"Hai dear." Mataku membulat sempurna melihat sosok yang kini duduk di sampingku. Sontak aku berusaha untuk kabur dari sana, namun cekalan tangan lelaki itu berhasil menarikku kuat dan kini tubuhku di peluknya dari belakang.
"Jangan ganggu aku!" Pekikku berusaha membebaskan tubuhku darinya, namun percuma, aku rasa pria itu sama sekali tidak mendengar pekikanku karena lagu yang berputar dengan sangat kencang.
"Jangan takut begitu, my love. Aku tidak pernah mengganggumu." Ada apa dengan pria ini? Aku ketakutan dan tidak ada satupun yang ku kenal di sini untuk kuminta pertolongan.
Alexa? Sekarang dia sudah menghilang entah ke mana bersama anak Walikota itu.
"Kau menggangguku sekarang dan waktu itu, di restoran." Aku masih berusaha semaksimal mungkin untuk melepaskan kekangan lelaki itu.
"Oh dear, rupanya kau salah paham." Pelukan paksa laki-laki itu padaku mengendur, dia memutar posisi tubuhku menghadapnya, sontak aku segera memundurkan beberapa langkah kaki darinya.
"Saat itu aku belum memperkenalkan diri dengan baik rupanya." Dion menuntunku untuk kembali duduk dan mengulurkan sebuah minuman baru yang aku tidak tahu apa itu. Minuman yang aneh, berwarna hitam pekat.
"Ini minuman persahabatan. Namaku Dion, kau harusnya sudah tahu itu. Aku teman Leo, tunanganmu." Leo memiliki seorang teman? Kenapa aku sedikit tidak yakin? Tanganku terulur untuk menerima minuman itu tanpa berniat meminumnya, takut jika Dion memasukkan sesuatu di sana.
"Teman?"
"Ya, kami karib. Bahkan sudah seperti saudara. Kemarin yang di restoran itu, aku hanya sedang berusaha menggodanya. Tapi rupanya aku terlalu berlebihan." Berlebihan sekali jika memang benar dia hanya berusaha menggoda dan bisakah dia berkata maaf sekali saja?
"Aku sedikit iba padamu."
"Maksudmu? Aku tidak butuh iba darimu."
*
Clarisa masih tidak tahu apa yang ingin di bicarakan pria ini padanya. Clarisa ingin segera pulang ke apartemennya, tapi Clarisa tidak terlalu yakin bisa mencari jalan pulang sendiri. Clarisa masih belum menghafal jalan dengan baik.
"Ya, aku iba karena akhirnya kau-lah yang di utus untuk menikahi orang sekejam Leo." Clarisa hanya bisa terdiam, bukan hal yang mengejutkan lagi jika Leo adalah seseorang yang kejam. Clarisa bahkan pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri kekejaman itu.
Tidak! Lebih banyaknya, Clarisa yang berulang kali hampir menjadi korban kekejaman Leo.
"Apa kau tidak tahu Jasmine? Leo pernah memiliki tunangan sebelummu."
Clarisa membulatkan matanya, bohong jika Clarisa merasa biasa saja. Dalam hati Clarisa saat ini sangat penasaran dengan apa yang pernah mereka lalui bersama dan alasan mengapa mereka berpisah.
"Aku belum pernah dengar." Cicit Clarisa, namun Dion masih bisa mendengarkan dengan baik di sela musik yang keras.
"Itu sebenarnya rahasia. Tapi jika kau ingin aku memberitahumu, aku akan dengan senang hati memberitahumu." Dion menyeringai mendapati gadis di hadapannya ini tampak berpikir dalam, rencananya untuk menghancurkan Leo untuk yang kedua kalinya mungkin akan lebih mudah dari yang pertama kalinya.
"Bagaimana? Syaratnya kau hanya perlu menghabiskan minuman itu." Mata Clarisa melirik minuman berwarna hitam pekat yang Dion berikan padanya tadi.
"Bagaimana aku bisa tahu kalau kau tidak berbohong tentang Leo?"
"Mudah, sebutkan nama tunangan Leo itu di hadapannya dan Leo akan marah." Clarisa mengernyit heran.
"Jika kau begitu penasaran, kau hanya perlu meneguk minuman itu." Lalu akan kubawa pergi. Dion semakin melebarkan senyumannya, saat gadis di hadapannya ini mulai mendekatkan gelas itu ke bibirnya yang merah menyala.
Dion merasa tergoda, padahal gadis itu hanya minum.
Clarisa meneguk dengan perlahan, memastikan minuman itu tandas sepenuhnya. Rasanya sangat biasa, tapi begitu minuman itu habis ada rasa terbakar di tenggorokannya. Rasanya sangat tidak nyaman.
