webnovel

Bad X Bad: My Dear Vanessa

Apa yang aku dapat dengan balas dendam? Cinta!! Ya aku mendapatkan cinta. _Vanessa Summer Griffin_

AgathaQuiin20 · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
403 Chs

Bad-25

"Kantor udah kelar, jadi kapan mau ke kantor lagi?" kata Regan.

Vanessa menggeleng, dia tidak akan kembali ke kantor itu lagi jika Regina masih ada di kantor itu. Sudah cukup wanita itu menghina Vanessa dari sejak wanita masuk ke kantor. Dan bahkan dia juga kan yang mengambil banyak barang di ruangan Vanessa, dan memindahkannya. Lalu untuk apa juga Vanessa kembali kesana, jika ada orang pintar di kantor itu. Lagian Vanessa juga harus menyelesaikan studinya kan? Dia harus segera kembali ke London bersama dengan Oma.

Tapi yang ada Regan tetap meminta Vanessa untuk tetap ke kantor. Selain kantor itu membutuhkan dia. Veronica juga tidak ingin Vanessa kembali ke London. Veronica juga menginginkan keluarga yang utuh. Dia juga ingin tinggal dalam satu rumah dengan keluarganya. Lalu untuk apa juga Vanessa kembali ke London? Toh, dia juga sudah pindah ke Ibukota kan?

"Kamu itu nggak tau apa yang mereka lakukan ke aku dulu!! Terus sekarang kamu bilang, seolah-olah aku dibutuhkan di rumah ini?" seru Vanessa kesal. Dia pun membanting majalah di atas meja. "Rasa sakit yang mereka tinggalkan sama aku, gak akan bisa merubah segalanya!!" ujarnya dan pergi.

Regan hanya mampu melihat pelipisnya pusing. Ternyata yang lebih menguras emosi, ketika dia mengurus Vanessa di bandung Veronica. Dua nama yang hampir saja sama dengan sikap yang berbeda. Jalan boleh jujur, lebih baik Regan mengurus Veronica saja di bandung harus Vanessa.

Tidak ingin wanita itu marah, Regan pun langsung menyusul Vanessa hang menyatakan kantor. Wanita itu bahkan berjalan dengan cepat dan hendak memasuki lift yang baru saja terbuka. Tentu Regan langsung menarik tangan Vanessa dan membawanya pergi.

"Regan lepasin aku!!!" teriak Vanessa dan meronta.

Wanita itu memukul tangan Regan, dengan harapan jika pria itu mau melepaskannya. Tapi yang ada, Regan semakin mengeratkan genggaman tangannya. Tanpa memperdulikan rasa sakit yang di cerita Vanessa.

Memasuki satu ruangan yang kosong, Segan pun mengunci diri mereka di ruangan ini. Bahkan sangking kesalnya dengan sikap Vanessa, Regan membuang kunci ruangan ini dari jendela.

"Kamu gila ya!! Kenapa kuncinya dibuang heh!! Kita keluar pakai apa, Regan." teriak Vanessa panik.

"Terus kenapa kalau kita nggak bakal keluar? Emangnya aku peduli sama hal itu!!"

"Tentu saja bodoh!! Kamu harus peduli dengan kunci itu. Kalau kamu buang, juga bisa dikurung sampai besok!!"

Regan menatap Vanessa datar. Dia tidak peduli jika dia tidak bisa pulang atau keluar dari ruangan ini. Dia tidak peduli entah satu hari atau satu minggu sekali di ruangan ini bersama dengan Vanessa. Sampai saat ini Regan masih bingung dengan sikap Vanessa yang berubah-ubah.

"Harusnya kamu bersyukur punya kakak kayak Vero. Selain baik, dia juga lebih memprioritaskan kami dibanding semua orang. Jadi begini balasan kamu ke dia? Salah apa sih Vero sama kamu!!" kata Regan tiba-tiba.

Vanessa tertawa kecil, dia pun mendorong tubuh Regan untuk menjauh dari dirinya. "Yang kamu lihat, belum tentu apa yang aku rasakan. Kamu bilang begitu, karena kamu pacar kakak aku. Tapi kamu nggak tau kan apa yang aku alami selama ini? Jangan sok berkomentar di hidup aku, kalau kamu nggak tau apapun tentang aku!!"

Regan diam dia pun menarik tangan Vanessa hang hampir saja pergi dari hadapannya. "Setidaknya kamu hargai usaha kakakmu, Nessa. Jangan egois!!"

"Egois kamu bilang!!" ulang Vanessa tidak percaya. "Coba tanya sama mereka lebih egois aku atau mereka yang sudah mengusir anak usia tujuh tahun cuma karena masalah sepele!! Tanya itu sama Vero, Mira sama Arya juga!! Egois mana, aku atau mereka!"

Regan mendadak diam mendengar teriakan Vanessa. Pertama kalinya Regan melihat Vanessa semarah ini, bahkan ketika wanita itu pergi Regan juga tidak ada niatan sama sekali untuk menyusulnya, atau mungkin menghalangi jalan wanita itu untuk pergi.

