webnovel

BABY GIANT BABY

bagaimana caranya melepaskan cinta pertama demi untuk menjadi seorang istri?

yoonzeoy · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
11 Chs

1

Dinding pattern lemon. Jam dinding ukuran sedang berbentuk irisan lemon. Bahkan dengan sarung bantal dan bed cover bermotif lemon. Meski ada campuran nuansa putih tetap saja karpet bulu di lantai kamarnya sangat menyita perhatian dengan warna dan bentuknya yang juga lemon.

Tapi itu semua merupakan suatu kenyamanan bagi gadis berusia 16 tahun yang kini tengah asik berbaring telungkup di kasurnya.

Rambut cepol acak acakan, kaos super kebesaran dan celana super pendek serta buku buku dari berbagai ukuran berserakan di sekitarnya.

Matanya berjalan ke kanan dan ke kiri mengikuti alur tulisan di salah satu buku yang dipengangnya. Sambil sesekali menyuap biskuit yang rasanya juga ada lemon lemonnya. Terkadang ia tiba tiba tertawa sendiri, atau bahkan tiba tiba ia menampakkan ekspresi sedih maupun kesal.

Novel.

Buku buku yang berserakan itu adalah novel.

Kiara Ravania, adalah pecinta novel sejati. Addict. Mungkin bisa di bilang seperti itu. Karena di sudut kamarnya ada rak buku besar tempat kumpulan novel berbagai genre. Romansa, komedi, inspiratif, sejarah, sci-fi, fan-fi, petualangan, teenlit, misteri, bahkan horor semua ada dalam rak kayu besar berwarna kuning itu. Kecuali novel dewasa. Umurnya saja masih dibawah 17 tahun, jadi jangan macam macam.

Dalam sehari gadis itu bisa membaca 3 judul sekaligus. Sesuka itu ia dalam membaca novel. Karena ia juga bercita cita suatu hari nanti ia akan menjadi seorang penulis yang terkenal. Yang karyanya di sukai banyak orang, yang selalu jadi best seller di mana mana.

Tok tok tok

"Ra, Tante boleh masuk?"

Ketukan dan seruan itu membuatnya terkesiap. Cepat cepat ia rapikan buku buku yang berserakan di sekelilingnya.

"Masuk aja, Tan. Gak aku kunci kok"

Wanita berparas cantik hadir di balik pintu. Senyumannya yang teduh dan tatapan syahdu menyapa dan menghampiri. Duduk di sisi ranjang, mengusap lembut kepala gadis yang duduk menyambutnya dengan senyuman.

"Sayang, makan malem dulu yuk. Baca novelnya nanti di lanjut lagi. PR nya udah di kerjain belom?"

Selembut itu pula suaranya. Ah, benar benar seorang istri dan ibu idaman. Kiara sangat kagum pada istri dari omnya itu. Beruntung sekali omnya mendapatkan istri sebaik Riska.

Pukul 7 malam. Pantas saja mulutnya tidak berhenti mengunyah. Ternyata memang cacing di perutnya sudah minta jatah.

"PR aku udah beres kok, Tan."

Karena biarpun Kiara kecanduan dengan novel, ia tidak pernah melalaikan tugas sekolahnya. Baginya belajar tetap yang nomor satu meski ia tak pernah menjadi nomor satu di kelas.

Kiara tinggal di rumah orangtuanya bersama Om dan Tantenya. Fajar adalah Om sekaligus adik dari ayah Kiara. Mereka tinggal serumah karena Orangtua Kiara meninggal setahun yang lalu akibat kecelakaan saat menuju gedung acara pernikahan Fajar dan Riska. Hari yang seharusnya membahagiakan untuk keluarga, terutama Fajar, malah menjadi hari yang paling menyedihkan untuk Kiara.

Karena Fajar adalah satu satunya keluarga yang dimiliki Kiara, maka mau tak mau Fajar dan Riska lah yang menjadi walinya saat ini. Yang seharusnya Fajar bergantung pada ayahnya Kiara, kini Kiara lah yang bergantung pada Fajar. Semua urusan yang semula di handle oleh ayahnya Kiara kini di limpahkan sepenuhnya pada Fajar.

