webnovel

Aurora (all about her)

Aurora adalah gadis SMA yang terkenal jutek dan sadis oleh teman temannya. ia juga seseorang yang pendiem dan irit bicara, gadis itu lebih senang tertutup dari pada di ketahui keberadaan nya oleh siapapun sehingga di kelas ia tidak pernah mengikuti kegiatan apapun yang membuatnya di lihat oleh semua orang. ia mendadak viral dan menjadi populer setelah terlibat dalam perkelahian fisik antara dirinya dengan salah satu cowok terganteng di sekolahnya yang terkenal sinisme dan arogan. terdengar di seluruh penjuru sekolah dan namanya di sebut sebut, Aurora menjadi sangat kesal dan terganggu. bukan cuma itu, Aurora jadi sering didatangi oleh Dion si cowok yang menjadi korban di perkelahian mereka.

Matapenaku · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
12 Chs

Nenek

Dion dan gengnya kembali berkumpul setelah pulang sekolah. mereka telah menyanggupi tantangan geng sekolah lain yang meminta mereka untuk balap liar lagi, dan hari ini mereka harus menemui geng dari sekolah lain itu.

berkumpul di tempat biasa, tempat tongkrongan asyik. jumlah mereka ada 14 orang dari kelas yang berbeda beda. 7 di antaranya yaitu Reza, Fikri, Lio, Athan, Rado, Rozak, dan Dion berada di kelas 12 MIPA 2,

4 yang lain berada di kelas 12 MIPA 1, yaitu zachery,rain,Ronald, dan Bagas. dan 3 yang terakhir berada di 12 MIPA 7 yaitu Tio, Radja, dan Ariel. mereka telah siap dengan pakaian ala geng mereka yaitu setelan anak punk dengan jacket Levis biru.

" boss,"

Dion menoleh pada Athan yang duduk diatas motor sport tepat di samping motornya terparkir. Athan menghela nafas kemudian beringsut turun menghampiri Dion yang berdiri berkacak pinggang. sementara yang lainnya tengah berbincang bersama di atas motor.

"kenapa?"

Dion menatap nya lekat dengan ujung mata, seperti yang selalu ia lakukan ketika bersitatap dengan setiap orang. hal itu menjadi satu alasan kenapa Dion di sebut sebut cowok sinisme dan arogan di sekolah maupun diluar.

"Lo kenapa bengong Mulu, ada masalah?... dari tadi gue perhatiin kayak lagi banyak pikiran..?" ax

Dion terdiam, dia memang sedang memikirkan sesuatu. entah sejak kapan dia menjadi tertarik memikirkan segalanya tentang Aurora. oh ya, dia sedang memikirkan gadis itu, membayangkan sekujur tubuhnya yang terdapat memar dan luka luka. terlepas dari kekasaran sikap Dion terhadap setiap cewek, ia tidak pernah lepas kendali sampai harus melukai cewek dengan melupakan kodratnya nya.

lihat saja. Dion akan membalas perbuatan para preman preman itu setelah semua urusannya selesai.

***

gadis berambut hitam semrawut dan acak acakan itu turun dari lantai dua. menuruni anak tangga yang sekian banyak, lalu berjalan menuju meja makan. mamah yang sibuk mencuci piring merasakan pergerakan Aurora yang menggeser kursi dengan sedikit kasar lalu menghempaskan Bobot tubuh nya di kursi tersebut. dengan malas Aurora membungkuk dan menempelkan dagunya diatas meja lalu menutup mata.

" sayang kamu mau makan?" tanya mama setelah selesai mencuci semua piring kotor yang tersisa.

