webnovel

KABAR BURUK (2)

"Petugas Adam, apa yang aku katakan mengenai seseorang bertopeng yang merupakan seorang tersangka adalah bernar. Dan aku yakin bahwa ada seseorang yang menyaksikannya pergi melarikan diri dari tempat kejadian." Jax tidak ragu untuk memyuarakan apa yang ada di dalam pikirannya dan memanggil petugas bawahan itu segera setelah Jax memutuskan bahwa ia harus membela dirinya sendiri.

Jika ia tidak melakukannya, maka ia harus menghabiskan waktu di balik jeruji penjara selama sisa hidupnya ini. ia baru saja menyentuh usia dua puluh tahun pada bulan April tahun ini. itu bahkan belum sampai dua bulan sejak hari ulang tahunnya dan ia akan terhenti untuk mencapai segala tujuannya, jika ia gagal untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.

Sungguh merepotkan! Ia tidak melakukan apapun tapi dipaksa untuk menghadapi situasi yang berbahaya ini.

Namun, Jax hanya menemukan dirinya merasa kecewa lagi.

"Tidak, Tuan Black. Kami sudah bertanya kepada orang-orang disekitar dan tidak menemukan satu pun saksi yang bisa mendukung pernyataanmu yang mengatakan bahwa seorang pria bertopeng keluar dari dalam apartemenmu." Petugas kepolisian yang bernama Adam, berkata dengan tenang, seakan ia sedang membacakan sebuah buku untuk bocah berusia tiga tahun.

Apa-apaan ini! tidakkah petugas ini memiliki hal penting untuk dikatakan untuknya?! Setiap kali ia membuka mulutnya, ia hanya mengatakan semua hal yang selalu menjatuhkan harapan Jax.

Hanya begitu saja, harapannya yang terakhir juga memilih agar dirinya terjun ke dalam kekacauan ini.

Bagus, sungguh luar biasa!

"Tuan Black, apa hubunganmu dengan Tuan Robert?"

Pertanyaan baru ini membawa Jax keluar dari pikirannya yang serius, yang seadang sibuk mengutuk nasib sialnya.

Jax mengangkat kedua matanya dan menatap ke arah petugas bertubuh tinggi itu, dengan kebingungan murni yang terlihat di dalam wajahnya.

Samuel, sang inspektur mengulang lagi pertanyaan yang sama satu kali lagi tanpa merasa terganggu.

"Siapa Tuan Robert ini?" Jax bertanya dengan polos.

Dan itu adalah giliran kedua petugas kepolisian itu untuk menatap ke arah Jax seakan ia datang dari planet yang berbeda, yang dengan sukses membuat Jax yang sudah merasa sangat bingung untuk merasakan emosi yang seperti rollercoaster satu kali lagi.

"Tuan Robert adalah orang yang sama dengan orang yang menjadi korban pembunuhan di dalam apartemenmu." Petugas Adam tidak terganggu untuk menyaring apa yang akan ia ucapkan.

Jax tidak tahu apa yang harus ia rasakan saat ini. sebelumnya, ketika ia baru saja terbangun di dalam ruangan rumah sakit, ia memikirkan korban yang dibunuh dengan brutal tepat di hadapan matanya.

Dan sekarang, ia bahkan tidak tahu siapa korban itu, namun orang itu terbunuh di dalam apartemennya. Yang lebih buruk lagi, ia sungguh dijebak di dalam pembunuhan orang ini.

"Aku tidak mengenalnya," Jax menjawab dengan nada bicara yang menyerah.

Pria muda ini terlihat seakan ia berada di ujung kehancuran hidupnya. Apa lagi yang bisa ia katakan selain keberannya? Tapi ia tidak berharap bahwa para petugas ini akan percaya bahwa dirinya memang tidak bersalah.

Itu sudah sangat jelas dari sudut pandang mereka bahwa ia adalah pembunuh yang sebenarnya karena mereka memegang tumpukkan bukti yang bisa membantu mereka menunjukkan kelima jari mereka terhadap Jax.

