webnovel

BAD DREAM

Ketenangan dan ketampanan itu menutupi semua kegilaannya. Copyright 2NadaNada, 2019

2NadaNada_ · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
6 Chs

CHAPTER 01

"Hinata?"

"Jangan dia, dadanya terlalu aduhai geal-geol untuk ukuran anak SMA"

"Shion?"

"Tidak, rambut pirang panjangnya itu macam mbak kunti"

Karin mendelik tak percaya atas ucapan lawan bicaranya barusan. Padahal dia jua punya rambut pirang panjang ditambah suara melengking memekakkan telinga, mengapa malah menyalahkan orang lain.

"Ayolah, kita sudah hampir dua jam berada disini dan hasilnya? Nothing"

Yamanaka Ino berdecak keras, Karin langsung kincep. Padahal dalam hati ingin mengomel menumpahkan kekesalan pada Ino yang telah menahannya diruang Mading sejak bel istirahat pertama berbunyi. Melihat Karin seolah menggerutu Ino merasa jengkel.

"Jangan banyak mengeluh Karin, ini sudah tugasmu sebagai wakil ketua bagian publikasi sekolah untuk membantuku menemukan seseorang yang cocok mengisi kekosongan ikon sekolah kita, dimana dedikasimu saat.. bla.. bla.. bla"

Karin merasa blank, saat Ino mulai mengoceh bagai emak-emak di pasar tentang tanggung jawab dan ditambah dengan keadaan dimana perutnya sedang kosong merupakan paduan yang sempurna membuatnya sakit kepala.

"Bagaimana kalau kau saja?". Karin memotong ucapan Ino saat merasa ocehannya tidak akan berhenti sampai lima menit kedepan. Ino langsung berhenti berbicara.

"Aku inginnya begitu, tapi pihak sekolah melarang ketua Publikasi untuk menjadi ikon sekolah. Katanya aku harus dikenali dengan hasil karya bukan hanya modal tampang semata, tapi kalau diminta menjadi ikon sekolah aku tentu bersedia karena dilihat-lihat aku ini sexy, cantik, baik, terkenal.. bla.. bla.. bla"

Karin berdecak saat Ino mulai mengoceh membanggakan dirinya sendiri, dirinya merasa tidak kuat lagi berada satu ruangan hanya berduaan dengan Ino.

"Anak sekolah itu tidak harus sexy Ino, anak sekolah itu harusnya disiplin, menjadi teladan, berprestasi, dan yang terpenting jangan datang terlambat"

Ino membuang muka saat Karin menekankan kata jangan datang terlambat seolah-olah sedang mengejek dirinya yang lebih sering datang saat gerbang sekolah telah tertutup. Karin tersenyum puas karena telah membuat Ino bungkam, dia rasa Ino tidak akan mengoceh panjang lagi setelah ini.

"Ino, ini tidak akan membuahkan hasil kalau kita memikirkannya saat perut kosong. Bagaimana kalau.."

"Sakura ada?"

Perkataan Karin langsung terhenti saat ada suara yang memotong ucapannya, kepala mereka berdua langsung menoleh ke sumber suara. Di daun pintu mereka melihat seonggok kepala bersurai merah sedang melongok kedalam ruangan dengan mata hijau yang terlihat bergerak sedang memindai apakah disana ada seseorang yang tengah dicarinya, ketika sosok yang dicari tak terlihat dia kembali fokus kepada dua manusia disana. Karin lalu menyahut heran.

"Sakura?, Bukankah kau tau Sakura bukan anggota Organisasi Publikasi tentu saja dia tidak ada disini"

"Aku mendengar ada Ino disini, bisa saja dia ada disini untuk menemani Ino"

"Tapi buktinya dia tidak ada disini kan"

"Aku hanya bertanya, kenapa kau sewot begitu"

"Ck, katanya kau temannya sejak kandungan tapi keberadaannya saja kau sering tidak tau, Gaara"

"Kau kira aku cenayang?, kalau aku tau aku tak akan bertanya padamu dan aku tak berada disini sekarang"

Karin dan Gaara malah saling beradu mulut, Ino merasa bertambah pusing mendengar perdebatan mereka. Ternyata benar sesama merah tidak bisa disatukan, merah ditambah merah akan menjadi biru. Lah Ino juga merasa dirinya makin absurd lalu menggelengkan kepala. Sang gadis Yamanaka merasa dia perlu menghentikan adu bacot ini.

"Gaara, Bukankah kelas kita bersebelahan ?, dan sekarang juga sudah masuk jam belajar"

Ino sebagai pihak yang sekelas dengan sosok yang dicari menyahut kemudian. Mendengar hal tersebut, Gaara mengalihkan pandangannya dari Karin menuju Ino.

"Kelasmu sekarang sedang free, guru Kakashi yang bertugas mengajar sudah meng-sms ketua kelas bahwa dia tak bisa datang karena tersesat dijalan kejombloan"

Gaara tidak ada niat bercanda dia hanya menyampaikan pesan yang sama persis seperti diteriakkan bocah kuning Uzumaki dikelas. Merasa suasana menjadi awkward Ino memecahkan suasana sekaligus ingin mengusir Gaara menjauh secara halus.

"Setahuku ketika tak ada kegiatan atau diriku sedang sibuk, Sakura suka menghabiskan waktu di perpustakaan"

"Yah, gadis-ku memang suka disana menghabiskan waktu luang, tak mengherankan dia menjadi murid teladan dan princess sekolah ini"

Ino dan Karin mendengus jengkel hampir bersamaan, kalau si Sabaku itu tau mengapa malah bertanya pada mereka yang berujung mengganggu diskusi mereka berdua. Ck menit-menit berharga mereka terasa terbuang sia-sia.

"Ya dan sekarang kau sudah tau dia ada dimana, pergilah dan jangan ganggu aku dan Ino"

"Baiklah, terima kasih"

Blam. Pintu ruangan tertutup dan terdengar langkah kaki menjauh dari sana, ruangan itu menjadi sunyi karena masing-masing dari mereka tak ada yang membuka suara karena memikirkan sesuatu.

"Tunggu, tunggu, Sakura?, teladan?"

"Princess sekolah?"

Seolah mendapat ide mereka saling melemparkan senyum kepuasan karena merasa berhasil mendapatlan kandidat yang cocok untuk ikon sekolah. Ino lalu menuliskan nama Haruno Sakura disuatu buku.

"Sekarang, ikon laki-lakinya siapa?"

.. To Be Continued ..