webnovel

Before a go

Kebebasan memang sifat alami Raden, tetapi demi menyenangkan hati orang tua ia mencoba menjadi anak yang penurut dan bisa dibanggakan. Masalah prestasi mungkin Raden kalah Dengan Radit kakaknya, tetapi Raden tak pernah putus asa ia tetap berusaha menjadi yang terbaik. Namun semua yang Raden lakukan selalu salah Radit tetap nomor satu, dikucilkan didalam rumah mewah sudah biasa bagi Raden. Berdiam diri dan tidak dianggap oleh orang tuanya itu sangat lumrah bagi Raden. Tetapi Tuhan maha adil saat tak seorang pun bisa menghiburnya dikala sedih, Dara hadir sebagai penerang Raden. Dara tak sempurna gadis itu sama seperti Raden, hidup dalam kesendirian dan terkucilkan. Namun Dara sangat berharga bagi Raden, Dara hidup Raden, Dara seperti cahaya senja bagi Raden sangat menghangatkan dan seperti senja Dara hanya sementara. Dara hilang dari hidup Raden. Keadaan tak seperti dulu, Raden Angkasa telah mati yang hidup saat ini hanya kebencian. Kebencian pada keluarganya sendiri. Raden hanya ingin Dara nya kembali, hanya itu. "Wajah lo mirip seperti dia, gue yakin ini elo Ra!"

Iciblue_ · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
16 Chs

Bab 16: Kamu

Im kombekk....

Bismilah dulu yah biar afdhol 😁

Vote dulu biar berkah..

Komen biat nambah semangat 🤣🤣

Eitss jangan esmoning!

Oke kita mulai aja!

Happy Reading 😚😚

☘☘☘

"Pagi Echa," seru Rido menyisir rambutnya kebelakang.

Echa hanya memandang tanpa minat, sudah seminggu hari-hari nya bertambah suram jangan tanya kenapa. Tiga makhluk astral yang tiba-tiba menjadi bahan gosipan hangat bagi kaum hawa. Rido, Fadil dan Rifqi mereka selalu membuat kehebohan belum cukup kah saat pertama kali mereka menginjakan kaki di sekolah ini mereka sudah membuat onar dengan berpose ria dilapangan layaknya model papan atas. Wajah boleh tampan tapi kelakuan gak jauh beda sama orang gila. Dan lagi jangan lupakan manusia iblis yang terkadang bersikap selembut sutra dan terkadang sekeras batu.

"Kenapa?"sinis Echa melipat tangan nya di depan dada.

"Behh. Ibu negara pagi-pagi uda ngegas belom dapet jatah yah dari bapak negara?" goda Fadil.

Echa melenggang tanpa mau merespon ucapan mereka. Tidak cukup kah Echa harus berberat hati masih berada disekolah ini dan sekarang harus berurusan dengan mereka. Apa kabar dengan masa depannya!

"Ibu negara awas ntar kangen loh sama kita!" teriak Rido sebelum punggung Echa menghilang di dari pandangannya.

Suasana pagi ini cukup bagus, langit terlihat cerah tanpa adanya awan putih. Echa melangkah gontai menuju kelasnya.

"Harus kuat inget Cha demi Ibu" gumam nya menyemangati diri sendiri. Yap gadis itu melakukan ini hanya demi Ibu nya, Raden selalu mengancam akan menghancurkan usaha orang tua Echa jika gadis itu bersikukuh untuk meniggalkan sekolah ini dan kembali ke sekolah lamanya.

Gadis itu terus merapalkan kalimat penyemangat untuk diri nya hingga tanpa sadar hampir saja kepalanya membentur jendela yang baru saja terbuka. Echa terkejut saat tangan kekar seseorang melindungi dahinya dari jendela kaca tersebut.

"Kalau jalan tuh liat-liat"tegur nya dingin kemudian menutup kembali jendela tersebut dengan cukup keras." SIAPA YANG BUKA JENDELA?"ujarnya menggelegar.

Puluhan pasang mata menatap bingung pada Raden mengapa pemuda itu sampai berteriak.

"JAWAB!"

"Lo apaan sih gue ga papa,"cicit Echa merasa risih dengan tatapan siswa lain.

"Bacot lo!" Echa terlonjak, tadi sok sweet sekarang sok garang ni cowok mau apa sih.

"Ikut gue" titah Raden menarik pergelangan tangan Echa, langkah nya cukup lebar sehingga membuat Echa kesulitan menyeimbangi langkah nya.

"Mau apa sih, pelan-pelan kan bisa."

"Elo lambat!" dengan satu hentakan tubuh Echa sudah dalam gendongan Raden, Echa terpekik mengalungkan tangan nya pada leher Raden. Raden membopong tubuh Echa layak nya membawa kapas sangat ringan.

"Turunin gue, gue malu" bisik Echa, Raden tak menggubris ucapan gadis itu langkah nya semakin lebar menelusuri koridor kelas. Echa yang merasa malu memilih menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Raden.

Ini badan apa kapas sih ringan amat batin Raden.

