webnovel

Belum Berakhir

Semua berawal ketika seorang gadis pindahan yang sukses membuat ketua geng jatuh hati namun enggan untuk mengatakannya terlebih dahulu. Gengsi? Mungkin. Di awal pertemuannya selalu saja ada pertikaian diantara mereka berdua. Apakah Si ketua geng bisa mengungkapkan perasaannya? "Ehh, sorry? Gue nggak sengaja" "Sorry-sorry, kalo jalan tuh pake mata!" Seseorang yang terus memperjuangkan cintanya. Karena ia tahu bahwa semuanya masih bisa di perbaiki, semuanya masih bisa untuk bersama karena semuanya masih belum berakhir.

Ervantr · วัยรุ่น
Not enough ratings
282 Chs

Perkenalan

"Semuanya baris yang rapi dan hormat bendera! Jangan ada yang kabur kalian! Saya akan mengawasi kalian dari sana!" Bu Siska menunjuk tempat ia akan mengawasi semua orang itu.

Setelah semua murid berbaris dengan rapi dengan tangan hormat ke bendera, Bu Siska berbalik badan, meninggalkan semua murid itu di sana. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan.

Natalie menghela napas pelan. Keringat mulai membasahi keningnya dengan perlahan. Cuaca sangat terik, menyesal rasanya karena telah bangun kesiangan.

Merasa diperhatikan oleh seseorang, Natalie menoleh ke samping. Bola matanya melebar dan menatap cowok itu dengan sinis. "Apa lo liat-liat!" Nata mendengkus ketika mendapati cowok aneh itu menatapnya sedari tadi, siapa lagi kalau bukan Kenzo Aditya Anderson.

Kenzo tersenyum miring, gadis di depannya ini memang percaya diri sekali. Ia menjawab dengan suara datar. "Siapa juga yang liatin lo! Kepedean banget!"

Natalie mengalihkan pandangan, ia mendongak dan kembali hormat pada bendera. Dasar cowok resek, Natalie membatin.

Natalie kembali diam dan fokus pada hukuman, ia sangat malas untuk menjawab perkataan cowok itu, apalagi sekarang kepalanya sudah pusing dan terasa nyut-nyutan, ditambah lagi perutnya yang sudah keroncongan belum sarapan waktu berangkat ke sekolah. Complite sudah!

Natalie menghembuskan napas panjang. Tubuhnya sudah berkeringat sepenuhnya. Ia seka keringat yang mengalir di kening. Cuaca semakin terasa panas. Ia juga kehausan.

Seorang cowok yang berdiri di samping Kenzo menoleh menatap Natalie yang terlihat seperti cacing kepanasan. Ia amati wajah gadis itu.

"Tuh cewek kok pucet banget?" ujarnya setengah berbisik pada Kenzo, tentu terdengar oleh sahabatnya yang lain.

Kenzo yang merasa penasaran juga ikut menoleh ke arah gadis yang tingkat kepercayaan diri melebihi tower Dubai itu. "Biarin aja." Kenzo kembali mendongak, hormat pada bendera. Tidak tertarik sama sekali.

Seorang cowok yang berkulit putih menyikut lengan Kenzo. "Bantuin aja, lo kan ketua di sini. Anggap aja buat cari amal," celetuknya yang diangguki oleh yang lain.

"Lo aja sana!" Kenzo jadi malas seketika.

Natalie hanya fokus ke atas dan malas mendengar pembicaraan semua orang yang sekarang tengah berbisik mengenai keadaannya yang sekarang. Sudah ia pastikan, dirinya pasti terlihat sangat kacau saat ini.

Nata mengerjapkan mata berkali-kali. Mengusir rasa pusing yang mulai menyerang kepalanya. Nata terhuyung ke depan karena pandangan matanya mulai memburam. Ia merasa tubuhnya akan jatuh saat ini juga.

Nata limbung ke lantai dan tak mampu menopang tubuhnya lagi. Ia menutup mata dengan pelan karena merasa silau dengan cahaya matahari. Sebelum gelap benar-benar menjemput, beberapa cowok berdiri di depannya membuat ia terhindar dari sinar matahari.

"Gue bilang juga apa. Bantuin aja, bos. Lo kan ketua. Gue dukung lo buat lakuin amal baik untuk saat ini." ujar seorang cowok yang bernama Zion Aldebaran.

Kenzo berdecak malas. Ia menatap semua sahabatnya dengan sinis. "Lo aja yang bantuin. Gue males," jawabnya.

"Bos, jangan gitu. Kalo nolongin orang, bos bisa masuk surga nanti," celetuk seorang cowok yang bernama Gavin Alfares sambil menepuk pelan pundak Kenzo.

