webnovel

Before a go

Kebebasan memang sifat alami Raden, tetapi demi menyenangkan hati orang tua ia mencoba menjadi anak yang penurut dan bisa dibanggakan. Masalah prestasi mungkin Raden kalah Dengan Radit kakaknya, tetapi Raden tak pernah putus asa ia tetap berusaha menjadi yang terbaik. Namun semua yang Raden lakukan selalu salah Radit tetap nomor satu, dikucilkan didalam rumah mewah sudah biasa bagi Raden. Berdiam diri dan tidak dianggap oleh orang tuanya itu sangat lumrah bagi Raden. Tetapi Tuhan maha adil saat tak seorang pun bisa menghiburnya dikala sedih, Dara hadir sebagai penerang Raden. Dara tak sempurna gadis itu sama seperti Raden, hidup dalam kesendirian dan terkucilkan. Namun Dara sangat berharga bagi Raden, Dara hidup Raden, Dara seperti cahaya senja bagi Raden sangat menghangatkan dan seperti senja Dara hanya sementara. Dara hilang dari hidup Raden. Keadaan tak seperti dulu, Raden Angkasa telah mati yang hidup saat ini hanya kebencian. Kebencian pada keluarganya sendiri. Raden hanya ingin Dara nya kembali, hanya itu. "Wajah lo mirip seperti dia, gue yakin ini elo Ra!"

Iciblue_ · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
16 Chs

Bab 2:Memories

Kus kus happy reading🌷🌷

.

.

.

