webnovel

Bad romance

Bad romance berkisah tentang seorang gadis dari keluarga miskin bernama Adsila Clareta Jasmeen yang masuk dalam universitas yang dipenuhi anak-anak orang kaya. Universitas tersebut dikuasai oleh empat orang lelaki dari keluarga terpandang yang tergabung dengan kelompok bernama The Dark. The Dark sering kali menggunakan kekuasaan mereka sebagai anak dari dewan kampus untuk menyingkirkan orang-orang yang mereka anggap mengganggu. Adsila Clareta Jasmeen adalah gadis yang kuat dan pemberani, dia membenci tingkah-tingkah yang The Dark lakukan di kampus mereka dan dialah satu-satunya orang yang berani menantang The Dark. Adsila Clareta Jasmeen pun terlibat cinta segitiga dengan Edward Drew yang ia kagumi dan Albern Ainsley kendo yang menyukai Adsila Clareta Jasmeen yang sama-sama dari geng The Dark.

Altae_05 · วัยรุ่น
Not enough ratings
6 Chs

Aneh

"Albern tolong maafkan aku." Ucap seorang gadis pada seorang lelaki yang kini tengah duduk di kursi kayu miliknya.

Albern tersenyum sinis, memandang gadis yang ada didepannya dengan pandangan mencemoohkan. Dengan kedua kakinya yang bertumpu pada meja didepannya Albern tak menghiraukan ucapan Sila. Bahkan dirinya tetap memainkan bridge ... permainan kesukaannya. Sila tak putus asa, Sila tetap memohon-mohon pada Albern untuk memaafkannya.

Albern mendorong meja didepannya menggunakan kedua kakinya dan menatap Sila nyalang. Ya ... akhirnya dengan segala pemikirannya, Sila memutuskan untuk meminta maaf pada Albern. Bodoh memang jika dirinya yang meminta maaf pada Albern. Tapi mau bagaimana lagi?

Sila tidak kuat jika harus dibully oleh semua orang setiap hari. Cukup kemarin dirinya dibully, kali ini Sila tak ingin lagi. Dengan sekuat keberanian Sila datang menemui Edward dan meminta tolong padanya untuk bertemu dengan Albern. Dan disinilah tempatnya, markas milik The Dark. Sila mematung ditempat, menatap Albern dengan penuh penyesalan.

Albern berjalan menghampiri Sila, berjalan semakin dekat membuat perlahan tubuh Sila memundur karena takut. Albern semakin mendekat, begitupun dengan Sila yang semakin menjauh. Hingga tubuh Sila terantuk karena tertahan oleh dinding. Sila tak dapat menjauh dari Albern lagi, karena dirinya tertahan oleh dinding dibelakangnya.

Albern mengunci tubuh Sila dengan kedua tangannya membuat Sila dapat menghirup aroma mint dari tubuh Albern. Albern perlahan-lahan mendekatkan dirinya dengan Sila membuat jantung Sila berdegup dengan kencang. Sila mengamati Albern tepat di manik kelabu milik Albern. Sila bertahan napas sejenak, berada sangat dekat dengan Albern membuat dirinya tak bisa bernapas dengan benar.

"Apa yang bisa kau lakukan untuk menebus kesalahanmu?" Tanya Albern tetap bertahan pada posisinya.

Sila mendorong tubuh Albern dengan kuat sehingga membuat Albern sedikit terhuyung ke belakang. "Apapun yang kau mau jika memang aku bisa." Ucap Sila sedikit pasrah.

Albern tersenyum miring, "Kalau begitu jadilah pacarku." Ucap Albern enteng, seolah-olah pernyataannya adalah hal yang biasa.

Sila membulatkan matanya, merasa aneh dengan perkataan Albern yang ingin dirinya menjadi pacarnya. Sila bergidik, menjadi teman Albern saja Sila tak sudi apalagi menjadi pacarnya?

Tapi, Sila dibuat bingung oleh Albern. Mengapa dengan mudahnya Albern ingin Sila menjadi pacarnya?

Untung saja ruangan ini hanya ada Sila dan juga Albern. Apa jadinya kalau Edward, Erol dan juga Fredo ada disini. Mungkinkah mereka akan menertawai Albern dan Sila?

Sila menatap Albern dengan pandangan penuh tanda tanya. "Maksudmu?"

Albern menatap Sila tanpa Ekspresi, seperti biasanya datar dan juga kaku. "Jadilah pacarku, akan ku turuti semua permintaanmu."

"Albern menjadi temanmu saja aku tak sudi, apalagi menjadi pacarmu ... itu hanya sebuah mimpi buruk bagiku. Jika memang kau tidak ingin memaafkanku ... aku tidak apa. Tapi, kumohon padamu tolong jangan bully aku." Ucap Sila dengan sedikit memohon.

Albern menatap Sila dengan tenang. Albern tau dirinya salah, tapi Albern tak ingin mengakui itu. Menindas orang yang dirinya anggap menganggu merupakan suatu kesenangan tersendiri baginya.

