Shin dan Sento memasuki Area khusus untuk para Pekerja di sini, tapi Shin tidak terlalu terkejut dan malah senang karena tebakannya benar kali ini. Ada satu pertanyaan yang belum terjawab dan mungkin akan terjawab nanti.
Tujuan Sento apa? Kalau dilihat-lihat, Sento sepertinya tidak berniat jahat dan rasanya seperti membujuk Shin untuk bersimpati. Namun, Sento telah memberikan Shin gambaran gadis menyebalkan dan tidak sopan, jadi Shin benar-benar tidak mau bersimpati sama sekali.
Mereka berdua menaiki Lift, sepertinya menuju ke atas kastil. Shin tidak banyak bertanya, karena dia sudah bosan melihat kekonyolan di Taman Bermain yang tidak seperti Taman Bermain ini.
Mereka sampai, Shin dituntun menuju balkon dan disana terlihat seorang gadis berpakaian Putri sedang duduk menikmati Tehnya.
"Pergilah."
"Baiklah." Shin mendekati gadis itu dan lagi-lagi seorang gadis cantik, membuatnya menghela nafas kesekian kalinya. "Jadi …"
"Apa Anda Sasaki Shin-sama?"
"Ya."
"Syukurlah. Nama saya Fleiuranza Latifa."
"Jadi ada apa?"
"Saya ad—"
"Tujuanmu. Yang ingin kutanyakan hanya itu." Shin menatap datar Latifa sang Putri, dia merasa sudah tidak tertarik lagi.
"Kau! Jangan memotong ucapan Latifa seenaknya!"
Shin melirik kebelakang, ternyata … "Tikus cebol lagi. Mau apa kau ke sini? Merusuh?"
"Sialan!"
"Ternyata kau juga bisa bicara, berkata kasar pula. Tapi siapa peduli." Shin mengalihkan tatapannya ke Latifa kembali dan menunggu jawabannya.
Latifa menyadari tatapan Shin, tapi dia tetap tersenyum. "Apa Anda sudah melih—"
"Sudah kubilang, apa tujuanmu? Aku tidak punya banyak waktu hanya untuk semua ini! Padahal aku ingin istirahat hari ini, lalu tiba-tiba ada gadis mengajakku, tidak .. dia memaksaku ke taman bermain yang memperlakukan tamunya dengan buruk."
Biasanya Shin tidak berkata keras seperti ini kepada gadis, tapi … pikirannya memang sudah tidak baik sejak malam itu. Malam dimana dia memimpikan kejadian ulang masa lalunya yang membosankan. Jadi suasana hatinya kacau dan pikirannya juga kacau.
Moffle dan Sento hanya terdiam, bagaimanapun mereka memang salah dan mereka terdiam karena mengakui hal tersebut.
"A - Ah, baiklah."
"Tck. Kalau begitu jelaskan dengan cepat. Aku bosan menunggunya."
"B - Baik. Saya adalah Manager di Taman Bermain ini. Dan, seperti yang sudah Anda lihat sebelumnya. Taman Bermain ini diambang kehancuran, jadi … Oleh karena itu, Saya meminta bantuan Anda."
"Bantuan?"
"Tolong jadilah pengelola di Taman Bermain ini."
"Hah?" Shin kebingungan. Dia menutup wajahnya dengan telapak tangannya, nafasnya tak beraturan dan seketika … "Jangan bercanda!!" Amarahnya meledak dan dia langsung pergi dari sana.
"""...""" Semuanya tidak berkata-kata, hanya bisa melihat kepergian Shin
***
Shin duduk di kursi, lebih tepatnya di luar Taman Amagi Brilian Park. Dia menyandarkan punggungnya, merasa lelah dan ingin beristirahat. Tapi rasa bersalah karena telah membentak seorang gadi masih membayang-bayangi kepalanya.
Dia juga sempat mengobrol dengan orang yang kebetulan lewat. Orang tersebut ternyata dari Pengembang Amagi yang sedang mengawasi dan melihat-lihat Taman Bermain ini. Obrolan itu malah memperburuk suasana hatinya.
'Apa yang harus kulakukan?' Shin menutup matanya, menenangkan pikirannya.
"Hei, tantangan itu menyenangkan, loh!"
"Apa maksudmu, Ayah? Jelas-jelas merepotkan. Aku tidak menyukai hal semacam itu."
"Yah, sebaik-baiknya seseorang bisa memberimu Pengalaman. Dan Ayahmu ini memiliki banyak Pengalaman berharga dari masa lalu. Begitu banyak orang yang Ayah kenal dan memberikan Ayah pengalaman berharga."
