webnovel

4

"Tin . . . Tin . . ."

Klakson angkutan umum pak Amir seolah memanggil para ibu-ibu untuk segera datang. Hari ini hari selasa, hari pasarnya di daerah sini. Dimana masyarakat akan berbelanja kebutuhan sehari-hari untuk seminggu kedepan. Bukan berarti hari biasa gak boleh belanja, tetapi berbelanja di hari pasar harganya jauh lebih murah dibandingan dengan hari lain. Pukul menunjukkan jam 09.00 dan penumpang hanya beberapa biasanya angkutan pak Amir udah pada ramai jam segini tetapi berbeda dengan hari ini.

"pak jalan aja, cuman kita kok. Ibu-ibu yang lain berangkat sama dokter Ziyan" perintah seorang penumpang

"wahhhhh enak dong naik mobil berAC, apa kita kepasar bareng dokter Ziyan aja Cle?" Tanya Ara yang ntah kenapa akhir-akhir ini mikirin dokter Ziyan mulu hingga akupun bosan denger nya, apapun yang dokter Ziyan lakukan, Ara akan lebih tau dari pada ibu-ibu rumpi depan rumah.

"gak muat lagi mobilnya, tadi saya mau naik juga tapi keburu penuh" jawab seorang penumpang yang berhasil nyelamatin aku dari ajakan maut Ara

"iyaa ihh saya juga tadi mau numpang tapi gak bisa" jawab penumpang lainnya

"yahh sayang bangettt, minggu depan harus bangun lebih pagi ni Cle biar kita bisa numpang di mobil berAC kan lumayan" bisik Ara di telinga kanan ku

"kita ? kamu aja kali, aku mah mendingan naik mobilnya pak Amir" jawab ku

"oke, pokoknya minggu depan aku mau bangun lebih pagi biar bisa ketemu sama pak dok . . "

"Araaa anak pak Hasim, please. Aku lagi gak mood bahas dokter itu sekarang" jawab ku

Hiruk pikuk pasar sangat terasa, bermacam-macam dagangan di tawarkan dengan berbagai harga yang bervariasi. Sayur-sayuran yang segar tampak menggoda, cabai merah merona lebih menggoda, ayam yang putih nan mulus seakan berteriak agar ku beli dan dompetku pun berteriak histeris seakan tau bahwa satu persatu isinya akan meninggalkannya sehingga yang tersisa hanya beberapa barisan pangeran Antasari.

"cabe merah 25 ribu"

" merah merah 27 ribu"

"bawang merah 36 ribu"

"ayam 33 ribu"

berbagai suara pedagang saling bertaut mempromosikan dagangannya. Orang berlalu lalang dengan barang belanjaannya dari berbagai kalangan. ntah itu berbelanja sayuran ? maupun bahan pokok lainnya.

"sayurnya neng, 1 nya 2 ribuan tapi kalo buat eneng 3 ikat 5000 aja" tawar seorang pedagang kepada ku

"iya boleh ibu, saya beli 3 yaa. Sayur bayamnya 2 sayur kangkungnya 1 bu" jawab Ara yang gak pernah bisa ngeliat harga murah, ya begitulah perempuan dapat harga murah dikit pasti ngerasa rugi kalo gak dibeli.

"sayur udah, ikan udah, ayam udah, cabe udah, bawang ud. . . " celotehku sambil mengingat belanjaanku

"mau beli apaan lagi sih Cle ? udahh ahh buruan ntar mobil A'a ziyan keburu pergi" tanya Ara dengan memotong celotehanku. petanyaan yang diiringi dengan rengekan Ara yang udah kayak anak kecil, membuat semua orang yang ngeliatnya jadi ilfil.

"entaran loh Ara anak pak Hasim, aku masih mau beli itu dulu kamu tunggu kesana deluan aja ntar aku nyusul" elakku yang malas bangett numpang ke mobil orang sombong bin cuek itu.

"bohooonggg, gak mau pokoknya aku mau ikut kamu. Kemanapun kamu pergi aku ikutin"

Skak mat! Gak bisa ngelak lagi kan kalo udah begitu, ya udah dengan kepasrahan yang memuncak akhirnya seorang Cle naik mobil Dokter sombong. Hmm lumayan biar tu mobil kotor karna barang belanjaan + kaki-kaki becek pelanggan setia pasar. Ntah kenapa aku tu ilfil banget sama tu dokter, belagu amat udah berasa orang paling kaya lagian gak cuman dia yang dari kota. Aku ? Ara ? juga dari kota, dan interaksi sama masyarakat aja jarang amat, gak kayak dokter Dedy yang ramah, baik, pokok nya the best deh.

