webnovel

ASOKA, MINE !

Pangeran berwajah tampan dan bengis itu, Konon katanya sangat membenci wanita. Tidak sengaja sang pangeran bertemu dengan seorang wanita bernama Asoka. Disisi lain Jedd, teman masa kecil Asoka, menyimpan rasa terpendam yang dia simpan rapat-rapat. Jedd takut, perasaan yang dia punya selama ini akan menghancurkan persahabatan mereka.

Dita_Cika · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
5 Chs

( First Kiss )

"Asoka, aku mencintaimu. Maukah kau menikah denganku?" Pinta Jedd. Tangannya meraih kedua tanganku.

"A...apa Jedd, apakah kau serius !" Tanyaku terkejut.

Tatapan Jedd tidak sedang main-main.

"Aku sangat serius." Balas Jedd yakin.

Kali ini aku hanya terdiam, seakan ada hal yang terganjal di dalam hati.

"Pangeran..." Kataku ragu, sekilas mengingat kejadian semalam tadi.

"Kenapa menyebut Pangeran ? kau menyukai Pangeran Lucas ?" Tanya Jedd menyelidik.

"Hah ! Itu tidak mungkin !!" Balasku.

Jedd memasang wajah penuh ketidakpercayaan.

"Bagaimana tidak mungkin !" Suara seseorang muncul dari kejauhan, tidak lain adalah Pangeran Lucas.

Melihat Pangeran Lucas yang muncul seperti itu, aku langsung terkejut dan bersembunyi di balik punggung Jedd.

"Kenapa kau bersembunyi !" Teriak sang Pangeran.

"Ti..tidak Pangeran, ampuni saya !" Jawabku dengan terbata.

Jedd segera menarik tanganku dan berlari menjauh dari Pangeran Lucas. Aku meremas kuat jemari Jedd, dari kejauhan Pangeran Lucas terlihat kebingungan.

Tiba-tiba pandanganku berubah menjadi buram dan gelap semua.

"Hahh ! Hah !" Suara nafasku tersenggal.

Aku terbangun dalam tidurku, ternyata hanya mimpi belaka. Rasanya seperti kejadian nyata.

"Haaaah... syukurlah hanya mimpi." Kataku lirih.

Kualihkan mimpi buruk barusan dengan rutinitas pagiku, kusisir rambut panjangku menggunakan sisir pemberian Ibu sewaktu masih hidup.

"Hmm.. rontok lagi. Apa Aku terlalu banyak pikiran ya?" Tanyaku pada diri sendiri.

Sekilas Aku memikirkan Jedd. Semalam, Ia memelukku tanpa berkata apa pun. Setelah itu langsung menyuruhku masuk ke rumah dan mengunci pintu dari dalam.

Kemudian Jedd berpamitan pulang, biasanya dia selalu cerewet mengomeliku. Kali ini Ia diam saja.

"Sudahlah, tak usah dipikir lagi Asoka ! Ayo bersih-bersih rumah." Kataku girang, berusaha melupakan kejadian semalam.

Aku melanjutkan kegiatan pagiku seperti biasa, membersihkan rumah sebelum bekerja. Dan setelah itu bersiap untuk berkerja paruh waktu di Toko bunga Paman Rushell.

_______________________________________________

Aku memilih gaun berwarna hijau kekuningan untuk pagi ini. Dan tidak lupa pita berwarna kuning, buatan tangan Ibuku untuk hiasan kepala.

Warna yang sangat padu padan dengan pakaianku. Terakhir, kupakai alas kaki sepatu bekas peninggalan Ibu. Sampai-sampai sepatu ini kelihatan sangat usang dan lusuh, karena sepatu ini sudah cukup lama usianya.

Saat Ibu dan Ayahku merayakan ulang tahun pernikahan yang pertama. Ayah memberikan hadiah untuk Ibu berupa sepatu wanita bewarna cokelat, yang sekarang aku kenakan.

"Apa Aku harus mampir ke tukang sol sepatu ya, sol nya menurutku perlu diganti. Dan catnya harus di perbaharui lagi, supaya kelihatan baru." Ucapku dengan semangat.

Tidak lama setelah itu, Aku langsung menyiapkan sepatu yang hendak kuperbaiki nanti. Ibu selalu berpesan, jika barang yang di miliki dirasa masih bisa dipakai, maka gunakan saja yang lama tanpa harus beli. Sampai saat ini Aku masih memegang prinsip nasehat Ibu.

"KRRUYUKKK"

"UGHH lapar, baru terasa sekarang. Sebaiknya Aku segera menghangatkan makanan untuk sarapan."

