webnovel

Before a go

Kebebasan memang sifat alami Raden, tetapi demi menyenangkan hati orang tua ia mencoba menjadi anak yang penurut dan bisa dibanggakan. Masalah prestasi mungkin Raden kalah Dengan Radit kakaknya, tetapi Raden tak pernah putus asa ia tetap berusaha menjadi yang terbaik. Namun semua yang Raden lakukan selalu salah Radit tetap nomor satu, dikucilkan didalam rumah mewah sudah biasa bagi Raden. Berdiam diri dan tidak dianggap oleh orang tuanya itu sangat lumrah bagi Raden. Tetapi Tuhan maha adil saat tak seorang pun bisa menghiburnya dikala sedih, Dara hadir sebagai penerang Raden. Dara tak sempurna gadis itu sama seperti Raden, hidup dalam kesendirian dan terkucilkan. Namun Dara sangat berharga bagi Raden, Dara hidup Raden, Dara seperti cahaya senja bagi Raden sangat menghangatkan dan seperti senja Dara hanya sementara. Dara hilang dari hidup Raden. Keadaan tak seperti dulu, Raden Angkasa telah mati yang hidup saat ini hanya kebencian. Kebencian pada keluarganya sendiri. Raden hanya ingin Dara nya kembali, hanya itu. "Wajah lo mirip seperti dia, gue yakin ini elo Ra!"

Iciblue_ · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
16 Chs

Bab 4:Kamu gila

~Jika ada yang bertanya siapa manusia terbodoh, maka jawabanya adalah Raden Angkasa~

🌹

Gue gak tau ini dimana yang pasti gue gak pernah ketempat ini, walaupun terbilang indah namun sedikit menyeramkan. Bagaimana tidak? Disini hanya ada gue dan lelaki gila yang mengaku sebagai pacar gue. Aghrrr mendengar kata pacar membuat seisi kepala ingin keluar. Tuhan bantu Echa.

Semilir angin menyapu surai hitam milik Echa. Sudah hampir 10 menit mereka berada disini, di sebuah Danau yang terletak jauh dari pusat kota. Tumbuhan disekitar Danau terlihat amat asri seperti nya tak banyak manusia yang tahu keberadaan Danau tersebut.

"Ini tempat favorit gue" Ucap Raden memecah keheningan diantara mereka.

Echa menaikan sebelah alis nya, siapa yang bertanya? Dasar aneh, batinnya.

"Mau lo apa kenapa lo bawa gue kesini, lo mau perkosa gue?" Ketus Echa sembari memandangi punggung Raden yang sedang membelakangi nya.

Raden memutar tubuh nya dan tepat menghadap Echa. Raden melirik ke arah nametag Echa yang melekat diseragam nya.

"Nathecha Kenara. Bagus tapi kenapa mulut lo gak bagus" Sinis nya dan menatap manik Echa dengan begitu dalam.

Echa terlihat gugup mendapatkan tatapan mengintimidasi dari Raden mau bagaimana pun juga Echa masih gadis normal.

"Ma-mau lo apa?" Sahut Echa tak kala sinis.

Gadis bernama lengkap Nathecha Kenara atau yang kerap disapa Echa berusaha mengatur detak jantung nya agar tak terlihat lemah dimata Raden.

"Mau gue gampang kok. Cukup jadi pacar gue dan turuti semua kemauan gue. Mudah kan?" Jawab nya diakhiri dengan seringaian tipis dibibir nya.

"Kenapa harus gue?!" Desis Echa.

"Kenapa harus elo? Jelas elo karna wajah lo sangat menyebalkan" Sahuta Raden santai dan kembali membelakangi Echa.

Tentu saja Echa geram mendapatkan jawaban seperti itu namun mau bagaimana pun juga ia tak berani melawan lebih jauh lagi terhadap lelaki yang diketahi adalah seorang berandalan.

Echa mengedarkan pandangan nya mencari seseorang yang bisa dimintai tolong oleh nya namun nihil benar-benar tak ada seseorang disini selain ia dan Raden. Echa ingat jalan menuju ke Danau ini. Echa terlihat berfikir dan kemudian mengambil langkah mundur untuk menjauhi Raden.

"Jangan coba-coba kabur dari gue, karna kalau lo lakuin itu mungkin bukan cuma elo yang gue usik. Bisa jadi orang tua elo" Ancam Raden yang tau akan niat Echa.

Echa mengeratkan genggaman nya pada tali tas sekolahnya. Yang benar saja bagaimana bisa orang tua nya dibawa-bawa dalam masalah seperti ini. Benar-benar sinting.

Echa melangkah cepat kearah Raden.

"Lo manusia bukan sih. Kenapa pake ngancam gue. Lo bukan Tuhan paham lo?!!" Geram Echa.

"Gue lebih buruk dari iblis tapi gue gak munafik kayak manusia" Sahut Raden santai.

Jawaban Raden benar-benar tak masuk akan. Echa semakin kalang kabut menghadapi sikap Raden.

