dan memeluknya.
"Max, aku rindu dengan keluargaku !" ujar curhatku di leher hewan yang kini menjadi temanku itu. Dialah kini yang ku percaya. Tanpa sadar aku menangis, mungkinkah aku homesick ? rindu rumah ? Max menjilati wajahku, dia seakan mengerti apa yang kurasakan.
"Terima kasih, Max ! hanya kamu yang aku percaya sekarang ! dan menjadi temanku ! bukannya aku tak percaya yang lain tapi disini tempat baru dan aku membutuhkan untuk beradaptasi dengan semuanya !" aku mengusap kepala Max yang kini berbaring di pahaku.
Malamnya aku dan Max tentu saja, di undang makan malam oleh kepala suku Zatura yang juga ayahnya AX. Jamuan makan malam di adakan di pelataran halaman entah apa sebutannya ya karena bangunan disini seperti kerajaan, dan itu terlihat dari pakaian para tamu yang diundang semuanya baik lelaki maupun perempuan memakai kalung emas berbentuk bulat seperti medali dari yang besar sampai yang kecil semua berlambangkan Matahari, yang lelaki memakai mahkota berbulu sedang perempuan memakai perhiasan dengan pakaian rajut penuh warna. Termasuk akupun yang telah disediakan bajunya oleh pelayan atau pembantu disini untuk di gunakan pada jamuan makan malam ini.
Akhirnya keluarga kepala suku Zatura termasuk AX dan seorang perempuan cantik yang baru aku temui, kepala desa dan istrinya tentu saja memakai pakaian dan perhiasan yang lebih dari para tamu lainnya. Sebuah meja panjang sudah di persiapkan, obor api pun sudah dinyalakan. AX sendiri tampak gagah dan tampan, sedang perempuan yang di sampingnya sangat cantik sekali. AX kemudian duduk di sebelahku sementara kepala desa dan istrinya duduk menghadap para tamu yang hadir, di depannya AX adalah perempuan cantik tadi. Sedang Max berbaring tidak jauh dariku.
"Itu kakak perempuanku Mu !" bisik AX kepadaku, pantas sangat cantik dan anggun.
"Para tamu undangan sekalian, terima kasih telah datang ke acara jamuan makan malam ! malam ini sangat istimewa, karena kita kedatangan tamu spesial dan hewan khusus juga ! ini menandakan dewa matahari merestui kita semua !" itulah pidato pembukaan dari kepala Suku Zatura.
"Mari bersulang !" dia mengangkat gelas berukir dari emas berisi minuman. Dan semua berdiri dan melakukan yang sama termasuk aku.
"Bersulang !!" teriak semua dan kemudian meminumnya begitu pun aku, rasanya enak.
Tak lama para pelayan datang membawa makanan yang sangat banyak sekali sehingga memenuhi seluruh meja makan, Setelah itu kami pun makan serta di hibur oleh tarian dan nyanyian, Max pun kebagian makanan dan dengan lahap memakan makanan yang telah di sediakan.
Tiba-tiba Max menghentikan makannya dia berdiri menatap ke suatu arah semua terkejut dan memperhatikannya, kemudian...
"Aaauuuuuuuu .... !" suaranya mengingatkanku akan serigala. Semua terdiam dan hening seketika.
"Parsy merasakan kehadiran mahluk di antara kita ! dan itu adalah nenek moyang yang sengaja datang kemari merestui semua yang ada disini !" sang pendeta berbicara. Semua merasakan angin berhembus bertiup lembut.
Bersambung ...