Demi apapun! Pertanyaan Aini selanjutnya adalah hal yang membuat bola mata pria itu membulat.
Dia sungguh-sungguh seakan dijebak oleh perasaan ingin yang menggebu-gebu. Tetapi dia tak ingin terburu-buru juga, setidaknya dia ingin semuanya dilakukan dengan baik dan penuh kesan indah.
"Tidak," balasnya membuat Aini menoleh.
"Kenapa?"
Mursal tersenyum, mengecupi lagi punggung tangan istrinya.
"Ya, karena sudah mau adzan, Sayang. Kita shalat berjamaah di bawah dulu, yuk? Setelahnya makan siang."
Aini mendengus pelan, dengan pipinya yang memerah. Dia akhirnya bangkit saat Mursal menariknya dari duduk.
Keduanya sama-sama melangkah ke kamar mandi, membersihkan diri, mengganti pakaian dan memakai peralatan shalat. Aini memakai mukenah putihnya yang di berikan Mursal sebagai mas kawin, sangat sesuai dengan ukurannya dan bahannya pun sangat bagus.
"Ayo ..."
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com