"Kau mau menipuku lagi?"
"Tentu saja tidak. Tapi yah, Nak, suatu saat kau akan menghadapi banyak masalah. Tidak ada cara untuk menghindari masalah, kau cuma bisa kabur seperti pengecut, walaupun saat ini kau juga sudah menjadi pengecut."
"Mengejekku lagi, ya."
"Tidak juga. Tetapi masalah akan selalu ada dan datang. Hadapi masalah itu dengan sekuat tenaga. Jika gagal atau kesulitan pun, kau bisa mendapatkan pengalaman berharga."
"Aku tahu. Kau juga pernah mengatakan kepadaku kalau seseorang tidak akan bisa berjalan jika dia tidak pernah terjatuh. Begitu, kan."
"Tepat sekali. Kau cuma perlu tersenyum, nikamti setiap prosesnya dan tentunya gunakan apa yang menurutmu berguna bagimu. Manfaatkan segala sesuatu di sekitar. Manfaatkan juga kesempatan. Jangan sampai kehilangan itu. Terkadang, kesempatan tidak akan datang dua kali."
Shin membuka matanya, menyeringai dan tertawa kecil. "Ayah, aku sangat membencimu. Jika aku menerima tawaran tadi, aku makin banyak masalah. Genmu benar-benar buruk. Tubuhku dan pikiranku berkata tidak, tapi sisi lainku berkata iya."
Shin berdiri dan mengakui kalau dia memang belum menerima kenyataan, tapi untuk saat ini … dia merasa sudah siap dan yang perlu dia pikirkan adalah cara menangani masalahnya sekarang. Lagipula, tawaran dari Latifa tadi sangat menguntungkan baginya.
Mengapa? Karena Shin menjalankan satu Perusahaan besar di Jepang secara diam-diam. Perusahaan yang bergerak di dunia perfilman dan juga game. Banyak game yang dia hasilkan dan banyak pula film yang sudah terkenal.
Jika dia menerima tawaran Latifa tadi, maka dia bisa mempromosikan Taman Hiburan lewat Film atau Game yang dia buat. Dengan begitu juga, semakin banyak para pengunjung yang datang. Dia juga semakin untung.
"Baiklah. Saatnya memulai Bisnis baru." Shin menepuk-nepuk pipinya dan berjalan kembali ke dalam Amagi Brilian Park dengan keputusannya saat ini yang pastinya sudah dia pikirkan baik-baik.
"Apa ini akan menjadi titik balik hidupku? Hahaha. Mungkin saja." Senyuman Shin dipenuhi dengan niat tidak jelas. Dia membuka telapak tangannya, memunculkan tulisan-tulisan yang mengambang di udara.
'Hmm … Menarik. Jadi mereka mempunyai Penyihir yang bisa meramalkan masa depan. Pantas saja di Profilku ada gelar "Anak Ramalan", ternyata mereka.'
***
Semua orang berkumpul di halaman kastil, membicarakan tentang akhir hidup mereka yang sebentar lagi akan berakhir. Mengapa mereka tahu? Tentu saja, karena Shin yang menolak menjadi pengelola Taman Bermain ini.
Shin adalah orang yang diramalkan akan membuat Taman Bermain ini kembali ramai, tapi apa? Shin justru menolak menjadi pengelola Taman Bermain ini dan pergi begitu saja. Mendengar hal tersebut, tentu saja orang-orang putus asa dan menyerah.
Memang apa masalahnya? Ketika Taman Bermain ini tutup, maka sudah dipastikan hidup mereka berakhir dan menghilang. Energi kebahagiaan dari orang-orang di Taman ini adalah kehidupan mereka itu sendiri, jadi ketika sudah tidak ada lagi pengunjung maka …
"Perhatian! Sebentar lagi, Yang Mulia Fleuranza Latifa, Putri Pertama Negeri Maple akan segera berbicara. Tolong dengarkan baik-baik."
Semua orang diam dan tenang. Di atas, terlihat Latifa di dekat Sento, menarik nafasnya dan bersiap-siap berbicara kepada semua orang.
"Selamat malam, semuanya. Saya memberitahukan kepada kalian semuanya bahwa ada kabar buruk untuk kita semua. Dalam empat bulan lagi, Taman Amagi Brilian Park akan tutup sesuai yang ada di Kontrak dengan Pengembang Amagi."
Semua orang menunduk dengan wajah murung. Yah, benar. Ini adalah keputusasaan mendengar bahwa hidup mereka akan berakhir dalam empat bulan saja. Waktu yang sangat singkat.
