Aini merengut mendengarnya. "Tega sekali."
Mursal terkekeh, seraya menyodorkan amplop pada Aini. "Bantu saya memasukkan uangnya saja, nanti saya kasi upah."
"Ihh."
Kembali pria itu tertawa, hingga Hindun mampu melihat bagaimana kehangatan yang tercipta di antara mereka.
Dia duduk di salah satu kursi, membaca nama-nama pekerja gurunya yang terlihat di urutkan sesuai lamanya mereka bekerja dan tingginya gaji.
"Ada yang tiga juta setengah gajinya? Hanya penjaga toko?" Aini ikut bersuara, saat dia melihat Hindun yang terkejut membaca gaji-gajinya.
Mursal santai saja di kursinya, memasukkan uang kedalam amplop dan menghitungnya.
"Toko Pak Mursal ini memang sudah sangat terkenal, Ain," gumam Hindun membuat Aini menatapnya. "Aku pernah melewatinya, tapi tidak tahu kalau ini milik Pak Mursal. Bodohnya aku, ya?"
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com