webnovel

Bab 14 Demi Ibu

'Ujian UMPTN menentukan masa depanmu.' Kalimat itu tertulis di sebuah spanduk yang dipasang di pintu gerbang sekolah.

Sepulang sekolah, Clara berjalan menuruni tangga sambil membawa tas ranselnya. Dia merasa ironi ketika menoleh ke belakang dan melihat spanduk itu.

Ternyata, kalimat itu membuat beberapa orang guru menjadi hipokrit. Contohnya dia dan Bayu, orang-orang merasa mereka seharusnya merasa bahagia jika bersekolah di universitas kelas dua. Tetapi jika kedua siswa itu ingin melanjutkan studi ke universitas terbaik, orang-orang akan mengatakan mimpi Clara dan Bayu terlalu tinggi.

Bahkan tante Clara juga bersikap sarkastik ketika Clara mengutarakan keinginannya untuk kuliah di fakultas kedokteran.

'Kamu adalah putri seorang sopir, mana mungkin kamu kuliah di jurusan kedokteran? Meski kamu lulus ujian UMPTN, apa kamu pikir bisa menjadi seorang dokter hebat? Sudah, sebaiknya kamu bekerja di puskemas atau menjadi seorang guru saja.'

Sebelum pulang ke rumah, Clara pergi ke toko buku untuk membeli alat tulis yang akan dia gunakan untuk ujian UMPTN. Dia tidak menyangka gurunya datang berkunjung ke rumahnya.

"Esther, guru putrimu datang berkunjung." kata tetangga sebelah rumah.

Esther yang sedang mencuci sayur di dapur segera mencuci tangan dan menemui tamu istimewa itu. Dia melihat Clara berada di ruang tamu dan berkata, "Cepat ambilkan minum untuk gurumu."

Esther tidak tahu Clara dan Laura memiliki perbedaan pendapat di sekolah. Clara memilih untuk pergi ke dapur dalam diam karena tidak ingin menemui gurunya.

"Bu Laura, silakan masuk." Esther mengambilkan sebuah kursi untuk Laura.

Laura juga baru pertama kali mengunjungi rumah Clara. Dia dapat menebak kondisi ekonomi keluarga Clara berdasarkan keadaan rumah mereka. Rumah itu luasnya hanya 50 meter persegi, dindingnya tampak lusuh, meja yang ada di ruang tamu terlihat tua dan hanya ada kursi kayu. Rumah ini bahkan tidak memiliki sofa.

Ketika melihat tatapan Laura, tiba-tiba Esther teringat jeruk impor yang ditolak oleh sepupunya, "Bu Laura, saya akan mengambilkan jeruk untuk Ibu. Kami baru saja membeli jeruk sunkist impor."

"Tidak perlu repot-repot, saya hanya ingin menyampaikan sesuatu pada Ibu." kata Laura.

Mana mungkin Laura mau menerima jeruk sunkist pemberian Esther? Dia sudah tidak sabar ingin meninggalkan rumah kumuh ini. Wanita paruh baya itu baru saja mengunjungi rumah Amanda yang luas dan megah. Rumah kedua siswa ini memang seperti langit dan bumi.

Esther tertegun ketika mendengar nada suara Laura yang agak aneh. Clara akan mengikuti ujian UMPTN, apakah ada masalah di sekolah?

"Silakan berbicara, Bu Laura." Kata Esther dengan nada cemas.

Orang tua siswa pasti merasa cemas ketika guru anak mereka datang berkunjung ke rumah.

"Apakah keluarga Ibu mengetahui jurusan pilihan Clara?"

"Rara bilang akan mengambil jurusan ilmu kedokteran." jawab Esther tanpa berpikir panjang.

"Begini, Bu. Kami sebagai guru pasti menghormati keinginan siswa. Dengan nilai Clara saat ini, mungkin dia akan diterima di universitas kelas dua. Tapi saya yakin dia tidak akan lulus ujian UMPTN. Para guru di sekolah juga setuju dengan pendapat saya. Mungkin lebih baik Clara mendaftar ke jurusan pendidikan guru."

Clara yang sedang berdiri di dapur tampak tenang. Dia menyadari Laura hanya ingin menyampaikan pendapatnya. Dan jujur saja, pendapat wanita paruh baya itu tidak akan berdampak banyak. Dia telah mengisi formulir UMPTN dan pilihannya tidak bisa diubah. Tidak ada yang bisa mengubah pilihannya.

"Benarkah?" Suara Esther berubah menjadi pelan. Perkataan Laura dan Lina hampir mirip, namun dia memahami kemampuan putrinya.

"Masalahnya adalah Clara telah memilih fakultas kedokteran Universitas Nasional. Tahun ini fakultas kedokteran universitas itu hanya menerima 100 siswa."

Tiba-tiba Esther mengangkat kepalanya. Ternyata Clara benar-benar memilih universitas itu. Meski ditentang oleh banyak pihak, putrinya tidak goyah dan mengejar impiannya. Entah kenapa, Esther merasa sangat gembira.