Setelah menuju dapur, dan menghangatkan makanan. Aku kunyah makanan itu dengan lahap dan cepat, karena sudah terburu waktu.

Guratan sinar mentari yang masuk melalui sela-sela jendela, ditambah sahutan para burung gereja yang sedang berkicau. Menandakan pagi ini sangat cerah, semakin semangat dalam memulai aktifitas harianku.

"Selesai ! Aku harus bergegas ke tukang sol sepatu, setelah itu bekerja." Ucapku, seraya mengelap sisa makanan di bibirku dengan kain.

Aku berjalan ke arah wastafel, untuk meletakkan piring dan gelas kotor yang kugunakan barusan.

_______________________________________________

Sengaja Aku menuju jalan pintas ke Kota dengan menyusuri kebun, sekalian ingin memetik buah jeruk yang sudah tiba waktunya untuk dipanen.

Dari kejauhan Aku melihat para Petani sedang sibuk dengan panen buah jeruk mereka.

"Waaahhh, pasti manis dan segar rasa buah jeruknya." Bayanganku dalam hati. Tidak terasa air liur hampir keluar disudut bibir.

Kupercepat langkah kakiku menuju tempat para Petani berada, saat melewati sebuah pondok terlihat seekor kuda dewasa berwarna hitam sedang berdiam diri. Sepertinya jinak.

Aku menghampiri pondok kecil itu dengan waspada. Tak terduga aku menemukan sesosok Pria yang sedang terduduk lemas, kelihatannya Ia sedang menahan sakit. Rasa penasaranku, membawaku berjalan menuju Pria itu.

"Permisi Tuan, apakah Anda sedang ter..lu.."

Suaraku tercekat, mataku terbelalak. Ternyata Pria itu adalah Pangeran Lucas. Ia terlihat sedang tidak sehat sama sekali.

"Pangeran, bisakah Anda berdiri sebentar?" Tanyaku hati-hati.

Sang Pangeran tidak membalas jawabanku, Ia hanya merintih kesakitan. Keringat dingin memenuhi wajahnya, badannya menggigil.

Saat hendak membenarkan posisi tubuh Pangeran Lucas, tanganku terasa basah dan lengket. Kulirik kedua tanganku dipenuhi dengan darah hitam, ternyata darah itu berasal dari kaki pangeran Lucas.

"Apakah ini luka bekas sayatan semalam ?" Tanyaku dalam hati.

Segera, diriku bergegas membopong Pangeran Lucas berjalan pelan menuju pondok. Diriku ingat benar, bahwa di dalam ruang tengah ada sebuah meja kayu panjang. Pangeran dapat mengistirahat diri sebentar di sana.

Dahulu saat masih kecil, Aku seringkali mampir bermain di pondok ini bersama Jedd, jadi sudah sangat hafal dengan setiap sudut ruangan pondok ini.

Setelah Pangeran Lucas berbaring di atas meja kayu, Aku segera pergi ke hutan untuk mencari tanaman herbal Goldenrod yang biasanya Ibu berikan setiap aku terluka karena sesuatu.

"Pangeran Lucas, Saya akan segera mencari tanaman herbal Goldenrod di hutan. Tidak akan lama, tunggu saya Pangeran." Ucapku tegas.

Pangeran hanya menatapku, Ia terlihat sangat lemah dan kesakitan. Apakah ada racun di pisau lipat itu, sampai darah Pangeran Lucas berubah menjadi hitam. Aku juga harus lekas mencari air dan makanan di hutan, yang bisa di makan untuk Pangeran Lucas.

"Goldenrod, Aku ingat dulu Ibu sering membuatkan salep dari sarinya saat aku terluka." Gumamku pelan.

Aku berlari keluar dari pondok dan segera masuk menyusuri hutan, letaknya masih sangat kuingat.

Tidak lama setelah dua puluh menit mencari, akhirnya kumenemukan bunga Goldenrod. Bunga itu berwarna kuning, sangat cantik.

Kemampuannya sangat ajaib, dapat mengurangi peradangan pada luka dan dapat mencegah terjadinya infeksi.

"Syukurlah ! Aku menemukanmu !!" Teriakku girang.

Setelah itu Aku melanjutkan pencarian untuk menemukan makanan yang bisa dikonsumsi Pangeran Lucas.

"Hah, seharusnya tadi membawa kue dari rumah, kan bisa untuk Pangeran." Kataku penuh sesal.

Mataku menyipit, mengitari setiap seluk hutan, dan terhenti pada buah merah ranum.

"Wahh.. ada buah delima ! Pas sekali. Terima kasih Yaa Tuhan." Timpalku penuh syukur.