"DENGER LO SEMUA! CEWEK DIDEPAN GUE ADALAH PACAR GUE JADI KALIAN GAK BERHAK BUAT NYENTUH DIA,PAHAM??" Ancamnya pada seluruh penghuni sekolah.

~~~~

Kalimat itu terus mengiang dikepala Echa. Siapa dia?

"Cha?" Seru Rara.

Gadis yang bernama Echa hanya memandang kosong pada dinding kamar nya. Setelah kejadian pengakuan tersebut Echa tak banyak bicara hingga pulang sekolah. Karena keadaan Echa yang sedikit murung maka Rara memutuskan untuk mampir ke rumah Echa.

"Cha!" Rara terus menggoyangkan tubuh Echa.

"Ra tunggu deh."

Setelah sekian lama akhirnya gadis itu mengeluarkan suara nya.

"Lo gak kenal cowok itu Ra?" Tanya nya dan Rara menggelengkan kepala nya sebagai jawaban.

"Lo yakin Ra? Setau gue lo punya banyak kenalan geng motor" Tanya Echa untuk kedua kali nya.

"Ya ampun Chaaa!!! Gue emang banyak kenalan geng motor tapi yang tadi itu gue gak tau. Tapi ya Cha cowok itu ganteng bangettt apa lagi yah lo liat cara dia ngakuin elo sebagai pacarnya, ya ampun sumpah sweet banget" Ucap Rara dengan antusias.

Echa memandang horor pada sahabatnya. Sweet dari mana tiba-tiba nyerang sekolah dan manjat gerbang sekolah dibilang sweet? Perlu oprasi nih si Rara.

"Lo seneng ya gue jadi mangsa nya dia?" Sinis Echa.

"Kok mangsa sih Cha. Denger yah cowok itu keren, hebat, jago berantem dan lagi lo liat ganteng nya tuh kelewatann" Sergah Rara.

"Tau ah. Pulang lo gue mau tidur." Kesal Echa sembari merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"Lo ngusir gue Cha?" Seru nya.

"Iyah huss sono lu pergi," ketus Echa sembari mengibaskan tangan nya.

"Awas aja lo, gue gak mau temenan ama lo lagi!" Kesal Rara dan beranjak meninggalkan Echa.

Brakk...

"PELANN!!" Teriak Echa karena sedikit terkejut dengan suara pintu yang tertutup kuat.

"BODO AMAT!!" Teriak Rara diluar sana.

Echa mendengus kesal dan memilih menutup mata nya semoga saja semua baik-baik saja.

Citttt.....

Motor besar Raden terparkir dihalaman rumah mewah milik keluarga nya. Langkah nya cukup lebar sesuai dengan fostur tubuh nya yang jangkung.

"Kamu baru pulang? Kemana saja kamu?" Suara bass milik lelaki separuh baya terdengar hingga gendang telinga Raden.

Raden memutar tubuhnya sempurna dan memandang remeh pada lelaki yang sedang bersantai diruang tengah.

"Papa ngomong sama gue?" Ujar nya.

"YANG SOPAN KALAU BICARA DENGAN ORANG TUA, RADEN!!" Bentak nya dan memandang tajam pada Raden.

"Ck. Selalu saja pake urat" Gumam Raden.

"Papa tanya sekali lagi ke kamu, kamu dari mana?" Ulang nya.

"Sejak kapan papa peduli sama gue?" Sahut Raden sembari memiringkan kepalanya.

"RADEN!!" Bentak nya.

"Mas Regan" Lirih seorang wanita dari arah tangga.

Lelaki yang bernama Regan merupakan ayah sekaligus kepala keluarga dirumah ini.

"Jangan ikut campur Diana, anak ini sudah kelewatan." Sahut Regan.

"Tapi mas kamu gak boleh kasar sama Raden." Ujarnya dan mendekati suami serta anak nya.

"Sejak kapan nenek sihir berubah jadi Cinderella?" Ketus Raden.

"RADEN!!! Dia Mama mu!!" Bentak Regan.

Diana hanya memandang sendu pada Raden, sebegitu benci nya kah ia pada wanita yang telah mengandung dan membesarkannya.

"Apa salah kami pada mu??" Tanya Regan.

"Salah kalian telah merusak kebahagiaan gue," Sahut nya.

"Rad__" Belum sempat Diana menyelesaikam kalimatnya Raden sudah terlebih dahulu melangkah meninggalkan mereka.

"RADEN SAMPAI KAPAN KAMU BAKAL MUSUHIN KELUARGA KAMU?!" Teriak Regan saat langkah Raden mulai menjauh.

Tak ada jawaban dari Raden pemuda itu seakan menulikan telinga nya. Langkah Raden sangat lebar hingga dalam sekejap ia sudah berada di dalam kamarnya yang hampir seluruh isi nya berwarna Biru kelam, mulai dari meja hingga kursi serta benda-benda kecil lain nya memiliki warna yang hampir sama.

Raden melempar tas nya asal dan melirik kearah jam dinding yang menunjukan pukul 21:00.

"Ck. Gue gak seburuk itu untuk ukuran anak sekolah wajar-wajar aja kalau gue baru pulang." Ujar nya sendu.

Langkah kaki Raden membawanya kearah kumpulam foto yang sengaja ia susun rapi disalah satu sisi kamar nya.

Lengan besarnya terangkat menyapu satu persatu foto tersebut.

"Dara liat deh mereka masih terus marahin Raden."

Iris kelam Raden menelusuri setiap foto tersebut. Tak banyak mungkin hanya seratus atau dua ratus lembar foto dan isinya adalah seorang gadis yang seumuran dengan Raden serta ada beberapa puluh foto gadis tersebut bersama Raden.

"Dara tadi Raden ketemu sama cewek dan Dara tau? Cewek itu mirip banget sama Dara" Lirih nya dan merasakan dadanya mulai sesak.

