webnovel

Dikeluarkan Dari Tim?

"Benarkah? Apa aku memang terlihat seperti itu ketika kau mulai mengenalku lebih jauh?"

"Siapapun tahu. Beruntunglah hanya aku seorang yang tahu jika kau ada hubungan dengan Arya. Aku sangat yakin hubungan kalian akan sangat langgeng mengingat kalian sudah mengenal dan terbuka satu sama lain."

Amelia sedikit tertegun mendengar pernyataannya, wajahnya memerah sejenak lalu detik berikutnya senyum manisnya nampak dipaksakan sambil menghadap ke tanah. "Yah… Setiap pasangan yang sehat sudah pasti menginginkan hal itu. Omong-omong, Arya lama sekali memberiku kabar. Apa jangan-jangan orang itu sudah pulang dan lupa memberiku kabar?"

Vivi mengamati jam tangannya selama beberapa detik lalu menjawab. "Tak perlu buru-buru. Masih ada waktu sampai aku pergi ke ruang organisasi. Lagi pula kalian baru saja pacaran, tak mungkin Arya melakukan hal sekejam itu gadis yang sangat dicintainya."

Amelia pasrah, hanya bisa mengangguk sambil menghela napas panjang. Pasalnya menunggu kabari dari Arya bukan sesuatu kegiatan melelahkan atau menguras banyak tenaga. Di balik itu semua Amelia sudah tak biisa menahan keinginannya menemui Arya dan membicarakan banyak hal bersama. Entah apa pemicu dirinya tiba-tiba merasa rindu sedangkan sebelumnya hal semacam itu tak pernah terjadi padanya, bahkan ketika Amelia masih menginjak umur di bawah 12 tahun.

***

"Ah, sialan. Kenapa aku tak memiliki keberanian memasuki bangunan ini sedangkan aku sebelumnya sangat diandalkan oleh mereka?" Arya menggerutu sembari jalan mondar-mandir di depan gedung olahraga.

Masih ada waktu sebelum latihan dimulai dan nampaknya Coach Alex juga belum datang mendengar suara mereka begitu menyaring keras di terlinganya, penuh canda tawa dan obrolan hangat di antara para pemain. Arya berkacak pinggang sambil menundukkan kepalanya, mengingat kejadian semalam membuat dirinya tak berani menyentuh gagang pintu gedung tersebut dan terus mengamatinya sampai pikirannya meledak dipenuhi keraguan dan ketakutan yang begitu besar.

Melihat reputasinya sekarang, 60% mahasiswa di sana pasti mengenal siapa sosok Arya Chayton yang sempat menggemparkan dunia media dan basket. Sedangkan sisanya memang mengenali sosok Arya, namun mereka sama sekali tak peduli dan menunggu sejauh mana Arya bisa berkembang, apakah sesuai dengan pernyataan orang-orang atau hanya on fire ketika di awal-awal kariernya saja.

Namun hanya segelintir orang yang tahu tentang Arya, termasuk dirinya sangat meragukan dirinya sendiri sedangkan di dalam gedung ini, masih ada teman-temannya mengharapkan kedatangannya dan bermain bersamanya. Arya sendiri juga menjadi alasan besar bagi mereka yang dulunya sangat jarang mengikuti latihan, sekarang banyak dari mereka rajin dan mendapat perlakuan sama dari Coach Alex. Bahkan pemain perempuan sekali pun juga bertambah dan semakin banyak, hanya saja Arya sebisa mungkin tak ikut campur dengan masalah perempuan lagi sebab menurutnya sangat merepotkan.

Begitu dirinya mengumpulkan keberanian membuka pintu, tiba-tiba saja bahu Arya ditepuk sangat keras hingga membuat terkejut heboh. Tangannya hampir reflek memukul sosok di belakangnya, namun ia mengurungkan niatnya begitu mengetahui orang itu hanyalah kapten timnya saat ini.

"Kau tak mendengarkan ucapanku dan Coach Alex, ya? Kami sudah bilang kalau kau sementara waktu tak perlu ikut latihan dengan kami. Hanya tersisa dua hari sebelum kau mengikuti Liga Basket Indonesia dan kau harus mempersiapkan segalanya."

"Tapi latihanku masih nanti malam. Sedangkan aku memiliki waktu luang untuk latihan sekarang." Arya tak lupa jika dirinya akan memberi kabar begitu semua sudah dipastikan apakah diizinkan mengikuti latihan atau tidak.

