webnovel

03

Masih di lobby mall..

"Jagi cah ayu"

(Siap anak cantik), Paijo melaksanakan perintah dari Titah.

"Nawaz duduk dulu yuk disitu", Titah mengajak Nawaz untuk duduk.

"Hayuk tante", sambung Nawaz.

Lima belas menit kemudian..

"Duh si joya mana lagi ya", kata Titah dalam hati yang menunggu Paijo.

"Tah..", Ridwan memanggil Titah.

"Muhun wan, aya naon?"

(Iya wan, ada apa?), tanya Titah.

"Lik jo mana nya?"

(Lik jo mana ya?), tanya Ridwan juga.

"Teuing atos sabar wae jeung tunggu baheula sakeudeung di dieu"

(Entah, sudah sabar saja dan tunggu dulu sebentar disini), jawab Titah.

"Nuwun suwun, apunten cah ayu ngrantos dangu

(Permisi, minta maaf anak cantik menunggu lama), Paijo meminta maaf pada Titah.

"Nuwun lik, mboten punapa-punapa"

(Iya lik, tidak apa-apa), Titah memaafkan Paijo.

"Jo pitulung jo, pitulung bantu kulo masukin ke mobil"

(Jo tolong jo, tolong bantu aku masukin ke mobil), Jumiati meminta tolong pada Paijo.

"Oh inggih jum"

(Oh iya jum), Paijo pun membantu Jumiati memasukan barang belanjaan ke dalam mobil.

Di komplek perumahan Arab..

"Jo kamu hafal kan jalannya?", tanya Titah.

"Inggih cah ayu, kula hafal"

(Iya anak cantik, saya hafal), jawab Paijo.

"Oh nggih sampun yen ngono"

(Oh ya sudah kalau gitu), kata Titah.

Di rumah Titah..

"Alhamdulillah akhirnya sampai juga di rumah yang baru", kata Titah.

"Sampun nganti cah ayu"

(Sudah sampai anak cantik), kata Paijo memberitahu Titah.

"Inggih lik.."

(Iya lik..), sambung Titah.

"Welcome Miss, please login to see in his newly completed home in renovation"

(Selamat datang nona, silahkan masuk untuk melihat dalam rumahnya yang baru selesai di renovasi), kata pak Andre.

"Ya Mr. Andre, thanks for his speech"

(Iya tuan Andre, terimakasih atas sambutannya), sambung Titah lagi.

"Thanks back to the miss"

(Terimakasih kembali nona), kata pak Andre lagi.

"Yuk masuk, wan..", kata Titah.

"Iya tah kenapa?", tanya Ridwan.

"Beli minum gih", jawab Titah.

"Uangnya?", tanya Ridwan lagi yang meminta uang pada Titah.

"Nih yang lama ya", jawab Titah lagi yang memberikan uang pada Ridwan.

"Emm, bu, bu, Kira-kira kalau beli air yang lama kemana ya?", tanya Ridwan lagi.

"Cari noh di dekat kampus", jawab Titah lagi.

"Astaghfirullahalazim jauh banget neng, kenapa gak sekalian nyuruh gue cari ke turki sekalian", keluh Ridwan.

"Ridwan'ın önünde, pek çok tezgahın önünde, satın aldığım yolda giyiyor"

(Di depan Ridwan, pakai di tanya beli dimana, di depan banyak warung juga), sambung Titah menggunakan bahasa Turki.

"Bahasa mana lagi tuh, gak ngerti gue", keluh Ridwan lagi.

"Aah udah cepat sana", sambung Titah dengan kesal.

"Iya dah iya", keluh Ridwan lagi.

"Haha..", Nawaz mentertawakan Ridwan.

"Yeh malah ketawa, dik ikut om yuk", ajak Ridwan.

"Eh iya benar ikut om Ridwan gih, nih uang jajan untuk Nawaz", kata Titah lagi memberikan uang jajan pada Nawaz.

"Jangan tante", Nawaz menolak di kasih uang jajan dari Titah.

"Nawaz jangan di tolak ya, kalau di tolak tante sedih", kata Titah lagi.

"Iya deh tante, tapi janji tante jangan sedih lagi ya", sambung Nawaz.

"Iya..", kata Titah lagi.

Titah, Paijo, Jumiati, dan Fitroh masuk ke dalam rumah yang sudah di beli oleh Titah dan baru selesai di renovasi untuk Titah tinggali.

Setelah selesai lihat-lihat ke dalam rumah Titah, Ridwan, Fitroh, Nawaz, Paijo, dan Jumiati pulang ke apartemen Titah untuk mengepak barang.