"Dokter Ziyan, dokter Ziyan . . . aku bareng Cle boleh ya numpang di mobil dokter" tanya Ara, kepada sang dokter yang sedang menelpon ntah siapa diseberang sana

"haah ? iya boleh" jawabnya singkat dan melanjutkan aktifitas sebelumnya kembali

"Cle kamu duduk di depan aja gpp, ntar kamu mabuk lagi" tawar Ara,

"kamu aja deh Ra, aku di belakang aja bareng ibu-ibu" tolakku seadanya

Akhirnya kami pulang setelah sekian lama menunggu aktivitas belanja para ibu-ibu, walaupun dengan beberapa dramanya yang berebutan untuk menumpang di mobil Ziyan. Bermacam-macam bau mengeluarkan aromanya, seolah menusuk berdesakan masuk kehidungku. Tak butuh beberapa lama, suasana sempit dan aroma yang tak mengenakkan ini sukses membuat perutku mual dan memuntahkan sebagian isinya.

"wueeek . . . wueeek . . . wueek" ku keluarkan semua sarapan ku pagi ini beriringan dengan bau yang ku cium

"kamuuu !!!" teriak Ziyan, mukanya merah padam menahan amarah, karna ada beberapa pasang mata yang sedang memerhatikannya teriak. Jelas saja siapa yang gak marah melihat mobil kesayangannya berhasil kotor akibat muntahanku. Sebenarnya sih aku rada seneng akhirnya bisa ngerjain tu orang sombong, tapi ada sedikit rasa bersalah yang menghantui.

"maaf" jawabku seakan tak ada rasa bersalah

Dengan kejadian tadi alhasil Ara mengalah dan bertukar posisi dengan ku, aku yang terpaksa bersebelahan dengan dengan manusia ES nan sombong ini mendadak beku kedinginan. Ntah lah rasa malas menoleh ke arah kanan sehingga pandanganku terus tertuju ke depan ataupun ke kiri mobil. Rumah-rumah, pohon-pohon, lebih menarik dari pada melihat manusia ES. Perjalanan terasa sangat lama, seakan aku mengutuk diriku sendirii akan kecerobohanku yang seharusnya gak ku lakukan.

"terima kasih dok" satu persatu ibu-ibu keluar menuju rumahnya masing-masing dan ketika aku ingin pergi . . .

"AUUU!" rintihku saat jilbabku ditarik dari belakang yang ku ketahui itu ulah dokter ES

"mau kemana ? jangan pura-pura bego deh, apa mesti gua ingatin dengan kesalahan fatal lu ? bersihin atau gak aman hiduplu !" ancamnya dengan mata elangnya yang siap menerkam sang mangsa

"emmmm iya itu…anu…, aku nyimpan ini di rumah dulu boleh ?" elakku sambil menunjukkan belanjaan yang tadi ku beli. Tanpa aba-aba aku langsung bergegas pulang.

Membersihkan belanjaan, dan menata nya di kulkas cukup menguras waktu hingga aku lupa waktu. Tak terasa telah memasuki waktu zuhur aku membersihkan diri dan menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim. Sejenak rebahan membantuku menghilangkan lelah hari ini, tanpa sadar kini aku telah berada di alam mimpi, berangan-angan mempunyai bahterai rumah tangga yang romantis sungguh aku tak ingin terbangun dari mimpi ini. Dimana aku menggunakan gaun putih berjalan di antara barisan pedang pora di kelilingi para undangan yang mengabadikan moment sakral tersebut, abi menyambut di penghujung jalan dan Ara ? ngapain ara di belakang abi megang ember air ? ku instruksikan Ara agar menjauh dari panggung, agar tak menganggu moment bahagia ku.

"Ara anak pak Hasim minggir ihh, ngapain disana? Ganguin aja !" celotehku yang tak kusadari

"Ayesha Clemira Binti Emir, bangun sholat ashar lagi woyyyy! Aku siram beneran yaaa nii" jawabnya di dunia nyata.

"Astagfirullahalazim hujan, hujan, hujan. Pakaian ku Ra pakaian ku!" teriakku sambil terbangun

"Hella Hello Ayesha Clemira anda sudah sadar ? yokkk sholat lagi udah masuk waktu ashar niii atau nunggu masuk liang lahat baru mau sholat?"

"apaan sih Ara gangguin orang aja, padahal lagi mimpi bagus taukk. Udah ahh aku sholat dulu" jawabku dengan bergegas menunaikan sholat.

"iyaa buruan sana, ohh iyaa Ziyan nyariin kamu di depan" celoteh Ara dengan nada cuek