Di lain sisi Doni menggelengkan kepalanya lalu menegaskan. "Kalau begitu gunakan waktumu untuk istirahat di rumah dan mempersiapkan segalanya untuk nanti malam. Kau masih bersikeras latihan bersama kami hari ini? Maaf aku tak akan mengizinkanmu, begitu juga dengan Coach Alex. Dengan perintahku mungkin teman-teman lainnya bisa mengucilkanmu bahkan menyeretmu keluar dari gedung ini.

"Memang latihan itu penting untuk para atlet, tapi istirahat juga sangat penting setidaknya tubuhmu tak terlalu kaku dan kesakitan ketika terlalu berlebihan olarhaga. Jika memang kau ingin latihan, setidaknya kau bisa latihan di rumah sendiri. Marlon pernah mengatakan padaku kalau kau punya fasilitas olahraga yang sangat memadai, kan?

"Jadi kau tak perlu membuang waktumu di sini lagi, Arya. Apapun alasanmu, kami akan selalu berusaha mengusirmu jika kau keras kepala dan tak mendengarkan ucapanku."

"Lalu kapan aku boleh latihan kembali?"

"Sampai kau sudah memiliki nama yang begitu besar dan tak ada satu pun mahasiswa di sini yang tak mengenalimu." Bukan Doni yang mengatakan hal itu. Sebab suaranya terdengar serak dan sedikit tenang. Arya dan Doni mengalihkan pandangan mereka ke kanan dan kiri, melihat sang pelatih telah datang dengan tas selempang olahraga di bahunya.

"Coach Alex. Coach sudah datang, ya?" gumam Doni terkejut.

Sedangkan Arya hanya terdiam dan bertatapan satu sama lain dengan pelatihnya. "Maksud Coach Alex saya tak boleh ikut latihan sampai punya nama… Kalau memang itu tak ditakdirkan dalam waktu dekat, apa saya juga tak boleh latihan bersama mereka sampai kapanpu?"

"Kurang lebih seperti itu, Chayton. Kau harus ingat apa isi dari kontrak itu terkait kau sudah menjadi pemain profesional. Terlepas dari membawa nama itu, kau tetaplah salah satu anak didikku yang sangat aku banggakan. Namun kewajiban tetaplah kewajiban. Ada sesuatu yang lebih besar yang harus kau penuhi dari sekedar latihan bersama teman-temanmu dan berlingkup di zona nyamanmu."

Arya menarik napasnya sangat dalam, ia membalikkan badan sambil menundukkan kepalanya. Rasa sakit muncul di dalam hatinya, seakan ditikam dari belakang menggunakan pedang yang sangat tajam. Ini bukanlah masalah zona nyaman atau bukan. Arya sangat segan jika harus mengatakan alasan dirinya tetap bersikeras latihan bersama teman-temannya, adalah kegagalan dan kesalahan yang ia buat baik sebelum, ketika, maupun setelah turnamen.

Andai turnamen nasional ahun kemarin berhasil dimenangkan oleh Universitas Garuda, kemungkinan besar Arya mengambil keputusan yang berbeda, bahkan tanpa disuruh oleh kapten tim dan pelatihnya, Arya akan memfokuskan dirinya melanjutkan jenjang yang lebih serius sebagai atlet basket.

"Lebih baik lebih baiknya kau pergi dari sini, Chayton. Istirahatlah di rumah dan nikmati waktumu sebelum kau menghadapi kenyataan menjadi atlet yang sesungguhnya. Sebentar lagi kami akan memulai latihan. Bapak akan senang jika kau tak memaksakan dirimu memasuki gedung ini setelah apa yang kita bicarakan sebelumnya." Kemudian Coach Alex berjalan ke pintu dan menarik gagangnya. Sebelum hilang sepenuhnya, ia mengatakan. "Sampai jumpa lagi, Chayton. Semoga kau tak menyesal dengan keputusan bapak."

"Berarti secara tak langsung… aku dikeluarkan dari UKM basket?" tanya Arya pada dirinya.

Doni juga ikut melangkah masuk dan mengatakan hal yang mirip sebelum menutup pintu. "Ya, kau telah dikeluarkan dari UKM basket Universitas Garuda."

Jangan lupa vote dan kirim power stone jika kalian suka ceritanya ^^

Bimbrozcreators' thoughts