Dua jam kemudian..

Di apartemen Titah,

Di ruang keluarga..

"Hari ini kita ngepakin barang", kata Titah.

"Cah ayu niki dus'e"

(Anak cantik ini kardusnya), Paijo memberikan kardus pada Titah.

"Oh ya jo taruh saja dulu di sana, ini Jum di lakban ya, saya mau lanjut ngelakuin barang yang lain, wan langsung taruh di depan ya, jo bantu ya", pinta Titah.

"Inggih jagi cah ayu"

(Iya siap anak cantik), Paijo melaksanakan perintah dari Titah.

Di dapur..

"Haduh gak nyampe lagi, naik kursi saja deh", kata Titah yang ingin mengambil barang di lemari dapur.

"Kursinya goyang-goyang, Nawaz kasih ini ke bi Jumiati ya, ayah mau membantu tante Titah dulu", sambung Fitroh.

"Muhun ayah"

(Iya ayah), sambung Nawaz juga.

Di ruang keluarga lagi..

"Pundi iseh jum barange?"

(Mana lagi Jum barangnya?), tanya Paijo.

"Dereng ing terna jo, dhateng pawon kamawon yuk sakmenika"

(Belum di antar jo, ke dapur saja yuk sekarang), jawab Jumiati.

"Nggih sampun mangga kita dhateng pawon"

(Ya sudah yuk kita ke dapur), kata Paijo.

"Yuk..", seru Jumiati dan Ridwan.

Paijo, Jumiati, dan Ridwan ke dapur untuk mengambil barang-barang yang akan di kemas, sementara itu Nawaz masih ada di dapur memperhatikan Titah dan ayahnya.

Fitroh melihat kursi yang Titah naiki tidak seimbang langsung menghampirinya dan di saat Fitroh menghampiri Titah, Titah terjatuh tepat di pelukan Fitroh.

Nawaz, Jumiati, Paijo, dan Ridwan yang melihat Titah berada di pelukan Fitroh langsung meledeknya yang membuat Fitroh dan Titah menjadi malu.

Di dapur lagi..

"Tuh kan benar kursinya tidak seimbang", kata Fitroh yang memperhatikan Titah.

"Eeh..", Titah ketakutan saat kursinya tidak seimbang dan akan terjatuh.

"Tante Titah..", Nawaz memanggil Titah yang akan terjatuh dari kursi.

"Titah..", kata Fitroh yang menolong Titah dan Titah terjatuh ke pelukan Fitroh.

"Ayah, tante", Nawaz teriak saat Titah terjatuh.

"Jo, den mas Ridwan, mireng mboten suwantene?"

(Jo, den mas Ridwan, dengar tidak suaranya?), tanya Jumiati.

"Dengar jo", jawab Ridwan.

"Inggih Jum krungu, adik cilik

(Iya Jum dengar, adik kecil), jawab Paijo juga yang berlari mendengar teriakan dari Nawaz.

"Enten menapa adik cilik?"

(Ada apa adik kecil?), tanya Paijo.

"Iya kamu kenapa Nawaz, ada yang luka ya?", tanya Ridwan juga.

"Bi Jum..", Nawaz memanggil Jumiati.

"Iya den, ada apa?", tanya Jumiati.

"Itu..", jawab Nawaz sambil menunjuk ke arah Titah dan Fitroh.

"Apa sih?", tanya Jumiati yang ke bingungan.

"Itu, o, o, oh, itu..", Ridwan mengerti apa yang di maksud oleh Nawaz.

"Apa sih memangnya den mas Ridwan?", tanya Paijo.

"Itu", jawab Ridwan menunjuk ke arah Fitroh dan Titah.

"Oh..", seru Jumiati dan Paijo.

"Oh so sweet"

(Oh manis..), seru Ridwan juga.

"Cie.. Ayah, tante", kata Nawaz meledek Titah dan Fitroh.

"جميلة"

(Cantiknya), kata Fitroh dalam hati yang saling pandang, pandangan dengan Titah.

"وسيم"

(Tampannya), kata Titah dalam hati yang saling pandang, pandangan dengan Fitroh.

"Prikitiw", sambung Paijo.

"Eh kalian.."Titah dan Fitroh tersadar.

"Cie, cie.., Titah dan masnya", Ridwan mengejek Titah dan Fitroh yang saling berpandangan.

"Iih Ridwan..", pipi Titah memerah saat di ejek oleh Ridwan.

"I, I, ih.., pipinya Titah merah dan malu-malu lagi, kayanya sebentar lagi ada yang akan nyebar undangan nih, hehe", Ridwan mengejek Titah lagi.