"Gue mau pulang. Lo mau gue laporin polisi atas kasus penculikan?" Ancam Echa.

"Polisi. Penjara itu makanan gue jadi eneg gue denger nama itu."

Wajah Echa sudah merah padam. Ia siap menerkam Raden kapan saja.

"Elo nyebelin banget sih. Mau lo apa?!!!" Desis Echa dan secara brutal memukuli tubuh Raden.

Raden menangkis serangan Echa dengan begitu mudah dan mengunci kedua pergelangan tangan Echa.

Nafas Echa tersenggal-senggal.

"Ck. Makhluk cebol kayak elo gak pantes mukulin gue lebih baik simpan tenaga elo buat ngelayani gue nanti."

Echa memberontak mendengar kata melayani.

"Dasar Bajingan!!" Desis nya dan memandang Raden dengan begitu dalam.

Raden bingung apa kata-kata nya ada yang salah. Mengapa gadis ini begitu marah.

"Elo kira gue cewek apa mau melayani nafsu bejat elo!!!" Bentak nya.

Raden menaikan sebelah alis nya. Genggam Raden sedikit melonggar dan itu merupakan kesempatan bagi Echa. Echa menghempaskan tangan  Raden.

"BAJINGAN!!" Desisnya tepat dihadapan wajah Raden kemudian melangkah menjauhi Raden.

Raden masih sadar sepenuhnya.

"Lo mau kemana?" Cegah Raden sembari menarik pergelangan tangan Echa namun gadis itu langsung menghentakan tangan Raden dengan cukup keras.

Hal itu membuat Raden naik pitam.

"Lo jangan macem-macem sama gue!" Ancam nya dan kembali menggenggam pergelangan tangan Echa dengan cukup keras dan membuat Echa mendesis kesakitan.

"Gue bukan budak seks lo. Paham lo?!" Sinis nya.

"Yang bilang elo budak seks gue siapa?" Tanya Raden sembari menaikan sebelah alisnya.

Echa semakin bingung dengan situasi ini.

"Gue bilang ngelayani gue bukan berarti lo harus jadi budak seks gue" Ujar Raden santai dan kemudian melepaskan genggamannya pada pergelangan Echa, "Dan lagi. Cewek cebol kayak elo gak banget buat gue" Timpal nya dan membuat Echa semakin tertohok.

Cebol? Heii ngaca badan elo yang kayak genter, batin Echa. Bagaimana tidak, tinggi tubuh Echa bahkan tak sampai bahu Raden.

"Sini lo" Titah Raden.

Echa melangkah mendekati Raden.

"Mau lo apa sih?" Kesal nya.

"Sini maka nya biar gue kasih tau mau gue apa" Sahut Raden.

Echa mendaratkan bokongnya disebuah kursi yang tersedia ditepi Danau dan diikuti dengan Raden. Echa memandang wajah Raden sekilas begitu pun dengan Raden.

Kenapa kalian begitu mirip batin Raden dan kemudian mengalihkan pandangan nya kearah Danau.

"Jadi mau lo apa?" Tanya Echa untuk kesekian kali nya.

"Gue cuma mau lo pindah kesekolah gue dan jadi pacar gue. Gampang kan" Seru Raden sembari menyandarkan punggung nya pada sandaran kursi.

Gampang?? Sedangkal itu kah otak pria?.

"Lo gila! Buat apa gue pindah kesekolah elo?" Ketus Echa.

"Turutin aja atau lo bakal tau akibatnya."

"Lo gak bisa gitu dong...."

"Kepindahan elo gue yang urus dan elo bisa langsung masuk disekolah gue besok" Tegas Raden dan kemudian melangkah mendekati motornya. Meninggalkan kekesalan yang sangat besar pada Echa.

"LO NGERUSAK MASA DEPAN GIE COWOK ANEHH!!" Bentak Echa dengan menghentakkan kaki nya diatas tanah.

"Masa depan elo gak rusak. Apalagi kalau lo dapet suami kayak gue hidup elo bakal makmur" Sahut Raden santai dan kembali mengenakan helm fullface nya.

"Amit-amit gue jadi istri elo" Ujar Echa.

"Buruan lo mau balik apa mau disini aja?" Ketus Raden karena Echa sedari tadi tak bergerak dari tempat duduknya.

"Ya mau balik lah,"

"Buruan gue gak punya banyak waktu."

Echa berjalan kearah motor Raden dengan bibir yang terus mengerucut.

Echa tak tau siapa nama cowok gila yang tiba-tiba menyandang status sebagai pacarnya, pasalnya diseragam Raden tak terterah nama atau pun nametag.

"Sebagai cewek elo, gue berhak tau siapa nama elo" Ucap Echa sebelum menaiki motor Raden.

"Raden" Singkat nya.

Echa memicingkan mata nya dan membuat Raden ingin mencongkel kedua buah bola mata Echa.

"Apa?" Ketus Raden.

"GAK!!!" Sahut Echa tak kalah ketus.