Selain dari Jax, hanya ada dua orang lain yang bisa mengatakan kepada mereka mengenai pembunuhan yang sebenarnya. Sang korban dan pembunuh itu sendiri.

Sang korban tidak bisa kembali hidup untuk membuktikan ketidak bersalahannya dan sang pembunuh sebenarnya, tidak akan menjebak dirinya dari awal, jika ia ingin meyerahkan dirinya.

Kedua petugas kepolisian itu saling bertukar tatapan sebelum menolehkan kepala mereka untuk menatap Jax lagi.

"Tuan Black, aku menyarankanmu untuk jujur kepada kami." Sang petugas berubuh tinggi berkata dengan nada bicara yang pelan, yang terasa lebih seperti mengancam dan mengintimidasi.

"Aku sudah mengatakan kebenarannya, inspektur, aku sungguh tidak mengenalnya." Jax menjawab Samuel dengan nada bicara yang mulai terlihat kesal. Suaranya bergetar seakan ia akan tercekik hanya karena mengatakan beberapa kata saja.

Keheningan jatuh di antara mereka bertiga.

Setelah beberapa saat yang terasa sangat lama, petugas yang terlihat seperti seorang bawahan itu memutuskan untuk memecah keheningan dengan mengatakan beberapa informasi mengenai sang korban yang mereka miliki.

Dan dari kalimatnya, Jax mengetahui bahwa korban itu ternyata adalah seseorang yang berusia dua puluh lima hingga tiga puluh tahun dengan rambut hitam dan kulit yang gelap.

Mereka menemukan sebuah catatan saku yang ada di kantung celana sang korban. Dan dari situ mereka mengetahui nama aslinya.

Buku harian itu tidak berisi dengan banyak informasi penting selain dari namanya, yang merupakan sebiah tulisan tangan di halaman awal di bawah foto berukuran stampel. Selain dari itu, tidak ada apapun lagi, tidak ada alamat, ataupun nomor telepon. Bahkan tidak ada nama belakangnya!

Namun, para petugas kepolisian juga merasa kesulitan untuk percaya bahwa seorang pria yang sepertinya masih berusia awal dua puluhan ini bisa menyembelih seorang pria dewasa.

Jax terlihat seperti seorang remaja kurang makan di balik pakaian rumah sakit kebesaran yang ia kenakan saat ini. dan korban yang mereka temukan memiliki tubuh kekar yang terlihat seperti tidak pernah melewati jadwal berolahraganya.

Tapi, meskipun mereka merasa kesulitan untuk menghubungkan bahwa Jax adalah pembunuhnya, mereka hanya bisa mengikuti prosedur yang sudah ditentukan dalam penyelidikan ini dan membuat kesimpulan sesuai dengan semua bukti yang mereka temukan dan jelas tidak pada beberapa kemungkinan.

Ketika mereka bertanya kenapa ia membunuh seseorang yang bernama Robert ini, Jax menjawan degan nada putus asa yang sama, "Aku bahkan tidak mengenalnya, bagaimana mungkin aku ingin membunuh seseorang yang tidak aku kenal."

"Kau tidak tahu dengan semua info mengenai sang korban tidak bisa menutupi apapun motifmu di balik pembunuhan yang kau lakukan, Tuan Black." Inspektur bertubuh tinggi itu memilih untuk mengingatkan Jax kepada kenyataan dengan cara yang cukup kejam.

"Ini sudah hari Jumat, dan siding untuk kasus ini akan diadakan pada hari Senin pekan depan." Salah satu petugas kepolisian memilih saat ini untuk menjatuhkan dinamit lain kepada pria muda yang sudah sangat ketakutan ini. ia kemudian menambahkan, "Kami harap bahwa kau akan medapatkan bukti kebenarannya pada saat itu."

Setelah saling bertukar tatapan bahwa mereka telah menyelesaikan tugas mereka untuk datang ke tempat ini, mereka pamit pergi sebelum meminta Jax untuk beristirahat.

Tapi, bagaimana mungkin ia bisa beristirahat sekarang?!