"Iih.., sudah.. Lanjut bebenah lagi, waktunya wan..", kata Titah.

"Ya sudah kita lanjutkan mengepak barangnya yuk", sambung Fitroh.

"Benar tuh apa yang di bilang mas Fitroh", kata Titah lagi.

"Oke deh..", seru semua yang ada di dapur.

Di ruang keluarga lagi..

"Semua sudah di dalam dus, sekarang tinggal istirahat besok baru beres-beres rumah sana", kata Titah.

Di kamar Titah..

"Astaghfirullahalazim lupa harus ngerjain tugas kuliah, kerjain dulu deh, mumpung belum terlalu malam ini, kerjainnya di ruang tv saja deh..", kata Titah yang belum mengerjakan tugas kuliah.

Di ruang tv..

"Laptop udah, yang belum fotocopy an nya", kata Titah yang mengingat-ingat sesuatu.

Di kamar Fitroh..

"Emm haus lagi, ambil minum dulu deh di dapur", kata Fitroh.

Di kamar Nawaz..

"Duh, kebelet pipis lagi, bangunin bi Jumiati saja deh, ke kamarnya saja deh..", kata Nawaz.

Di dapur lagi..

"Minum dulu, eh iya gelasnya mana ya", kata Fitroh yang mencari gelas di dapur.

Di kamar Jumiati..

"Tidur ah..", kata Jumiati.

"Assalamu'alaikum bi Jum..", Nawaz memberikan salam pada Jumiati.

"Wa'alaikumussalam", Jumiati menjawab salam dari Nawaz.

"Sinten meneh ta?"

(Siapa lagi sih?), tanya Jumiati.

"Bi.."

"Inggih.."

(Iya..), jawab Jumiati.

"Bi, aduh..", kata Nawaz.

"Inggih, eh adik cilik, enten menapa ta?"

(Iya, eh adik kecil, ada apa?), tanya Jumiati lagi.

"Anterin ke kamar mandi yuk bi..", jawab Nawaz.

"Ya..", seru Jumiati.

Di kamar tamu..

"Eh iya gue lupa belum ngerjain tugas kuliah, Titah udah belum ya?", tanya Ridwan.

Di kamar Titah..

"Fotocopy an nya sudah, duh air di botol sudah habis, ambil di dapur dulu deh..", kata Titah yang memegang botol.

Di kamar mandi..

"Bi tungguin ya", pinta Nawaz.

"Iya adik kecil", sambung Jumiati.

Di dapur lagi..

"Ini dia ketemu", kata Fitroh yang menemukan tempat gelas.

"Haduh..", Titah di tabrak Fitroh.

Di ruang tv lagi..

"Loh ini kan laptopnya Titah, terus Titah nya dimana?", tanya Ridwan.

Di kamar mandi lagi..

"Sudah lega, yuk bi", kata Nawaz.

"Inggih adik cilik"

(Iya adik kecil), sambung Jumiati.

Di dapur lagi.

"Eeh Titah..", Fitroh memeluk Titah dan menjatuhkan gelas yang di pegang olehnya.

"ما هي مشاعر هذا، لم أكن قد شهدت ذلك من هذا القبيل من قبل"

(Perasaan apa ini, saya belum pernah mengalaminya seperti ini sebelumnya), kata Titah dalam hati.

"أستاغفيرولاسانت لماذا أنا دج ديغ مثل هذا، هل تقع في الحب مرة أخرى، حقا انه جميل جدا"

(Astaghfirullahalazim mengapa saya deg deg an seperti ini, apakah saya jatuh cinta lagi, sungguh dia sangat cantik), kata Fitroh dalam hati juga.

Di ruang tv lagi..

"Duh gelas pecah, jangan-jangan maling lagi.."

Di kamar mandi lagi..

"Bi itu suara apaan?", tanya Nawaz.

"Tidak tau adik kecil, kita kesana saja yuk", jawab Jumiati dan mengajak Nawaz ke sumber suara itu.

Di ruang tv lagi..

"Kesana saja deh", kata Ridwan.

Di dapur lagi..

"انها جميلة حقا، هل يريد أن يكون معي واحد هو ابنة واحدة، هل يريد حقا بالنسبة لي"

(Sungguh cantik sekali, apakah dia mau dengan saya yang duda anak satu, apakah dia benar-benar mau dengan saya), kata Fitroh lagi dalam hati.

"حقا انه جيد جدا، إذا كان يمكن أن يكون معه"

(Sungguh dia tampan sekali, andai aku bisa bersama dengannya), kata Titah lagi dalam hati.