"Meski begitu, Saya akan berusaha untuk mencarikan kalian Pekerjaan."
"Latifa-sama! Apa Anda serius?! Bahkan jika ada, belum tentu hidup kami terjamin! Kami akan mati!"
Hanya dengan kata-kata itu saja membuat semua orang menjadi lebih putus asa, bahkan Latifa tidak bisa memikirkan cara lain.
"Tapi jika kita berusaha—"
"Berusaha pun percuma! Waktu sesingkat itu tidak akan membuat hidup kami tenang!"
"A - Ah. Ini … Ini memang kesalahan Saya. Maafkan Saya. Saya hanya bisa meminta maaf kepada kalian semua. Harapan kalian telah Saya hancurkan. Saya benar-benar minta maaf." Latifa membungkuk meminta maaf dengan wajah sedih dan dari matanya mengeluarkan air mata.
Shin yang bersembunyi terus menyeringai, tapi seringainya kaku karena dia merasa bersalah. Moto hidupnya yang telah dia pegang teguh sampai saat ini, hancur berkeping-keping. Tapi … masih bisa diperbaiki!
"Latifa-sama …"
Semua orang putus asa, ditengah-tengah keputusasaan itu hanya da satu orang yang tertawa lepas.
"Fuahahahaha!! HAHAHAHA!!"
Seketika semua orang terkejut, melirik kebelakang dan melihat Shin yang tertawa lepas. Moffle merasa marah dan maju mendekati Shin.
"Kau, anak yang tadi! Untuk apa kau ke sini!"
"Menertawakan kalian semua."
""""!!!!!""""
"KAU!"
"Tak kusangka aku melihat pemandangan langka seperti ini. Orang-orang yang tadi memberiku masalah dan memperlakukanku dengan buruk, kini berwajah putus asa. Sangat menyenangkan sekali melihatnya kalian seperti ini!"
Moffle sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, berlari menuju Shin dan berniat memukulnya, tetapi yang dia pukul bukan Shin melainkan udara. Shin dalam sekejap melewati Moffle dengan kecepatan abnormal.
Dia berdiri ditengah-tengah kerumunan, masih dengan seringainya. Hanya Sento, Latifa, dan Moffle yang tahu kalau ada perbedaan antara Shin yang mereka temui beberapa saat yang lalu dan Shin yang saat ini.
"Kalian semua tahu, kalian seperti kumpulan pengecut yang putus asa! Hanya bisa merengek dan menangis! Hahahaha! Yah, kalian menggambarkan diriku sekali. Itu dulu, tapi sekarang … Aku saat ini sudah memutuskannya!"
"Diam, bocah! Cepat pergi dari sini! Aku tidak ingin mendengar omong KOSONGMU lagi!" Teriak Moffle.
"Bukankah kau yang membutuhkan aku di sini? Kau saat ini sedang putus asa, menyerah dan hanya bisa menyalahkan keadaan. Sama denganku, dulu."
"Grrr! AK—"
"Moffle-san."
Moffle terdiam ketika mendengar panggilan Latifa, dia tahu kalau dia harus diam sebentar saat ini, membiarkan Shin mengambil alih pembicaraan di sini.
"Sasaki-sama, silahkan bergabung di atas sini."
"Dengan senang hati."
Shin berdiri di atas, memandangi orang-orang yang berada dibawah, mereka semua menatap dirinya dengan tatapan kebencian yang jelas dimata mereka. Dia semakin tersenyum lebar dan merasa kalau dia lebih lega.
"Taman Bermain kalian saat ini diambang kehancuran. Tidak ada cara lain selain menyerahkan semuanya kepadaku. Heh, kalian seharusnya berterima kasih."
"..." Tidak ada kata-kata kasar yang dilontarkan kepadanya, menandakan kalau mereka sangat loyal kepada Latifa.
"Sebelum ke sini, aku bertemu dengan orang dari Pengembang Amagi dan kami berbincang-bincang sedikit, lalu berkata kepadaku kalau hanya orang-orang bodoh yang mau membuang uangnya di sini."
"..." Mereka semua kesal, tapi tidak mengatakan apapun selain tatapan penuh amarah.
"Kupikir itu benar dan aku cuma bisa tertawa. Tapi aku juga kesal, karena bagaimanapun juga aku sudah memutuskannya kalau aku akan menjadi pengelola di Taman Bermain ini. Dia adalah musuhku mulai sekarang."