Mereka itu pengantin baru. Ekspetasinya itu berbulan madu dan menikmati masa pengantin baru. Realitanya, mereka malah harus mengurusi seorang gadis yatim piatu.

Tapi, dalam situasi seperti ini yang lebih patut di kasihani bukankah itu Kiara?

Makanya Kiara tahu diri. Sebisa mungkin tidak merepotkan atau membuat masalah. Pada dasarnya Kiara memang anak baik baik kok. Jadi, Kiara pasti tidak akan membuat sulit hidup Om dan Tantenya.

***

Makan malam mereka terasa hangat meski meja besar itu hanya diisi oleh tiga orang saja. Makanan yang di makan dan di sajikan sendiri oleh Riska terasa lebih nikmat di banding menyantap makanan luar.

Sudah di bilangkan. Riska itu idaman. Cantik, baik, juga pintar dalam mengurus rumah tangga. Pokoknya Riska itu panutan Kiara setelah ibunya.

Mereka sangat dekat karena semasa pacaran, Riska selalu mengajak Kiara untuk melakukan quality time. Riska itu hangat. Pacaran dengan Fajar tidak hanya sayang dan dekat dengan pacarnya. Tapi keluarganya juga.

Riska sering kali mengajak Kiara dan Ibunya pergi berbelanja. Malah terkadang Riska lebih sering nonton ke bioskop bersama Kiara di banding Fajar. Maklumlah, orang kantoran itu sibuk. Daripada makan hati, mending happy happy sama calon keponakan.

"Tahu gak, Tan. masa tadi aku di kelas di ledekkin gitu sama temen temen. Masa katanya Reno suka sama aku."

"Reno siapa?"

"Ketua kelas kamu itu?"

"Iya, Tan. Sekelas pada ngeledekin aku seharian. Aku kan jadi malu"

"Reno siapa sih?"

"Iiih pipi nya merah. Berarti kamu suka ya kalo Reno suka sama kamu. Atau jangan jangan kamu suka sama Reno yaaaaa"

Kiara malu betulan. Tapi Kiara tidak tahu kalau pipinya berubah warna.

"Ra! Masih kecil ya kamu!"

Yang sedaritadi dicuekin karena bertanya perihal siapa Reno, kali ini bicara dengan tegas. Kiara dan Riska sampai memusatkan perhatiannya ke si pembicara. Tapi setelah itu mereka malah...

"Iih Tante apa sih. Ngga kok, siapa yang suka sama Reno. Lagian kan aku cuma di ledekin sama anak anak kelas aja, belum tentu Renonya suka sama aku"

Di jawil hidungnya oleh Riska. Saking gemasnya melihat keponakan yang katanya tidak suka pada seseorang yang ia bicarakan. Kalau Riska sih sudah tahu, ini cuma gimmick yang Kiara tunjukkan bahwa dia sebenernya memang suka.

"Kalau emang Renonya suka gimana?"

"Aaah, gak tahu ah, Tan. Aku malu..."

"Gak ada suka sukaan ya! Kamu tuh masih kecil. Sekolah tuh buat belajar bukan buat pacaran!" Langsung dipertegas tanpa jeda.

Fajar teramat memprotect Kiara. Ya maklum saja. Namanya juga keponakan satu satunya. Amanat yang harus dia jaga. Titipan kakak tercinta. Akan sangat bersalah dirinya jika sampai terjadi hal yang buruk pada Kiara.

"Ih, Om apaan sih. Aku kan cuma cerita aja, aku gak pacaran sama Reno!" Kesal dong. Lagi curhat di recokin.

Bahkan Riska ikutan sebal mendengarnya. "Iya, Mas. Lagian wajar kan kalau Kiara disukain sama cowok. Keponakan aku ini kan cantik, manis. Kalau gak ada yang suka itu baru aneh." Di bela sang Tante, Kiara jadi besar kepala. Gadis itu tunjukkan rengekannya pada sang Tante.

