webnovel

Bab 13 Kokoh Bagaikan Pohon Dedalu

Para guru yang ada di ruangan berbisik satu sama lain. Pada saat ini, para guru tampaknya secara kolektif sengaja melupakan kemungkinan terjadinya keajaiban dalam ujian masuk perguruan tinggi. Tidak, para guru tidak lupa, tetapi mereka berpikir bahwa Clara tidak mungkin melakukan keajaiban.

"Bu Laura." panggil seorang siswa.

Clara tidak perlu menoleh ke belakang, dia tahu suara itu milik Amanda.

Laura tersenyum ketika menoleh ke arah Amanda dan berkata dengan nada lembut, "Amanda, Ibu telah berbicara dengan ibumu dan Ibu telah menyarankan agar kamu mendaftar ke universitas yang lebih baik. Dengan nilai yang kamu miliki saat ini, Ibu yakin kamu pasti akan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan."

Wanita paruh baya itu tiba-tiba meletakkan tangannya di bahu Amanda dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Ketika kamu pindah ke Inggris, jangan lupakan almamater dan gurumu."

"Saya mengerti. Bu Laura tidak perlu khawatir. Saya tidak akan melupakan teman-teman sekelas." kata Amanda dengan patuh.

Laura merasa sangat tersentuh sehingga dia memeluk tubuh Amanda seolah-olah Amanda adalah putrinya sendiri.

Di era itu, siswa yang belajar di luar negeri merupakan kebanggaan gurunya. Mereka tidak peduli siswa itu membiayai studinya sendiri atau mendapat beasiswa.

Clara berbalik dan meninggalkan ruang guru setelah melihat drama di depannya.

Di kehidupan sebelumnya, dia mengisi formulir sesuai saran Laura, jadi insiden ini tidak terjadi. Setelah terlahir kembali, dia baru menyadari sifat asli para guru yang ada di sekolahnya.

Clara kembali ke ruang kelas dan duduk kembali di kursinya.

Teman-teman sekelas Clara menyipitkan mata mereka dan mengawasinya sambil berbisik pelan. Clara berpikir sejenak, lalu menoleh ke belakang untuk melihat apakah Bayu telah membaca pesan yang dia tinggalkan. Dia tidak ingin Bayu dimarahi oleh Laura seperti dirinya.

Gadis itu ingat di kehidupan sebelumnya, nilai UMPTN Bayu sangat tinggi. Peringkatnya naik dari peringkat 50 besar menjadi 3 besar di seluruh sekolah. Tentu saja dia memiliki kemampuan untuk diterima di jurusan komputer.

Bayu tampak membaca buku dengan serius, seolah menghindar dari Clara. Wajar saja dia bersikap seperti itu. Saat ini Clara menjadi bahan lelucon semua orang di sekolah.

Amarah mulai memenuhi hati Clara dan dia berkata, "Percayalah pada kemampuanmu sendiri!"

Clara membaca buku pelajaran setelah memberi saran pada Bayu.

Tidak lama kemudian, Laura kembali ke kelas dan membagikan formulir UMPTN, lalu meminta para siswa untuk mengisinya sesuai dengan formulir yang mereka isi sebelumnya.

Ketika membagikan formulir sambil berjalan di tengah kelas, Laura memberi nasihat kepada para siswa, "Kalian harus berpikir matang-matang sebelum mengisi formulir ini. Jika kalian memiliki pertanyaan, silakan menemui Ibu secara pribadi. Kita dapat berdiskusi. Kalian sudah tahu bagaimana cara mengisi formulir. Ibu ingin kalian mengingat satu hal, formulir ini sangat penting bagi kehidupan kalian di masa depan. Kalian harus memikirkan kemampuan kalian serta kondisi ekonomi keluarga kalian sebelum memutuskan universitas mana yang akan kalian pilih. Apakah kalian mengerti?"

"Mengerti, Bu Laura." teriak Heru.

"Terima kasih, Bu Laura!" Ketua kelas berinisiatif untuk menjawab.

Para siswa yang lain segera mengikuti, "Terima kasih, Bu Laura!"

Pena di tangan Bayu tampak bergetar ketika dia memandang formulir pendaftaran, lalu dia memandang Clara yang duduk di depannya. Gadis itu tampak tenang dan tidak terpengaruh sama sekali. Bayu tampak terkejut saat melihat punggung Clara yang terlihat kokoh.

Laura sengaja berjalan ke sebelah kursi Clara dan melihat formulir pendaftaran yang sedang dia isi. Wanita paruh baya itu langsung emosi, karena Clara tidak mendengarkan nasihatnya. Gadis itu hanya mengisi pilihan pertama dan menulis Fakultas Kedokteran Universitas Nasional.

'Baiklah, terserah saja! Dia hanya seorang anak sopir truk. Apa dia pikir bisa lulus UMPTN dan menjadi mahasiswa di universitas terbaik?!' omel Laura dalam hati.