Aurora menggeleng pelan tanpa membuka mata. mamah berjinjit mengeluarkan toples selai dengan beberapa helai roti tawar yang tersimpan di dalam lemari gantung berbahan kayu jati,

" oh iya, luka mu kan masih sakit, untuk beberapa hari kedepan gak usah sekolah dulu ya" ucap mamah menggeser kursi disamping Aurora lalu duduk, ia membuka dan mengoleskan selai stroberi ke atas satu helai roti yang ada di tangan kirinya. selai roti stroberi kesukaan Aurora. hidungnya kembang kempis mencium aroma khas stroberi yang begitu menusuk. benar saja, Aurora membuka mata dan langsung meraih roti ber selai stroberi dan habis di makan.

"pelan pelan sayang,"

" aku males dirumah,... aku siap siap kerumah nenek dulu ya. mumpung hari ini aku libur, aku mau temenin nenek seharian jadi aku gak akan pulang" Aurora bangkit dari duduk nya masih menatap mama yang sibuk mengoles selai stroberi diatas roti roti.

" kalau begitu, ini, mama siapkan bekal untuk kamu kesana. eit, jangan lupa, bagi bagi sama nenek" pesan mama ketika menyodorkan beberapa roti yang telah rapi disusun dalam tempat makan kepada putrinya itu.

"sip, sip" Aurora menerima bekalnya lalu kembali lagi ke kamarnya yang berada di lantai atas.

_

Aurora telah siap dengan pakaian seadanya, dia gadis yang sederhana. jadi, pakaian model apa saja akan ia pakai meski itu kelewat jaman. dengan rambut di kuncir satu, jacket hitam dan celana jeans sobek di lutut, dia keluar dari rumah dengan tas ransel berisi bekal dan oleh oleh untuk nenek. setelah berpamitan dengan mama, Aurora menuju garasi tempat motor motor kesayangannya terparkir dengan cantik.

Aurora tampak menimbang nimbang mau pakai motor yang mana, Antara matic dan black sport nya.

"pakai si black aja, sudah lama kamu anggurin terus" tiba tiba mamah muncul dari belakangnya sambil memegang pundaknya.

Aurora pun keluar dari garasi dengan mengendarai motor sport nya.

laju motornya yang cepat dapat menempuh jarak hanya dengan 20 menit untuk sampai dirumah neneknya yang lumayan jauh. untungnya tidak ada kemacetan dan razia polisi yang akan membuatnya lama untuk sampai. motor nya terparkir di pekarangan rumah nenek, namun sayangnya tidak orang dirumah. Aurora sudah mengecek rumah sampai menanyakannya kepada tetangga. akhirnya ia mencoba menelpon nenek.

tuuuut..

"halo nek" seru Aurora begitu telepon diangkat oleh nenek diseberang sana.

" ngendi salam mu?" Aurora tertegun saat disana nenek sedang mengomelinya.

"assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh nek, mah Saiki nang Endi?" jawab Aurora saat lupa memberi salam dahulu.

"waalaikumussalamm nih dirumah pelanggan, abis nganterin pesanan kue, sampeyan nelpon kenapa?" komentar nenek, dengan logat jawanya.

"oh masih dirumah pelanggan ya, ini loh nek, aku dirumah nenek ini, neneknya gak ada gimana dong"

"kasih tahu kalau mau datang kerumah loh, kalau gitu kamu jemput nenek aja ya " ucap nenek. Aurora memutar bola mata malas namun ia tetap menyanggupinya.

"lokasi dimana nek?"

"di gang mutiara, nomor 340 "

telepon diakhiri oleh nenek segera membuat Aurora menjadi dongkol.

"duh gak jelas banget ini ngasih Lokasinya, ada ada aja deh nenek. niat mau kasih surprise malah jadi repot " Aurora menarik masker, untuk menutupi sebagian wajahnya agar luka lukanya tidak kelihatan oleh nenek. bisa bisa neneknya akan khawatir.

ia kembali memakai helm dan melaju dengan motornya.

gang mutiara hanya ada 2, untuk ke gang mutiara ia harus melajukan sepeda motor berkecepatan tinggi itu selama 18 menit. namun, nenek mengirim pesan kepada Aurora lewat WhatsApp dan berkata bahwa dia sedang berada di gang mutiara yang baru di buka. itu artinya Aurora harus putar balik lagi dan menempuh jarak sekitar setengah jam untuk sampai ketempat tujuan.