"Pergilah." Ucap Albern setelah itu melangkah meninggalkan Sila yang mematung ditempatnya. Sila menatap Albern bingung, Albern menyuruh Sila pergi namun dirinya yang pergi dari ruangan ini.

Akhirnya Sila segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Perlu kalian ketahui, markas The Dark terletak bersisihan dengan mansion Albern. Sila mengetahui itu karena dirinya diberitahu oleh Edward.

Sila dapat melihat dengan jelas Albern yang kini memasuki mansionya. Sila menatap Albern dalam diam, Sila merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Tapi Sila tak terlalu memikirkan itu, dengan segera dirinya pergi meninggalkan kediaman Albern dan pulang menuju rumahnya.

*****

30 menit menaiki sepeda menuju rumahnya membuat tenaga Sila sedikit terkuras. Ditambah ban sepedanya yang agak kempes membuat dirinya mati-matian mengayuh dengan tenaga ekstra. Dengan hati-hati Sila menaruh sepedanya dibagasi dan berjalan menuju dalam rumah. Mata Sila terbelalak melihat Edwin yang kini tengah duduk manis di ruang tamu bersama Ayah dan Ibunya. Kebetulan hari ini warung makan sedang tutup sehingga Ayah dan ibunya menghabiskan waktu bersama dirumah.

Sila berjalan menghampiri Edwin yang tersenyum manis menatapnya. "Edwin, sejak kapan kau disini? kenapa tidak memberitahuku kalau kau kesini?" Cecar Sila menghujam Edwin dengan banyak pertanyaan.

Edwin memutar bola matanya malas, "Setidaknya duduklah terlebih dahulu. Lagipula bagaimana caraku menghubungimu jika ponselmu rusak?"

Kedua mata orangtua Sila terbelalak. Kini Ayah Sila menatap Sila tajam. "Sila kau tak mengatakan pada Ayah ponselmu rusak. Sejak kapan ponselmu rusak?" Tanya Ayah Sila mengintimidasi.

Sila kini tengah duduk disebelah Ibunya dan menunduk. Merasa menyesal karena tidak mengatakan pada orangtuanya kalau ponselnya rusak. Sila melakukan hal itu karena Sila tak ingin orangtuanya susah karena dirinya. Sila memaki Albern dalam hati, ini semua karena Albern, pikir Sila. Albern sangat kaya dan juga terpandang, apa mengganti ponsel murah Sila membuat Albern bangkrut?

Sila menatap Ayahnya sedih, "Ayah maafkan Sila. Sila hanya tidak ingin Ayah dan juga ibu susah karena Sila. Lagipun Sila sudah mengirim ponsel Sila untuk diperbaiki." Ucap Sila berbohong.

Sila berbohong pada orangtuanya mengenai ponselnya yang dirinya kirim untuk diperbaiki. Bagaimana caranya memperbaiki, uang saja Sila tak punya. Sila merasa ponselnya telah rusak parah, kalaupun diperbaiki pasti membutuhkan biaya mahal. Lebih baik membeli yang baru jika biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki sangat mahal, pikir Sila. Tapi bagaimana caranya membeli yang baru, memperbaiki ponselnya saja dirinya tak ada uang.

Sila mengutuk Albern yang dengan semena-mena menginjak ponselnya dan tidak ingin ganti rugi. Albern selau sombong, mengaku pada semua orang dirinya kaya. Tapi, disuruh mengganti ponsel murah tidak mau.

"Sila ini uang untukmu, belilah ponsel baru untuk mengganti ponselmu yang rusak." Ucap Ayah Sila sembari memberikan beberapa uang ke tangan Sila.

Sila menatap Ayahnya penuh haru, "Ayah, jika Ayah lebih membutuhkan uang ini ... maka pakailah."

Ayah Sila mendekat, mengelus dengan lembut suari hitam panjang milik Sila. "Pakailah, ini untukmu." Ucap Ayah Sila yang membuat Sila seketika memeluk Ayahnya dengan kencang.

"Terima kasih Ayah, terima kasih." Ucap Sila seraya memeluk tubuh Ayahnya.

Merasa diabaikan akhirnya Edwin pamit undur diri dan pulang kerumahnya karena hari sudah hampir malam. Setelah mengantarkan Edwin sampai pintu depan Sila segera kembali ke kamarnya dan membersihkan tubuhnya yang kini terasa lengket karena keringat. Setelah melakukan ritual mandinya, Sila segera bergegas ke tempat tidurnya dan menidurkan tubuhnya yang sangat lelah. Sila berniat tak ikut makan malam bersama keluarganya karena alasan mengantuk.

*****

"Edwin, kau mau mengantarku membeli ponsel baru?" Tanya Sila pada Edwin yang kini sedang berada didalam mobil milik Edwin.

Edwin menatap Sila sekilas dan tersenyum, "Tentu saja, sekarang bagaimana?" Ujar Edwin pada Sila. Sila mengangguk mengiyakan ucapan Edwin. Dengan kecepatan standar Edwin menjalankan mobilnya menuju toko ponsel yang menjual segala macam ponsel dengan harga murah.

