webnovel

Pergi

"Wow, aku terkejut kau masih bisa sampai kesini tanpa luka yang berarti Fregrin." Aria berjalan mendekati Fregrin yang saat ini terlihat sedang kelelahan dengan napas yang terengah-engah dan menyembuhkannya menggunakan api milik Phoenix.

"Ah, Terima kasih Aria, kau sangat membantu." Fregrin bersyukur ia memiliki rekan yang baik dan kekuatan yang sangat mengerikan, jauh diatas dirinya. Aria juga terkadang memberinya beberapa pengetahuan yang belum ia ketahui, contohnya tentang teknik pelindung semacam yang digunakan oleh Froza saat ia menyerangnya.

Fregrin tak tahu darimana Aria mengetahui hal-hak semacam itu, pun ia juga tak tertarik untuk mencari tahu, biarlah semuanya berjalan dan Aria yang memberi tahu dirinya.

Kebetulan, saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju Kerajaan Eurasia yang berada di wilayah barat. Pada dasarnya, mereka memang tak punya alasan khusus. Mereka berdua meninggalkan Pangea dengan alasan mereka masing-masing.

Fregrin tentunya pergi karena alasan perseteruannya dengan akak pertamanya, sedangkan Aria beralasan bahwa dirinya hanya ingin menjelajahi dunia setelah kekuatan Phoenix di dalam dirinya bangkit yang membuatnya dapat menjaga dirinya walau itu kurang dari 1% dari kekuatan Phoenix.

Dengan beberapa usaha kecil, mereka dapat menyelinap keluar dari Wilayah Ibukota, jujur saja walau pengawal yang berjaga terbilang sangat banyak untuk hari ini, mereka semua sangatlah payah. Bahkan tak sampai 1 menit untuk mereka berdua mendapatkan celah penjagaan dan melakukannya tanpa serangan sama sekali.

Dengan itu, mereka menuju Kerajaan Eurasia, namun yang sebenarnya bertujuan untuk ke Eurasia hanyalah Aria, mereka berdua bersama dikarenakan tempat yang mereka tujuan kebetulan searah.

Selama beberapa minggu terakhir, Aria telah mengajarkan dirinya tentang banyak hal walau usia mereka berdua sama, bahkan ia mendapatkan seluruh ingatan milik Fregrin yang adalah seorang pangeran yang secara otomatis memiliki akses informasi yang lebih banyak dari orang biasa.

"Hei Fregrin, bagaimana dengan buku yang kau tulis itu? kemarin kau menunjukkan itu padaku bukan?" Lamunan Fregrin terpecah, ia pun menatap wajah Aria yang terlihat penasaran.

"Ah, buku terkutuk itu, aku meninggalkannya, entah kenapa aku merasa tidak nyaman dengan benda itu walau aku telah memperbaiki beberapa bagian yang sudah sedikit rusak pada bagian formula sihir tersebut." Mengingat buku itu, ia mengingat bahwa buku tersebut tak sengaja ia temukan pada bawah lemari kamar tidur Fregrin.

Buku itu sangat aneh dan mengeluarkan aura mengerikan yang lebih menusuk daripada aura milik Azmo yang merupakan seorang iblis kasta tertinggi. Namun buku tersebut sangat berguna dalam rencana kaburnya Fregrin dari kakaknya.

Namun tiba-tiba ia mengingat sesuatu. "Aku lupa, ini pedang milikmu."

Fregrin baru saja mengingat bahwa ia belum mengembalikan pedang milik Aria yang ia pinjam untuk berjaga-jaga jika gagal saat kabur, dan ternyata tidak salah dalam memilih, itu sangat berguna saat ia menghancurkan barrier yang mengelilingi istana.

"Eh, padahal jika kau tak mengembalikannya pun aku tak masalah, lagipula aku memiliki banyak stok senjata." Aria bicara dengan santai.

Namun berbeda dengan Fregrin yang terus dikejutkan olehnya. Ia memiliki Phoenix didalam tubuhnya itu mengejutkan, ia dapat menyegel Phoenix didalam tubuhnya itu mengejutkan, ia memiliki banyak pengetahuan tentang sejarah, sihir, alkimia dan bela diri itu mengejutkan, ia sudah membangkitkan soul weapon itu mengejutkan dan ditambah dengan perkataan terakhirnya bahwa ia memiliki lebih dari 1 senjata, itu adalah hal yang paling mengejutkan.