Tanpa basa basi langsung kupetik beberapa buah delima, dan segera pergi menuju tempat Pangeran Lucas.

_______________________________________________

Sesampainya di pondok, Aku berjalan menuju dapur dan melihat Pangeran Lucas rupanya sedang tertidur. Pandanganku kali ini tentang Pangeran, tidak seperti penguasa yang dibicarakan orang-orang kebanyakan.

Wajah Pangeran Lucas selalu terlihat kesepian, meskipun dikelilingi banyak kerabat. Entah, Aku merasakan sendiri, kalau Pangeran kurang bahagia dengan kehidupan yang Ia jalani. Aku sedikit simpati padanya.

"Yapp ! Aku harus lekas menumbuk bunga Goldenrod ini."

Setelah memakan waktu kurang lebih lima belas menit, Aku segera menuangkan sari Goldenrod kedalam mangkuk dan menyiapkan sarapan untuk Pangeran Lucas.

"Selesai !!!" Teriakku girang.

Aku melangkahkan kaki menuju tempat Pangeran, kuperhatikan Ia masih tertidur pulas. Sedikit kugoyangkan badan Pangeran Lucas secara perlahan.

"Pangeran Lucas, bangun.." Ucapku lirih.

Pangeran Lucas dengan perlahan membuka kedua matanya. Mata kami berdua tak sengaja saling bertatapan. Langsung saja diriku memalingkan wajah ke arah lain. Entah, Aku menjadi salah tingkah sendiri, kelihatannya sekarang wajahku sedikit memerah.

Pangeran Lucas menegakkan punggungnya dan membenarkan posisi untuk duduk. Postur tubuh bidang yang sempurna dimiliki Pangeran Lucas, sedikit membuatku goyah.

"Ini apa ?" Tanya Pangeran Lucas. Mengejutkanku dalam lamunan barusan.

"Ini salep sari bunga Goldenrod ntuk luka Pangeran Lucas, Saya mendapatkan resep obat ini dari mendiang Ibu Saya Pangeran." Jelasku pelan.

Pangeran Lucas hanya memandangiku, kali ini tatapannya berubah menjadi lembut.

"Aku tidak bisa pulang dengan keadaan seperti ini. Kerajaan pasti akan kacau, saat mengetahui putra mahkotanya terluka." Sambung Pangeran Lucas. Ia kelihatan muram.

"Maafkan Saya Pangeran, karena Saya Pangeran sampai terluka seperti ini." Ucapku lagi dengan rasa bersalah.

"Tidak, Aku melakukan hal yang benar. Kemungkinan para penghianat itu mengincar seseorang yang terdekat denganku. Mereka salah paham mengira kita mempunyai hubung...ah !" Pangeran tiba-tiba berhenti bicara.

"Ah.. sudahlah. Yang penting sekarang Kau baik-baik saja kan. Aku pasti akan segera mencari tahu tentang siapa dalangnya." Sambung Pangeran Lucas.

"Ba..baik Pangeran, silahkan Pangeran ini salepnya." Jawabku salah tingkah.

Tangan Pangeran Lucas meraih salep dari tanganku, masih kuingat persis pelukan semalam yang Ia lakukan padaku.

"Oh tidak !! Jangan diingat-ingat" Teriakku dalam hati.

"Ada apa ?" Timpal Pangeran Lucas mengagetkanku.

"Ah.. ti..tidak ada apa-apa Pangeran !" Jawabku kebingungan.

Pangeran Lucas segera mengoleskan sari bunga Goldenrod pada lukanya. Setelah itu, Ia melahap semua makanan yang telah kusiapkan untuknya sampai habis.

"Asoka, benar itu namamu?"

"Eh, benar Pangeran.. Pangeran masih ingat nama saya ?" Tanyaku penasaran.

Aku terkejut karena Pangeran Lucas masih mengingat namaku.

"Mana mungkin aku lupa, kau satu-satunya gadis yang berani memngobrol denganku. Sejujurnya aku tidak pernah sekalipun mempunyai teman seorang wanita, ini pertama kalinya." Jawab Pangeran

Aku tersipu malu.

"Asoka, maaf dan terima kasih. Maaf karena memperlakukanmu dengan buruk saat pertama kali kita bertemu, karena Aku terbiasa dikelilingi oleh para penghianat. Aku dengan seenaknya berpikir, bahwa Kau lah dalang dibalik rusaknya roda keretaku, saat itu kebetulan dirimu datang padaku dengan waktu yang pas sekali. Ternyata Aku salah, pelakunya sudah tertangkap oleh pengawalku. Ia sengaja memperlambat dan mencegahku untuk menghadiri rapat di balai kota." Ucap Pangeran Lucas menjelaskan.