Jika memang benar kalau Shin akan menjadi pengelola taman bermain ini, maka hidup mereka akan sedikit terjamin. Tapi masalahnya, apakah Shin benar-benar di Pihak mereka? Melihat sifatnya tadi, membuat mereka berpikir dan ragu untuk percaya kepadanya.
"Mungkin telat, tapi namaku adalah Sasa— Lupakan itu. Namaku adalah Arkmanh Yeiula Shin. Orang yang akan kalian puja-puji dimasa depan. Ingat itu."
Kharisma Shin sangat terasa seakan terlihat oleh semua orang dengan jelas. Tidak hanya itu, tapi penampilannya saat ini layaknya seorang Raja yang akan mengambil hak kekuasaannya kembali.
Apa ini benar-benar saatnya Shin menjadi Shin yang dulu? Entahlah. Shin juga tidak terlalu mengerti dengan dirinya sendiri. Jika memang benar dia akan kembali menjadi dirinya yang dulu, itu sedikit membuatnya takut.
Namun, Shin akan berusaha merubah dirinya ke yang lebih baik. Memang benar dia menjadi dirinya yang dulu, tapi versi lebih baik. Sosok Sasaki Shin mungkin akan menghilang, digantikan oleh Arkmanh Shin.
***
"Shin-sama, apa ini akan baik-baik saja?"
"Benar. Dan juga, kenapa kamu mengganti namamu?"
"Sebelum itu, aku punya permintaan kepada kalian. Dan aku akan egois, karena aku sedikit kesal pada pertemuan pertama kita." Shin meletakkan cangkir tehnya dan tersenyum kepada dua gadis di depannya.
Shin juga baru tahu kalau umur Latifa jauh lebih tua darinya, mengapa tubuhnya masih muda, karena itu adalah efek kutukan.
Latifa awalnya sakit-sakitan, jadi Raja memerintahkan seorang Penyihir untuk menyembuhkannya dengan janji akan menikahkan Penyihir tersebut dengan Latifa. Tapi Raja tidak memenuhi janjinya, membuat sang Penyihir marah dan mengutuk Latifa.
Seharusnya Penyihir itu tidak bersalah kalau diambil dari beberapa sudut pandang yang berbeda, tapi … Shin mempunyai alasan kenapa dia tidak mau membela si Penyihir. Dia di Pihak Latifa saat ini. Lagipula, si Penyihir sudah menjadi musuhnya.
Yap. Penyihir adalah orang dari Pengembang Amagi yang Shin temui tadi.
"Apa itu, Shin-sama?" Latifa ingin tahu, begitu juga dengan Sento.
"Kalian harus mengenakan Pakaian Maid dan melayaniku. Terutama kau, Sento Isuzu. Aku tidak sabar melihatnya. Ehehehe."
'Sial. Ayah juga pernah melakukan ini kepada Ibu. Gennya benar-benar buruk bagiku.'
""Eh?"" Kedua gadis itu bingung dan perlu beberapa saat untuk memahami kata-kata Shin, membuat wajah mereak memerah karena malu mendengar permintaan Shin.
"Hmm. Kira-kira Pakaian Maid seperti apa yang cocok?"
***
( - Penjelasan : Trauma Shin akan kenyataan, membuatnya takut untuk melakukan hal-hal tertentu. Namun, setelah dia merubah dirinya menjadi sosok palsu bernama "Sasaki Shin", dia menjadi lebih percaya diri.
Sasaki Shin hanyalah sosok palsu yang dibuat-buat hanya untuk menutupi Arkmanh Shin yang takut akan kenyataan.
Teman pertamanya dibunuh oleh dirinya sendiri. Alasannya agak rumit. Temannya hanya ingin memanfaatkan dirinya mengingat Shin mempunyai banyak uang dan koneksi.
Shin tahu akan hal itu, tapi menolak kenyataannya dan seolah-olah tidak tahu apa-apa. Sementara Ayahnya hanya menonton dibalik layar.
Ketika Acara Ulang Tahun, di sanalah semuanya berawal. Ayahnya mengatakan kepada Shin tentang semua dan motif tersembunyi temannya, sehingga memancing amarah Shin untuk mencelakai temannya.
Tapi malah berujung ke Pembunuhan. Ayahnya bangga atas hal itu, sementara Shin menjadi ketakutan dan menyalahkan Ayahnya atas pembunuhan ini.
Kenyataan yang begitu kejam dan Shin tak mau menerima semuanya. Tetapi di Chapter ini, akhirnya Shin membuka dirinya kembali dan menjadi sosoknya yang lama.
"Terkadang untuk menyelesaikan masalah serius, membutuhkan penyelesaian sepele." )