Memiliki soul weapon di usia muda bukanlah hal yang sangat langka, cukup banyak penyihir tingkat rendah yang membangkitkan soul weapon milik mereka, namun untuk memiliki lebih dari 1 soul weapon, itu adalah hal yang sangat langka bahkan kurang dari 10 kasus.

Bahkan sebenarnya soul weapon sendiri hanya dapat digunakan oleh pemiliknya, namun karena Aria sekarang adalah representasi dari Phoenix itu sendiri, itu adalah kasus yang berbeda karena ia dapat memberikan sesuatu yang disebut blessing seperti Angel atau Demon.

Entah apa yang disembunyikan oleh Aria, Fregrin pun tak berhak untuk mencari tahu karena bahkan dirinya memiliki rahasia yang banyak juga, bahkan Aria mungkin belum tahu tentang kekuatan energi milik Fregrin yang sebenarnya.

Waktu berlalu dengan cepat, cahaya fajar pun terbit dan menerangi dataran. Mereka berdua telah bergerak sepanjang malam tanpa henti dan tanpa lelah karena pasokan energi mereka yang besar dan juga kekuatan fisik dasar mereka yang telah terlatih dengan baik.

Pada akhirnya mereka berdua adalah sebuah fenomena aneh yang tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah sebuah masa depan bagi umat humanity di dataran ini. Bahkan mereka berdua pun menyadarinya, kejadian yang terjadi belakangan ini adalah sebuah pertanda entah apa itu, namun yang pasti, itu bukanlah sebuah pertanda baik.

"Aku masih penasaran dengan tujuanmu menuju Eurasia. bukankah akan lebih baik jika kau pergi menuju Gondwana?" Pertanyaan inj terlintas begitu saja di kepala Fregrin yang sejak tadi terlihat memikirkan banyak hal.

Aria mengangguk paham maksud dari pertanyaan tersebut. Dalam kultur Gondwana, Phoenix adalah raja yang menguasai setengah langit yang setengahnya lagi dikuasai oleh sang Naga yang telah mati. Berbeda dengan Phoenix yang selalu dapat bereinkarnasi setelah ia mati walau memakan banyak waktu.

Dan itulah yang diakui oleh masyarakat Gondwana bahwa Phoenix adalah entitas yang akan menyelamatkan manusia dari tangan para demon. Itu tidak salah, namun sebenarnya Phoenix tidaklau sebaik itu, ia memiliki tujuannya sendiri dalam menyelamatkan umat manusia.

Dan oleh sebab itu, pergi menuju Gondwana adalah pilihan terbaik bagi Aria karena tentu ia akan menjalani kehidupan yang relatif lebih mudah. Aria pun memikirkannya.

"Hm, mungkin benar, tapi apa kau tahu bahwa aku ingin merahasiakan kekuatan Phoenix di dalam tubuhku hingga aku benar-benar dapat menguasai sangat Phoenix?"

"Entahlah, mungkin pernah."

Reaksi tersebut membuat Aria menatapnya dengan tatapan datar. Tak tahu harus apa, ia hanya menatap balik Aria dengan tatapan bingung.

"Yah, yang pasti aku takan terus menyembunyikan kekuatan ini. Mungkin jika aku memberitahu mereka semua bahwa aku memiliki kekuatan Phoenix, Mungkin aku akan mengalami hidup yang bahagia, tapi itu akan membuat diriku lemah akan sanjungan dan pujian hanya karena aku memiliki kekuatan Phoenix. Oleh sebab itu, setidaknya aku harus menguasai setengah kekuatan Phoenix. Pada hari itu, akh akan memberitahu semua orang dan menjadi cahaya harapan bagi mereka semua."

Lagi-lagi senyuman menghiasi wajah Fregrin, Aria benar-benar berbeda dengannya, gadis itu memiliki sebuah tujuan yang jelas, tak seperti dirinya yang hanya ingin mempertahankan hidupnya.

Ia menaruh telapak tangannya diatas kepala Aria tanpa sadar. "Aku juga berharap bahwa aku akan menemukan tujuan layaknya dirimu suatu saat nanti."

Tangan Aria mendekati tangan Fregrin yang berada di atas kepalanya, lalu dengan cepat ia mengusir tangan Fregrin dari kepalanya. "Jangan pegang-pegang."

Entah kenapa kata-kata itu cukup menyakitkan secara mental bagi Fregrin.