"Ya tapi kan kamu tuh masih kecil, Ra. Sekolah aja dulu yang bener."

Iya sih, tapi...

"Om kuno bangat sih. Kayak yang gak pernah muda aja. Om dulu juga kan pacarnya banyak!"

Nah loh. Skak mat kan. "Eh.. anak kecil ngomongnya sembarangan"

"Oh jadi kamu dulu playboy, Mas?"

Tamat sudah riwayat. Fajar salah tingkah. Punya keponakan yang mulutnya gak bisa di jaga tuh ya gini. Salah sedikit, rahasia di bongkar.

"Iya, Tan. Dulu nih ya, waktu sekolah. Om itu sering bangat gonta ganti cew.."

Terputus. Mulutnya di bekap oleh tangan yang sigap. Tapi ternyata si pemilik tangan mejerit kesakitan. Sebab telapak tangan yang membekap di gigit dan lengannya di pukul.

"Kamu kok kasar, Yang" itu rengekan Fajar untuk Riska.

"Kamu yang kasar! Kamu mau bunuh keponakan kamu ya?"

"Iya nih, kalau aku mati gimana?" Mengada ngada. Padahal yang di bekap mulutnya bukan hidungnya. Kalau Kiara sesak napas salahkan hidung minimalisnya.

"Om kan cuma bercanda, Ra. Om minta maaf ya." Tapi tetap saja Fajar yang harus mengalah. Tatapan tajam Riska itu menakutkan. Sedingin es kerjaan arendelle.

"Ada Syaratnya!"

Fajar sampai mengernyitkan alisnya yang tebal. Masa cuma hal seperti ini harus di syaratkan.

"Jangan larang aku kalau aku suka sama orang"

"Jadi bener nih kamu suka sama Reno?"

Disambar oleh Riska yang malah lebih penasaran soal Reno ketimbang jawaban suaminya.

"Tapi, Ra .."

"Kalau gitu aku laporin Om ke komnas perlindungan anak!"

Tuh kan, memang suka mengada ngada keponakannya ini. Memangnya Fajar apakan dia?

"Astaga Ra! Mulut kamu tuh ya!"

"Deal?"

"Kamu tuh masih kecil, Ra.."

"Deal?"

"Ini kan buat kebaikan ..."

"Deal or no deal?"

Terserah deh terserah. Fajar Mendesah. Lalu mereka berjabat. "Deal!" Seru Kiara dengan girang.

"Jadi, kalau besok jadian sama Reno kasih tahu Tante, ya."

Sudahlah Fajar pasrah. Perempuan memang selalu menang. Fajar percaya pada Kiara, gadis itu tidak akan macam macam. Apalagi ada Riska yang pasti akan menjadi tempat curhatnya.

Saat dua perempuan kesayangannya asik membicarakan lelaki lain, saat itu pula ponselnya berdering.

"Kok bisa begitu?! Sudah kamu cek dengan teliti?"

Perhatian Kiara dan Riska pun terpusat pada Fajar. Pria itu terlihat cemas dan gusar. Sesekali dia memijat pelipisnya sendiri.

Kiara tidak tahu kenapa. Tapi Kiara tahu pasti ada masalah dengan perusahaan. Karena Fajar hanya akan mengangkat telpon dari sekertarisnya saat ia bersama keluarganya.

Bukan. Bukan karena Fajar lebih mementingkan pekerjaan daripada keluarga. Tapi memang Fajar jadi sesibuk itu sekarang. Dan Riska mengerti itu.

"Ra, kamu ke kamar ya. Jangan tidur malem malem. Nanti kesiangan"

Sesuai intruksi Riska, Kiara pun melangkah meninggalkan Riska dan Fajar yang terduduk lesu.

Kenapa seperti ini?

Kiara tahu, setiap orang pasti akan di landa masalah. Tapi Kiara tidak mau melihat Omnya seperti itu. Kiara jadi bertanya tanya, sepelik apa masalah yang Omnya hadapi saat ini?

********