Luna memejamkan matanya rapat-rapat dan kedua tangannya terkepal dengan erat, di satu sisi ia percaya Istvan tidak akan menusuknya, tapi di sisi lain ia takut dengan mata biru Istvan yang berkilat-kilat itu.
Sepertinya Istvan tidak bercanda.
Beberapa detik kemudian, Luna tidak merasakan rasa sakit yang ia bayangkan dan membuka matanya.
Dadanya tidak terluka dan lengannya masih dipegang Larson dari belakang, tapi di depannya tangan Aodan melintang mnghalangi duri yang menusuk, membiarkan lengannya tertusuk duri dan tetesan darah berceceran jatuh ke atas rumput.
"Ah … bisa jelaskan dulu apa yang sebenarnya akan … kita lakukan?"
Luna tidak tahu harus bereaksi seperti apa dalam situasi seperti ini, wajah Istvan tidak terlihat bagus, seperti siap untuk memukul orang yang ada di depannya kapan saja.
Istvan menarik duri dari tangan Aodan dan mengeratkan genggaman tangannya, Aodan berdiri di depan Luna dan menatap Istvan dengan tajam, mengawasi gerak-geriknya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com