"Ah, tidak apa-apa Pangeran. Sungguh saya sudah melupakan kejadian waktu itu." Timpalku.

"Dan terima kasih, untuk rawatan yang kau berikan padaku, dan juga kau sama sekali tidak takut. Perlakuanmu terhadapku sangat kuhargai." Lanjut Pangeran, dengan senyum hangatnya.

"Aa..anu.. ah..Pangeran Lucas. Baiklah kalau begitu, saya akan ke dapur untuk membersihkan semuanya dan... "

Belum sempat Aku meneruskan kalimatku, Pangeran Lucas tiba-tiba berdiri dan menggapai tanganku, lalu didekatkan wajahnya ke arahku.

"Oh, tidak !!" Jeritku dalam hati.

Wajah kami begitu dekat. Pangeran Lucas menyentuh bibirku dengan telunjuk jarinya yang lentik, hembusan nafas kami saling beradu. Terasa panas dan menggairahkan.

Wajah Pangeran semakin mendekat, Ia menutup matanya dengan perlahan, bibirnya menyentuh bibirku. Terasa hangat juga lembut. Seakan hati, pikiran, dan tubuhku menuruti setiap gerakan Pangeran Lucas. Akhirnya, bibir kami saling menyatu.

Nafas kami berdua tersenggal, pelukan sang Pangeran bertambah erat mendekapku. Sudah menit kedua kami saling bertukar lidah, Aku tidak bisa menahannya dan mengikuti mau Pangeran Lucas.

"Ada apa dengan hatiku, kenapa aku mau dengan Pangeran !" Gusarku.

Sepertinya Pangeran Lucas semakin menjadi, Aku yang sudah tidak kuat langsung mendorong badanku sedikit menjauh dari Pangeran Lucas.

"Pa...Pangeran Lu..cas berhenti...haa..haa.." Ucapku dengan nafas yang tersenggal.

Pangeran Lucas memandangiku dengan wajahnya yang merah, Ia terlihat malu sekali.

"Oh, tidak. seharusnya tidak begini ! Maafkan aku. Ini pertama kali bagiku, entah saat melihat dirimu Asoka. Rasanya aku tidak tahan untuk tidak menyentuhmu." Ucap Pangeran seraya membalikkan badannya membelakangiku.

"Pa..pangeran. Ini juga yang pertama untuk saya. Saya sangat malu." Jelasku jujur.

Pangeran Lucas mengangkat kepalanya, dan berjalan kembali ke arahku. Ia menatapku dengan lembut.

"Hampir lupa !!! Saya harus bekerja Pangeran !" Kataku. Mengejutkan Pangeran.

"Kau berkerja dimana?" Tanya Pangeran Lucas, sedikit kecewa.

"Sa..saya bekerja di toko bunga Paman Rushell." Jawabku terbata.

Diriku langsung bergegas menyiapkan barang-barang dan berpamitan.

"Pangeran, setelah ini saya akan berkerja. Pangeran jangan lupa setiap setengah jam sekali mengolesi luka dengan salep Goldenrod. Saya akan kembali besok pagi, melihat perkembangan Pangeran." Jelasku ke Pangeran.

"Tidak usah kemari lagi, sebab malam ini mungkin diriku kembali ke Kerajaan."

"Dengan kondisi seperti ini Pangeran?" Tanyaku khawatir.

"Salep yang Kau buat, sudah kurasakan sedikit kemanjurannya. Lukanya sudah tidak sakit lagi, penyembuhan terasa sangat cepat."

"Oh, syukurlah Pangeran Lucas !" Jawabku sumringah.

Kami berdua berpisah di depan pondok. Aku melambaikan tangan kepada Pangeran Lucas, dan disambut olehnya.

Kenapa Aku berharap untuk bisa bertemu lagi dengan Pangeran. Apakah Pangeran mengharapkan hal sama ? Bukankah kita melakukan "itu".

"Hentikan pikiran kotormu Asoka !! Yang tadi hanya terbawa suasana saja !" Teriakku kecil, berusaha melupakan kejadian barusan.

Langkah kakiku segera bergegas menuju Toko Bunga Paman Rushel, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh tepat. Harus beralasan apa untuk keterlambatanku. Sepatu yang hendak aku perbaiki pun, tidak jadi diserahkan ke tukang sol.

"Sudahlah, mungkin besok saja." Lirihku.

Kutolehkan sesekali kepalaku ke pondok yang ditempati Pangeran. Berharap Pangeran tetap berdiri disana sampai bayanganku menjauh.

_______________________________________________

Bersambung