"Baiklah, karena kau sudah meminumnya. Aku akan menceritakan semua tentang tunangan pertama Leo." Clarisa menganggukkan kepalanya, ada sedikit rasa pusing yang menyerang kepalanya. Namun Clarisa menahannya sekuat mungkin.
"Nama tunangan Leo itu Sakura. Namanya bunga sama seperti namamu."
"Tidak namaku sama sekali tidak memiliki unsur bunga." Dion terkekeh, heran mengapa dari pertama bertemu Jasmine sangat membenci namanya sendiri? Sepertinya ini karena gadis di hadapannya ini mulai terpengaruh minuman keras itu.
Clarisa tidak menyadari bahwa sekarang dirinya mulai bicara melantur, bahkan ia tidak menyadari wajahnya mulai memerah. Hanya merasakan pusing dan sedikit panas di dalam tubuhnya.
"Terserah kau saja, kau tahu? Leo sangat mencintai Sakura, tapi sayangnya tidak dengan Sakura."
"Sakura berselingkuh?"
"Benar, bagaimana kau bisa tahu?"
"Sudah kuduga." Dion benar-benar merasa ada yang berbeda dari gadis di hadapannya ini, Jasmine dimatanya terlihat sangat unik. Pipinya yang menggembul dan memerah, tingkah menggemaskannya saat mabuk atau sikap sok beraninya saat sadar. Benar-benar perpaduan yang tidak biasa.
"Lalu apa yang terjadi?" Hebat sekali, Clarisa masih bisa menyimak dan mengikuti alur cerita buatan Dion.
"Sakura berniat kabur bersama selingkuhannya itu, tapiii...."
"Leo memergokinya dan Leo mulai membencinya. Sakura saat itu langsung Leo kirim ke rumah bordir dan di jadikan sebagai wanita penghibur." Clarisa menelan ludahnya, Clarisa tidak berniat selingkuh sama sekali. Jadi tolong lindungi Clarisa Tuhan!
"Lalu keadaan Sakura bagaimana?"
"Apalagi selain mati?" Clarisa turun dari kursinya dengan sempoyongan dan terburu-buru, bahkan tangannya tanpa sengaja menyenggol gelas yang sudah kosong tadi.
"Tunggu, kau mau ke mana?"
"Aku tidak mau mati, hiks..." Clarisa mulai meneteskan air matanya.
"Kau tidak akan mati, kalau kau tidak berniat untuk selingkuh." Sepertinya Dion berhasil membuat gadis ini ketakutan pada Leo.
Di sela kewarasannya, yang Clarisa khawatirkan adalah ketika nanti ia berencana kabur dan Leo memergokinya. Apakah dirinya juga akan mati seperti gadis bernama Sakura?
"Aku tidak mau mati!" Clarisa mulai menangis sesegukan sembari berjalan mencari jalan keluar. Langkahnya yang tidak seimbang membuatnya menabrak beberapa orang yang ada di hadapannya.
"Jasmine!" Teriak Dion sambil terus mengikuti langkah Jasmine di tengah keramaian lantai dansa. Sial! Gadis itu gesit juga menghindar.
Berhasil! Dion berhasil menangkap tangan gadis itu!
"Tenang Jasmine! Aku pastikan kau akan aman jika pergi bersamaku!" Teriak Dion pada gadis yang terus berontak itu.
"Aku tidak mau mati!" Teriak Clarisa berulang kali, membuat beberapa orang yang ada di sekitarnya menatap aneh dirinya dan Dion.
"Diamlah! Kau bisa membuat banyak orang salah paham denganku."
Clarisa masih terus memberontak. Hingga beberapa orang yang ada di sekitarnya memilih untuk menghindar. Dion susah payah membujuk gadis ini.
Rupanya Jasmine bukanlah gadis yang mudah untuk di pengaruhi, berbeda dengan Sakura yang langsung luluh dengan rayuannya.
Dion akhirnya berhasil menyeret Jasmine untuk pergi ke pinggiran lantai dansa.
"Ayo ikut denganku, kupastikan kau akan aman." Clarisa masih terus memberontak, beruntung tidak ada orang yang berusaha meleraikan mereka. Hingga tidak terlalu merepotkan bagi Dion untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
"Aku tidak mau!"
"AYO!" Dengan sekali hentak Dion berhasil menyeret gadis itu semakin menuju pintu keluar.
Namun tarikan Dion tiba-tiba terasa sangat berat.
"Aw sakit!" Pekik Clarisa dengan bahasa asal negaranya yang membuat Dion mengernyit.
Tanpa Dion duga, sebuah tangan kini menarik paksa tangan Jasmine untuk terlepas darinya. Kali ini Dion kurang cepat, Leo datang dan tengah memeluk gadisnya yang sudah tidak sadarkan diri dengan posesif.
"JANGAN SENTUH MILIKKU!"