"Ciwitt kek penganten aja mas"

"Aelah cewek itu lagi, gak tau malu yah anak baru uda berani deketin Raden"

"Eitsh..... Dunia berasa milik berdua"

"Bang Raden aku mau dong di gendong juga."

Cuitan lambe turah mulai beraksi lihat saja setelah ini akan ada berita besar yang akan menggantikan topik tiga pria tampan yang baru masuk seminggu lalu, siapa lagi kalau bukan ketiga sahabat Raden.

"Gue malu bego!" geram Echa semakin menyembunyikan wajahnya. Raden tersenyum tipis. Lucu juga ternyata.

"Diem atau gue banting!" ujar Raden mengancam.

Njay banting, bisa remuk tuh tulang lo Cha.

Tak mau mengambil resiko gadis itu memilih diam, pasrah aja deh sama keadaan.

Samar-samar Echa mendengar riuh pikuk gadis itu mendongakan kepalanya, ah pantas saja ramai ternyata Raden membawanya ke kantin. Raden menuju salah satu meja kosong, jangan lupa puluhan manusia yang menghentikan aktivitas mereka secara kompak. Bagaimana tidak, seorang Raden sudah biasa datang ke kantin tapi sekarang ada rasa baru Raden menggendong seorang gadis yang kelihatannya masih segar bugar tidak kekurangan kaki atau anggota tubuh lainnya.

"Duh dia lagi."

"Muak banget, sumpah tuh cewek makin hari makin kelewatan!"

"Cantik sih, pantes aja bang Raden suka."

"Mending gue lah."

Lagi-lagi cuitan lambe turah gak capek apa mulut mereka membicarakan orang lain? Raden menurunkan tubuh Echa kemudian menatap nyalang pada mereka yang secara terang-terangan menatap dirinya.

"Mau gue congkel mata lo ato gue siram cabe?!" desis Raden seketika membuat beberapa gadis itu panik dan kembali ke aktivitas awal.

"Lo ngapain ngajak gue kesini?" ketus Echa, gadis itu merapikan rambutnya yang berantakan.

Raden duduk berhadapan dengan Echa,"temenin gue sarapan."

"Emang di rumah lo gak ada makanan?"

"Berisik lo, Jojon pesenin gue makan!" tak menggubris ucapan Echa, Raden memerintah salah satu siswa dengan rambut belah tengah untuk memesankan nya makanan. Sultan mah bebas.

"Gak usa liatin gue segitunya, gue tau gue tampan" sergah Raden karena sedari tadi Echa menatapnya tanpa kedip, oke berlebihan tapi bener Echa menatapnya.

"Pede banget, lo tuh emang pemaksa yah suka ngatur pula gak takut kena azab lo?" Echa mencoba sabar berbicara dengan Raden.

"Suka-suka gue, elo diem dan ikuti apa mau gue!" Tegas, tak ada penolakan dalam hidup Raden.

Echa memilih diam percuma saja berdebat dengan Raden seperti buah simalakama ini salah itu pun salah. Setelah beberapa menit yang awkward Jojon datang dengan nampan yang berisi dua porsi nasi goreng dan dua gelas teh hangat. Pemuda itu meletakan nampan itu dengan hati-hati takut tumpah kali yah.

"I-ini kak pesanannya," ujarnya gugup.

Raden berdeham dan segera mengusir Jojon.

"Makan!" sepiring nasi goreng ia sodorkan pada Echa namun gadis itu menolaknya.

"Gue gak laper,"

"Makan atau gue paksa suapin elo pake mulut gue sendiri." Lagi-lagi Raden mengancam, dan jenis ancaman macam apa yang Raden lontarkan. Hrr membayangkan nya saja membuat Echa merinding.

"A-apaan sih."

"Ck. Blushing" gumam Raden.

"Siapa yang Blushing? Ngarang lo!"

"Gak usa ngegas blushing ya blushing aja!"

"Kok lo balik ngegas!"

"Elo ngebacot lagi gue beneran suapin elo pake bibir seksi gue ni" ujar Raden tak main-main, pemuda itu menyendok nasi goreng dan melahap nya.

"Dasar cabul!" kesal Echa dan segera memakan nasi goreng nya, daripada harus disuapi oleh Raden.

Tanpa mereka sadari penghuni kantin lainnya pada berdecak, ada yang mengumpat dalam hati dan ada pula yang secara terang-terangan mencibir Echa. Anak baru sudah belagu mendekati idola mereka awas saja.

Hufttt... Uda deh 1000 kata cukup buat kalian btw 1000 ada artinya.

Seribunga-bunga ketika memikirkan doi🤣🤣🤣 apa sih gaje bener lu thor.

Oke sorry plis bantal jangan diangkat dong eh itu yang mau banting hp jangan baperan dong njir🤣. Aku tau aku ngeselin tapi pembaca yang gak ngevote lebih ngeselin. Hayo loh tersinggung kan bomat lah aku gak peduli. Makanya vote gih ntar aku timpul lo pake segitiga bermuda, mau?

See you Blue pamit jan kangen klw kangen komen aja ntar muncul kok.