Apa yang terjadi dengan bocah usia tujuh tahun. Dan ada hubungan apa bocah usia tujuh tahun dengan Vanessa, begitu juga dengan kekuatan Veronica. Apa iya dia harus bertanya masalah ini dengan Veronica, untuk mendapatkan jawaban yang valid?

-BadXBad: MyDearVanessa-

Dengan rasa amat terpaksa, Vanessa pun kembali ke rumah. Jika bukan perkataan Veronica, sudah dipastikan jika wanita itu lebih memilih hidup bersama dengan kedua temannya. Selain nyaman, Vanessa juga memiliki ruangan tersendiri untuk melamun.

"Mami seneng banget, lihat kamu datang, Nesaa." kata Mira.

Wanita itu mencoba untuk memeluk Vanessa. Tapi yang ada Vanessa malah mundur beberapa kali, dengan wajah tanpa dosanya. Dia tidak ingin dipeluk sedikitpun dengan ibunya itu. Rasa sakit hati yang wanita itu tinggalkan sangat membekas di pikiran dan juga hati Vanessa. Dia tidak akan lupa atas apa yang dialami selama ini, dan dia akan selalu ingat seumur hidupnya apa yang terjadi pada dirinya.

Melangkah beberapa kali untuk mundur Vanessa pun langsung memilih untuk pergi. Vanessa juga meminta salah satu art untuk membawakan makanan untuk nya.

Menyadari sikap itu Mira pun tersenyum pedih. Mau sampai kapan dia hidup seperti ini, satu rumah bersama dengan anaknya yang suka sekali membuat Mira sakit hati. Veronica pun mendekat, memeluk Mira itu dengan erat, dan menguatkan Mira atas sikap Vanessa. Dia yakin perlahan tapi pasti, Vanessa bisa menerima dan menyingkirkan sakit hatinya pada keluarganya sendiri. Bagaimanapun Mira dan juga Arya salah dalam hal ini. Tidak seharusnya mereka--

"Mbak Minah … Mana makanku!!"

Teriakan dari atas membuat Veronica memoleh. Dia pun menahan mbak Minah untuk memberikan makan pada Vanessa. Dia sendiri yang akan memberikan makan siang wanita itu. Setidaknya Vanessa masih mau berbicara dan juga berinteraksi dengan Veronica selama dia berada di rumah ini.

Menginjak kakinya di anak tangga pertama, Veronica malah dikejutkan dengan sesuatu yang pecah. Dia pun menatap ke arah kamar Vanessa yang pintunya terbuka sedikit, dan langsung berjalan cepat ke arah kamar itu.

"Nessa apa yang terjadi, kamu nggak--" ucapan Veronica berhenti ketika melihat kamar wanita itu berantakan dan juga baik wangi. Melihat seprei yang terlepas dari tempatnya, botol parfum yang pecah di lantai, buku yang berserakan dan juga batal yang sudah berada di depan pintu kamar mandi. "Astaga Vanessa ini kenapa berantakan!!" pekik Veronica.

Wanita itu turun dari atas kasir dan menghampiri Veronica. Namun yang ada, Veronica melarangnya dengan alasan ada pecahan kaca yang dimana bisa mengenai kali Vanessa nantinya.

"Santai aja. Itu beling juga jauh kali dari kaki ku." cibir Vanessa. "Btw … aku lagi lompat-lompat aja di atas kasur, taunya berantakan. Kakak sendiri ngapain ke kamar aku?" ujarnya.

Veronica menunjukkan nampan yang ada di atas bufet kecil. Dia datang kesini ingin mengantar makan siang until Vanessa. Padahal tadi Vanessa music ingat sekali kalau wanita itu memanggil mama mbak Minah bukan Veronica. Lalu kenapa yang datang Veronica?

"CEO kok antar makan!! Malu dong, sama jabatan." kekeh Vanessa.

Bukannya marah, Veronica malah tersenyum kecil. Dia juga sempat bertanya tentang kuliah Vanessa, apalagi dia harus kuliah campur mengurus kantor. Yang dimana Veronica tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk wanita itu.

"Memang!! Kapan sih, Kakak bisa jadi Kakak yang baik buat aku?" kata Vanessa menatap Veronica tajam. Tapi detik berikutnya dia pun tertawa kecil. "Kamu sudah menjadi Kakak yang baik, hanya saja … Aku adalah adik durhaka yang selalu menyusahkanmu. Tidak sekarang, kemarin, atau di masa mendatang!!" ujarnya kembali.

"Jangan berbicara seperti itu. Aku bahkan tidak berpikir sampai sana, kamu tetap adikku satu-satunya."

"Kalau begitu … Besok kita wajib belanja bersama. Jika kamu masih menganggapku adik." kata Vanessa kembali dan membuka Veronica diam.

-BadXBad:MyDearVanessa-