Tangan Raden terkepal kuat.

"Tapi Dara gak perlu takun. Raden gak bakal suka sama dia, Raden bakal buat dia menyesal karena dia uda ambil wajah cantik Dara. Raden juga janji kalau cuma Dara satu-satunya cewek dihidup Raden."

Dada Raden semakin sesak ia tak tahan lagi sudah cukup selama 2 tahun ini ia menderita sendirian tanpa dia dissisi Raden.

"Dara tau..." Raden tak menyelesaikan kalimat nya ia sangat menderita dengan semua ini. Memori nya kembali berputar pada kejadian 4 tahun lalu.

Flashback on

"RADEN!!" Bentak Regan dengan wajah yang memerah.

"Iyah pah?" Sahut nya dengan wajah cemas.

"Apa-apa an ini kenapa nilai kamu sangat buruk? Kamu liat kakak kamu Radit dia menjadi juara umum sedangkan kamu?!!!" Ujar nya berapi-api.

"Maaf Pa tapi Raden uda berusaha semaksimal mungkin" Seru nya sembari menundukan kepala.

"Percuma Papa buang uang buat kamu kalau kamu sendiri gak bisa membanggakan kelurga, mau jadi apa kamu?."

Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Raden ia sangat takut jika Papa nya mulai memarahi nya. Regan sedang diliputi amarah ia menunggalkan Raden sendirian di teras rumah dan menutup pintu dengan keras.

Brakk...

Raden sedikit terkejut.

Saat ini Raden masih menjalani semester pertama nya dimasa SMP ia kurang mengerti pelajaran yang sedikit rumit.

"Raden pasti bisa buat Papa bangga kok" Ujar nya pada diri sendiri kemudian ia memutar tubuh nya dan melangkah keluar rumah.

Raden berjalan mengikuti naluri nya ia masih lengkap dengan seragam Putih Biru nya bahkan tas hitam nya masih setia berada di kedua bahu nya. Raden melirik jam tangan nya dan waktu menunjukan pukul 14:30.

Meskipun Raden masih berusia 14 tahun yang berarti masih menduduki kelas 2 SMP namun tubuh Raden sangat jangkung dan bukan berarti wajah Raden juga terlihat tua, mala sebaliknya wajah Raden terkesan kalem bibir mungil nya selalu membentuk lengkungan pada semua orang iris hijau nya yang menjadi daya tarik nya, iris mata Raden sangat jerni.

Raden menghentikan langkah nya saat ia melihat seorang anak perempuan sedang berjongkok ditepi selokan kompleks.

Raden mendekati anak perempuan itu.

"Kamu ngapain?" Tanya nya?

"Kamu gak liat kucing nya kecemplung ni bantuin kek" Sahut nya tanpa memandang Raden, anak itu terus mengulurkan tangan mungil nya agar menggapai kucing tersebut.

Raden bingung harus berbuat apa ia melihat kiri kanan dan menemukan sebatang ranting ia segera mengambilnya dan memberikan pada anak perempuan itu.

"Pake ini aja" Ujar nya.

Anak perempuan itu menoleh dan beberapa detik kemudian menautkan kedua alis nya.

"Kamu suruh aku pake ranting? Emang dia apaan? Uda buruan kamu pegang tangan aku biar aku ambil kucing nya" Titah nya.

Raden hanya menuruti kemauannya dan setelah beberapa lama akhirnya anak tersebut berhasil menyelamatkan kucing tersebut dan membawa nya kedalam dekapannya.

"Baju kamu bisa kotor tau" Ucap Raden.

Anak tersebut tak memperdulikan ucapan Raden.

"Kamu Raden sih peringkat terakhir kan?" Tanya nya.

Raden tak menjawab ia malu sekaligus bingung bagaimana bisa aibnya terbongkar.

"Uda gak usah malu, aku Dara kamu lupa? Aku sekelas sama kamu dan aku juga peringkat kedua dari belakang setelah kamu" Ujar nya di iringi kekehan.

Raden menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

"Heheh... Benarkah?" Tanya Raden.

"Iyah. Tapi kenapa kamu masih pake seragam? Kamu diusir karena nilai kamu buruk?" Tanya nya dan Raden hanya mengangguk.

"Gpp kok lain kali kita kalahkan mereka yah" Timpal nya dengan senyum tulus.

Dan lagi-lagi Raden hanya mengangguk.

"Oo iyah kenalin nama aku Nadara Delysya panggil aja Dara, kalau kamu?" Ujarnya sembari mengulurkan tangannya.

Raden membalas jabatan tangan Dara.

"Aku Raden Angkasa panggil aja Raden."

Dara melepaskan pautan mereka.

"Oke Raden mulai sekarang kita temenan yah" Ucap Dara antusias.

Flashback off.

Tanpa sadar air mata Raden merembas dipipi nya. Ia sangat merindukan Dara nya, seandainya Dara masih didunia maka ia tak peduli jika ia dibenci keluarga nya bahkan ia tak peduli jika seluruh makhluk dibumi membenci nya asalkan Dara selalu disisi nya.

"Dara jahat uda buat Raden nangis" Lirih nya dan menghapus air mata nya.

Raden mengambil salah satu foto Dara disitu Dara terlihat sangat bahagia dan sangat cantik bagi Raden Dara adalah wanita tercantik. Raden merebahkan tubuhnya diatas kasur dan memandangi foto Dara yang mengenakan gaun berwarna Biru.

"I miss you so much Ra" Gumam nya dan mulai memejamkan mata.