Sampai ditempat yang Edwin dan Sila tuju, mereka segera mendatangi tempat tersebut dan membeli ponsel yang Sila pilih dan tentunya berharga murah. Setelah dari tempat tersebut Sila dan Edwin segera berangkat untuk kuliah.

Ketika dirinya keluar dari mobil milik Edwin tak sengaja ekor mata Sila melihat Albern dan teman-temanya berjalan menuju tempatnya berpijak. Dengan perasaan berkecamuk Sila mencoba memanggil Edwin untuk cepat keluar dari mobil dan pergi ke kelas. Namun, Edwin tak kunjung keluar menuruti panggilan Sila.

Langkah Albern dan teman-temannya semakin mendekat kearahnya membuat Sila semakin gelisah. Antara ketakutan dan panik bercampur menjadi satu. Entah apa yang dipikirkan Sila hingga dirinya ketakutan seperti itu. Sila mencoba untuk berpura-pura melakukan sesuatu tapi sayang kepanikan dalam dirinya tak bisa diajak kompromi. Langkah The Dark semakin dekat, bahkan Sila menutup matanya kuat-kuat karena takut. Tapi ... suara derapan langkah kaki berjalan melewatinya barusan.

Sila membuka matanya perlahan dan berbalik, kini dirinya melihat Albern cs yang hanya melewati dirinya begitu saja. Sila merutuki kebodohannya yang dengan pedenya merasa panik kalau-kalau The Dark menghampiri dirinya.

*****

"Sila kau ini kenapa?" Tanya Edwin yang melihat kegelisahan diwajah Sila. Saat ini Sila dan juga Edwin tengah menyantap makan siangnya bersama di cafe dekat Universitas mereka.

Sila mendongak menatap Edwin. "Tidak papa, cepat makanlah makananmu dan kita segera pergi." Pinta Sila pada Edwin. Edwin menatap Sila bingung, tapi dirinya tetap melakukan apa yang diinginkan Sila.

Entah dari mana asalnya tiba-tiba Albern berada didepan Sila dan tersenyum manis pada Sila. Sila menatap Albern horor, antara takut dan juga panik. Sila hendak beranjak dari tempat duduknya namun Albern menarik kerah baju Sila dan menyeretnya untuk duduk bersama teman-temannya.

Dengan terpaksa Sila akhirnya duduk bersama Albern dan anggota The Dark yang lain. Sila menatap Edward dan tersenyum manis pada Edward begitupun sebaliknya. Albern menatap Sila tajam dan segera menarik tangannya untuk duduk lebih dekat pada dirinya.

Di meja yang diduduki oleh Albern dan teman-temannya terdapat beberapa makanan yang membuat Sila hampir nekat mencomot makanannya kalau tak tau malu. Albern menatap Sila sembari tersenyum manis, Sila menatap Albern bingung. Entah apa yang ada di pikiran Albern hingga mengajak Sila duduk bersamanya namun tak melakukan apapun.

"Makanlah, ini makanan untukmu." Ucap Albern sembari menyodorkan beberapa makanan pada Sila. Sila terperangah menatap Albern, dirinya disuruh menghabiskan makanan sebanyak ini?

"Tidak tidak, aku sudah kenyang. Lebih baik kau berikan pada temanmu, sepertinya mereka kelaparan." Tolak Sila secara halus dengan alasan dirinya sudah kenyang.

Namun Albern tetaplah Albern, dirinya tetap memaksa Sila untuk memakan habis makanan yang dipesannya. Dengan ragu-ragu Sila meraih sepiring makanannya dan mulai memakannya dengan perlahan.

Dengan mulut yang penuh dengan makanan Sila menatap Albern dengan polos, sedangkan yang ditatap malah tersenyum manis padanya. Sila bergidik melihat sisi lain Albern yang membuat ngeri. Entah apa yang membuat Albern berubah Sila pun tak tau itu.

Sila beralih menatap Edward, apakah Edward tersenyum padanya?

Ah rasanya Sila ingin membungkus Edward dan membawanya pulang. Edward sangat manis dan juga humble, ya ... walaupun dia juga kerap diam pada orang yang belum dirinya kenal. Sebenarnya antara Albern dan juga Edward tidak ada bedanya. Jika Albern dengan wajah flatnya yang tampan dan mempesona sedangkan Edward dengan senyum manisnya yang memikat. Sila membuyarkan lamunanya, untuk apa Sila membandingakan antara Albern dan juga Edward?

Mereka berbeda, pikir Sila. Sila akui Albern dan Edward jauh lebih tampan Albern. Tapi, karena sifat sombong dan sok berkuasa Albern membuat Sila muak dengannya.

Lamat-lamat Sila menatap Albern yang kini tersenyum manis padanya. Ada suatu perasaan yang mengganjal dalam hatinya yang Sila tak ketahui perasaan apa itu.

Jangan lupa vote dan beri ulasan kalian tentang cerita ini.

Menurut kalian yg dialamin sama Albern itu apa sih??

Altae_05creators' thoughts