"waah gi*la..!" rutuk Aurora mulai merasa gerah di sepanjang jalan.

begitu sepeda motor nya memasuki gang mutiara yang dimaksud oleh nenek, ia merasakan sesuatu yang tidak asing. gang yang sama seperti waktu itu, jalan raya yang sama seperti terakhir kali ia pernah kesana. tidak salah lagi. ini adalah gang yang pernah ia lewati sebagai jalan pintas sewaktu akan menuju kerumahnya. tepi jalanan itu juga sebagai tempat perkelahian nya dengan para preman bejat itu.

" nenek ngapain kesini?" Aurora terus masuk dengan kecepatan rendah, sambil menengok kanan kiri untuk menemukan angka 340 di setiap tembok atau gerbang rumah orang yang dilewatinya.

"lah, inikan rumahnya si cerewet!" Aurora berhenti dan melepas helm lalu turun dari atas motor yang telah di standar.

ngapain nenek ke rumah ini?.

untuk lebih memastikan lagi, Aurora kembali menelpon sang nenek.

nenek malah mengomelinya karena terlalu lama untuk sampai, hah dasar nenek.

"bener ini rumahnya, kok gue berasa jadi kang paket ya, sibuk nyari nyari alamat rumah orang!" gerutunya menggeser layar hape. Aurora melepas masker dan menghirup udara segar.

tidak menunggu lama nenek dan seseorang yang ternyata adalah mamahnya Dion keluar dari dalam rumah. nenek dengan senyum sumringah menyambut cucu nya di depan gerbang rumah.

"haaai cucu nenek.." sapa nenek seraya merentangkan tangan hendak merengkuh tubuh Aurora. Aurora menatap wanita baya yang tidak ketinggalan jaman alias nenek gaul itu dengan heran, kok bisa si nenek nyangkut di rumah nya Dion.

" Aurora?" tegur mamah nya Dion mengenali Aurora. dengan cekatan mamahnya Dion ikut menghampiri keduanya.

"ehh... Aurora kamu disini?, kamu... cucunya bu sauda?" tanya mamahnya Dion ikut merapat.

"eh iya Tante, apa kabar?," ucap Aurora seadanya. dia masih heran dengan neneknya yang bisa bisanya berada dirumah Dion, ada apa ini?

" kabar Tante baik sayang," mamahnya Dion tersenyum.

"nenek, nenek ngapain disini?" Aurora mendekat kan wajahnya ke pada nenek seraya berbisik. nenek malah menatapnya sinis.

"kan udah dibilang, anter pesanan kue punya Bu iis, masih muda sudah pikun aja kamu" celoteh nenek.

"jadi, pesanan kue nya punya Tante ini?" tanya Aurora lagi, masih berbisik. di samping keduanya mamah nya Dion hanya bisa senyum senyum melihat kedua cucu dan nenek itu.

"ehh bentar, muka kamu kok biru biru begitu?? ini kenapa.??" nenek yang baru sadar dengan wajah Aurora yang memar itu langsung menekan pelan wajah Aurora. gadis itu merengek sakit saat neneknya malah mencubit kecil bekas lukanya.

"ish nenek aku gak apa apa, sakit nek duhh" Aurora menjauh saat nenek hendak memeriksa wajahnya.

"itu loh Bu sauda,-

"Tante ,Tante, udah, gak apa apa kok gak usah di bahas.. nanti, biar Aurora yang jelasinnya ke nenek" ucap Aurora menahan dengan kedua tangannya pada Bu iis mamahnya Dion.

"eumm ya sudah, ayo masuk dulu gak baik ngobrol di luar, yuk Bu sauda, Aurora" ajak Bu iis kepada cucu dan nenek itu yang lagi bertengkar.

