Aku menggeliat ketika merasakan sebuah lengan kokoh melingkar di perutku. Ketika membuka mata, aku langsung menemukan Bang Ares yang tengah tersenyum padaku. Aku tak mengatakan apa pun, hanya menyurukkan wajahku ke bahunya, kemudian menghirup aroma tubuh Bang Ares dalam-dalam. Tawa Bang Ares bergemuruh, terdengar begitu merdu di telingaku. Dia mengusap punggungku dengan lembut.
Bang Ares membelai rambutku. "Sayang, bangun dulu. Kita makan," ujar Bang Ares.
Aku menggeleng. "Nggak laper," kataku serak, kemudian mengeratkan pelukanku.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Bang Ares. Dia sepertinya begitu peka, sehingga bisa mengendus kesedihanku sekecil apa pun itu.
Aku hanya menggeleng, semakin membenamkan wajahku ke dadanya. "Nggak apa-apa. Aku cuma ... capek," gumamku. "Aku mohon, biarkan seperti ini untuk sementara," aku berbisik.
Tanpa mengatakan apa pun, Bang Ares mulai membelai punggungku dengan begitu lembut. Kemudian, kudengar dia mulai bersenandung.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com