"Kalau tidak salah dari sini deh, eh kalian..", kata Ridwan yang kaget melihat Jumiati dan Nawaz yang ada di belakangnya.

"Loh om Ridwan sedang apa disini?", tanya Nawaz.

"Inggih den mas Ridwan saweg menapa ing pawon?"

(Iya den mas Ridwan sedang apa di dapur?), tanya Jumiati juga.

"Kula mendengar gelas pecah Jum, Nawaz, kalian piyambak ngapain ing mriki?"

(Saya mendengar gelas pecah Jum, Nawaz, kalian sendiri ngapain di sini?), tanya Ridwan juga.

"Sami kados kaliyan den jene Ridwan, kula uga adhi cilik ugi mendengar suwanten gelas pecah"

(Sama seperti dengan den mas Ridwan, saya dan adik kecil juga mendengar suara gelas pecah), jawab Jumiati.

"Oh ngono nggih sampun yuk pados"

(Oh gitu ya sudah yuk cari), ajak Ridwan.

"Eeh tunggu om, bi", Nawaz menghentikan langkah Jumiati dan Ridwan karena melihat Titah dan Fitroh sedang bertatap mesra.

"Kenapa Nawaz?", tanya Ridwan lagi.

"Itu..", kata Nawaz yang menunjuk ke arah Titah dan Fitroh sedang bertatap mesra.

"Haa gak salah lihat kan saya bi Jum..", kata Ridwan.

"Maksdunya?", tanya Jumiati.

"Itu, tuh lihat..", jawab Ridwan yang menunjuk ke arah Titah.

"Itu kan cah ayu lan mas Fitroh..", kata Jumiati.

"Tunggu sebentar..", Jumiati foto Titah dan Fitroh lalu akan di kirim pada ibu Titah di Indonesia.

"Bi Jum ngapain?", tanya Nawaz.

"Foto den mas Fitroh dan cah ayu, adik kecil", jawab Jumiati.

"Oh..", seru Ridwan dan Nawaz.

"Eh buat apaan bi Jum?", tanya Ridwan lagi.

"Buat ibunya cah ayu", jawab Jumiati lagi.

"Haa, apa hubungannya ibunya Titah dan foto ini bi Jum?", tanya Ridwan lagi.

"Ya ada dong den mas..", jawab Jumiati lagi.

"Apa hubungannya coba?", tanya Ridwan lagi.

"Nanti tak jelaskan tapi jangan di sini, nanti nganggu orang yang sedang pacaran di dapur, yuk cari tempat lain", jawab Jumiati lagi.

"Iya deh, yuk Nawaz", kata Ridwan.

"Yuk om..", sambung Nawaz.

Di ruang tengah lagi..

"Nah sekarang sepi nih, cerita dong..", pinta Ridwan.

"Jadi gini den mas Ridwan, cah ayu itu di suruh cepat nikah atau pun ya pacaran gitu, soalnya adiknya sudah punya anak dua, sedangkan cah ayu belum, makannya saya di pesan oleh ibunya kalau ada laki-laki yang dekat dengan dia atau cah ayu sedang dekat dengan laki-laki tolong kabari saya ya Jum, gitu den mas..", Jumiati menceritakan semuanya pada Ridwan.

"Oh gitu..", seru Ridwan.

"Iya..", sambung Jumiati.

"Om, bi.."

"Iya Nawaz ada apa?", tanya Ridwan.

"Ayah dan tante mau ke sini", jawab Nawaz.

"Oh ya sudah kita pergi dari sini yuk", kata Ridwan.

"Ngumpet saja om", Nawaz memberikan saran pada Ridwan.

"Boleh juga tuh", sambung Ridwan.

"Ngumpet dimana den mas?", tanya Jumiati.

"Di sini saja", jawab Nawaz.

"Oke..", seru Ridwan dan Jumiati.

"Au..", Fitroh kesakitan karena kakinya terluka.

"Pelan-pelan mas", kata Titah yang membantu Fitroh berjalan.

"Iya..", seru Fitroh.

"Mas duduk disini dulu ya, saya ingin ambil kotak P3K dulu", kata Titah lagi.

"Iya, aduh..", sambung Fitroh yang masih kesakitan.

"Aku juga sudah lama tidak melihat ayah seperti Ini kepada perempuan lain kecuali dengan tante Titah, semenjak cerai dari ibu, ayah selalu menutup dirinya", kata Nawaz.

"Haa, yang benar kamu, Nawaz?", tanya Ridwan.

"Iya om Ridwan", jawab Nawaz.