"ehh, gak usah Tante, lagian aku kesini cuma mau jemput nenek aja kok, makasih yah tawarannya"

"lah, kok begitu, kan kemarin kamu sudah bilang mau kerumah Tante lagi? temani Tante?" ucap Bu iis bersikeras

Aurora melirik neneknya. nenek hanya memasang wajah datar.

"gak apa apakan Bu sauda?" ucap Bu iis melempar nya pada nenek.

"ouh gak apa apa kok Iis, biar Aurora temenin kamu disini" ucap nenek tersenyum ramah.

Aurora terkejut saat neneknya malah memperbolehkan nya tinggal.

"Aurora, Bu iis ini orang baik, sepertinya kalian sudah saling mengenal, Bu iis adalah anak dari temannya nenek, dia pesan kue sama nenek, kamu temenin Bu iis saja dulu biar nenek pulang duluan" ujar nenek mengelus pundak Aurora yang lebih tinggi dari nya.

"nenek pulang sama siapa?"

"tuhh" tunjuk nenek ke arah sebuah motor matic yang terparkir.

*njir ni nenek udah tua juga kelakuannya masih ke anak muda, masih aja segar bugar* gumam Aurora dalam hati saat memperhatikan neneknya yang sedang mengambil keranjang dan menaruhnya di kaki motor matic. nenek sauda adalah nenek satu satunya yang paling mengenal Aurora, nenek yang umurnya sudah menginjak 57 tahun itu masih terlihat seperti ibu ibu muda lainnya. dia kuat dan mandiri, bisa bawa motor sendiri, berbisnis sendiri, dan tentunya punya rumah sendiri.

***

nenek sudah pulang, Aurora melirik jam dinding menunjukkan pukul 17.22. hari sudah mulai gelap. Aurora dan Bu iis sedang membuat pancake stroberi. Bu iis kepo soal Aurora, dia banyak bertanya tentang anak itu. mulai dari : umur berapa? kelas nya sama dengan Dion atau tidak? peringkat di sekolah berapa? memuji nya cantik, memujinya anak yang sopan, berharap Aurora menjadi pacar anaknya juga iya.

"ehh Tante biar aku aja" Aurora mengambil alih pisau yang di genggam Bu iis, karena tadi tidak bisa berbuat apa apa, Aurora hanya membantu sedikit seperti mencuci buah buahan, mengiris bawang dan lain lain. Aurora memotong daging ayam yang dikeluarkan nya dari dalam lemari es. malam ini mereka akan membuat makan malam yang lezat. sepertinya akan ada banyak orang yang datang kerumah ini malam ini, dengan setumpuk kardus kue yang dipesan dari nenek sauda dan berbagai macam jenis masakan yang dibuat mereka.

"Tante, kalau boleh tau, ntar malam ada acara ya?" ujar Aurora disela sela memotong daging.

"iya, nanti malam ada acara istimewa dirumah ini. kamu harus ikut juga ya" kata Iis

"loh, enggak Tante, aku ini orang luar, gak sopan masuk masuk acara orang lain" tolak Aurora sopan.

"yang bilang kamu orang luar siapa? lagi pula kan Tante yang ajak."

" bener gak apa apa Tante? kita baru kenal loh Tante" elak Aurora,

"sayang, Tante udah kenal kamu sedari kamu kecil,-

Aurora terkesiap. ia bingung dengan maksud Bu iis yang berkata demikian. dengan tergagap Aurora menatap lekat wajah Bu iis yang juga sedang menutup mulut karena keceplosan.

"emm maksud Tante?"

"gak apa apa, itu, Aurora kamu bisa ke depan sebentar gak? tadi Tante pesan makanan go*f**d tolong ambilin ya, kayaknya pengantar nya udah didepan" ucap Bu iis, mengalihkan topik.

Aurora langsung keluar dari dapur hendak mengambil makanan yang diantar mas mas go*f**d.

meski masih bingung dengan ucapan Bu iis, Aurora mencoba mengabaikan nya saja siapa tahu Bu iis hanya salah bicara