Kenzo menghela napas kasar. Ia berjalan mendekat dan berjongkok. Ia tepuk pelan pipi Natalie berkali-kali. "Bangun! Nyusahin aja!"

"Bawa ke UKS aja, bos. Kasian dia, pasti kepanasan. Gue liat dari tadi dia gelisah terus," ujar seorang cowok yang bernama Jimmy Pradaa Willson, tertulis di name tag seragam yang dipakainya.

Kenzo menggeram kesal. Dengan berat hati ia menuruti setiap perkataan sahabatnya itu. Tanpa buang waktu, Kenzo mengangkat tubuh Natalie menuju UKS.

Kenzo sampai di depan pintu UKS. Ia dorong pintu yang tidak di kunci itu dengan kaki. Ia berjalan masuk dan membaringkan tubuh Natalie di atas brankar.

Kenzo merapikan helaian rambut gadis itu dengan pelan, ia amati wajah gadis itu dengan lekat. Senyumnya sedikit tersungging. Cantik, batinnya.

Kenzo tersadar dan menepuk jidat seketika. "Apaan sih gue! Kok malah jadi muji dia!" Kenzo jadi menggerutu sendirian.

Seorang gadis datang dan menghampiri Kenzo. Ia berbalik badan dan langsung berpesan pada gadis itu untuk menjaga Natalie di sana. Setelahnya ia pergi keluar dari UKS, ingin membeli sesuatu.

Mata Natalie mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke indra penglihatannya. Ia memijit pelan kepala yang masih sedikit pusing.

Merasa ada pergerakan dari gadis yang ada di atas brankar, Kenzo menutup ponsel yang sedang dimainkan. Dia kembali setelah beberapa menit yang lalu. Ia mendekat pada gadis itu. "Udah bangun lo?"

Nata menoleh mendengar suara itu dan mendapati Kenzo yang duduk di sampingnya. Matanya langsung melebar dan menunjuk wajah Kenzo. "Ngapain lo di sini?"

"Menurut lo? Gak mungkin gue berak di sini!" jawab Kenzo dengan malas.

Mendengar jawaban yang keluar dari mulut cowok itu membuat Natalie memutar kedua bola mata dengan malas. Cowok itu sangat menyebalkan menurutnya.

Kenzo meraih mangkok yang ada di atas meja. Ia sodorkan ke depan gadis itu. "Nih makan dulu! Tadi gue beliin lo makanan. Nyusahin aja pake acara pingsan segala!"

Nata menerima mangkok yang berisi bubur itu dengan sedikit sungkan. Matanya menyipit menatap cowok itu, seakan ingin memastikan sesuatu. Ia tahu cowok di depannya ini sangat terlihat aneh, walaupun dengan wajah tampan.

"Bubur itu gak ada racunnya!" jawab Kenzo seakan mengerti dengan tatapan Nata. Ia menatap gadis itu dengan malas. "Gak ada gunanya ngeracunin orang kayak lo!"

Natalie mencebik mendengar perkataan cowok itu. Ia bergeser, duduk dengan tegap. "Mana tau ada."

Natalie memastikan lagi bubur itu dengan ia aduk pakai sendok. Setelah merasa aman, tanpa buang waktu ia mulai melahap bubur itu. Di sisi lain ia juga merasa sangat lapar.

Kenzo hanya diam sambil memperhatikan gadis itu makan bubur pemberiannya dengan lahap. Ia jadi tersenyum tipis. Lucu, batinnya.

"Habis!" Natalie memamerkan giginya yang rapi dengan kedua tangan meletakkan kembali mangkok itu pada meja yang ada di dekatnya itu.

Kenzo bangkit berdiri setelah memastikan gadis itu makan sampai habis. Ia berbalik badan ingin keluar dari UKS, urusannya kali ini sudah selesai. Saat ingin melangkah, gadis itu mencekal pergelangannya.

"Apalagi?" tanya Kenzo dan segera berbalik badan, dengan kening mengernyit menatap gadis itu.

"Makasih, udah bantuin gue," ujar Nata pelan seraya melepaskan cekalannya pada tangan Kenzo. Sebenarnya ia ingin menampilkan senyum lebar, saat melihat wajah datar cowok itu ia langsung mengurungkan niat.

"Hm." Kenzo hanya berdeham dengan wajah terkesan dingin, setelahnya ia kembali melangkah keluar dari UKS.

***

Natalie celingukan kanan kiri mencari suara orang yang memanggilnya, karena suasana kantin cukup ramai. Dan ketemu. Ternyata itu Amanda yang tengah melambaikan tangan ke arahnya. Natalie segera melangkah ke arah meja tersebut.