webnovel

ASOKA, MINE !

Pangeran berwajah tampan dan bengis itu, Konon katanya sangat membenci wanita. Tidak sengaja sang pangeran bertemu dengan seorang wanita bernama Asoka. Disisi lain Jedd, teman masa kecil Asoka, menyimpan rasa terpendam yang dia simpan rapat-rapat. Jedd takut, perasaan yang dia punya selama ini akan menghancurkan persahabatan mereka.

Dita_Cika · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
5 Chs

( Air mata )

Aku menyambut tangan Pangeran Lucas dengan hati-hati, sekilas beliau tersenyum padaku. Kami berjalan pelan menuju ruangan tengah ballroom. Semua tamu menatap ke arah kami berdua. Betapa nelangsa hatiku, malam ini akan berdansa dengan orang yang tidak ingin sama sekali Aku temui.

"Mendekatlah..." Ucap Pangeran Lucas lembut.

"Baik, Pangeran."Jawabku pelan, seraya memegang pundak Pangeran Lucas yang lapang. Disambut dekapan tangan kanan Pangeran yang setengah memelukku, terasa hangat.

Mulai terdengar suara alunan musik di ballroom. Sang Pangeran menarikku perlahan dan mendekatkan tubuhnya ke hadapanku. Tatapan mata tajam nan lembut Pangeran Lucas yang sedang menyorotiku dalam-dalam. Kami terlalu dekat, sangat dekat. Aku takut degupan dadaku terdengar oleh Pangeran Lucas.

"Kita mulai, jangan takut..ikuti iramanya saja" Jelas Pangeran Lucas.

"Baik, Pa..Pangeran." Jawabku sedikit terbata.

Kaki jenjang Pangeran Lucas sangatlah lincah, Dia menuntunku dalam berdansa. Dan seakan-akan aku terhipnotis dengan ritme dansa sang Pangeran. Rasanya, aku sudah tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang sedari tadi sibuk menatapku dengan keheranan.

Irama musik yang dialunkan sangat merdu didengar, Pangeran Lucas tersenyum padaku. Aku sedikit terkejut, dan memalingkan pandanganku ke arah lain.

Kesanku terhadapnya seakan-akan berubah, ada sosok hangat di sisi lain Pangeran Lucas. Seakan ingin aku gapai, tapi takut untuk tenggelam di dalamnya. Takut, tak akan bisa kembali.

Tidak sadar saat aku melamun, Pangeran sedari tadi terus menatapku. Rasa sesak di dada ini semakin menjadi. Sedikit kuangkat lagi wajahku yang sempat menunduk malu. Lagi-lagi Pangeran Lucas tersenyum padaku.

"Apa kau tidak takut padaku?" Tanya Pangeran Lucas tiba-tiba memecahkan keheningan sejak tadi.

"Aa.. apa Pangeran? Maafkan saya lancang, Saya tidak merasa seperti itu Pangeran." Jawabku sedikit canggung.

Pangeran Lucas hanya terdiam saat mendengar jawabanku.

Genggaman tangan Pangeran Lucas sedikit menguat. Meremas jemariku dengan lembut, dan melepaskan kepalannya dari tanganku perlahan. Diikuti gestur tubuh Pangeran setengah menundukkan kepalanya. Ternyata Aku tidak sadar iringan musik dansa sudah selesai. Langsung kubalas salam perpisahan dengan Pangeran, dengan menundukkan sedikit kepala dan mengangkat gaunku sedikit.

Pangeran lantas berjalan mendekatiku, didekatkannya bibir Pangeran Lucad ke telingaku, dan berbisik.

"Ini pertama bagiku, berdansa dengan seorang wanita dari kalangan biasa !" Bisik Pangeran Lucas dengan lirikan mata yang tajam. Dan berlalu pergi menjauh ke arah singgasananya.

Ucapan Pangeran Lucas sangat menohok hatiku. Entah, Aku tidak mengerti kenapa bisa-bisanya Aku berpikir semenit tadi bahwa Pangeran sosok yang berbeda. Aku membuang muka, dan mengalihkan pandanganku mencari Bibi Carla.

Langkahku semakin cepat, mataku mengitari sekeliling ruangan ballroom istana. Tetap saja, para tamu masih memperhatikanku. Benar saja, mungkin mereka masih tidak percaya. Aku yang gadis biasa ini, telah diajak dansa oleh Pangeran Lucas, penerus takhta Kerajaan Amoris ini.

"Bibi Carla dimana?" Kataku dalam hati dengan gusar.

"Asoka..!" Teriak seseorang dari arah belakangku.

"Ahh... Bibi, syukurlah.. Asoka menemukan Bibi Carla." Sahutku, berjalan menuju Bibi Carla.

Bibi Carla segera memelukku. Aku berterima kasih sekali pada Bibi, karena tidak menanyakan hal apapun. Kulihat wajahnya sangat khawatir, betapa tidak khawatir kalau ponakan satu-satunya diajak dansa oleh Pangeran Lucas, yang terkenal bengis dalam medan peperangan maupun pertarungan, dan sangat benci wanita.

"Bi.. Asoka baik-baik saja kok. Apa boleh kita pulang sekarang? Asoka sangat lelah sekali." Ucapku lirih ke Bibi Carla.

Tanpa menjawab, Bibi Carla segera menarik tangan dan merangkul badanku berjalan menuju ke arah pintu luar istana. Aku bersyukur bisa segera pergi dari pesta dansa ini.

Saat Aku dan Bibi Carla hendak menaiki kereta kuda, perasaanku tidak enak. Seakan ada yang mengawasi sedari tadi. Aku langsung menoleh ke kanan dan kiri tidak ada siapapun. Apa hanya perasaanku saja.

"Ada apa nak, kemarilah.." Suara Bibi Carla mengejutkanku.

"Ahh.. baik Bibi..." Jawabku dengan anggukan pelan.

Kereta kuda mulai berjalan, dan kulihat lagi ke arah taman kerajaan. Sekelibatan bayangan Pria mengenakan jubah, dengan warna yang tidak jelas. Karena semua nampak hitam disebabkan pencahayaan yang kurang. Aku melihat seorang Pria dengan perawakan tinggi dan besar. Sepertinya Dia menyadari, bahwa Aku mengetahui sedang diintai olehnya dari kejauhan. Pria itu langsung membalikkan badannya dan berlalu dalam kegelapan malam.

Seketika tubuhku merinding dibuatnya. Kualihkan pandanganku ke arah Bibi Carla, ingin rasanya bercerita tentang kejadian yang barusan. Tetapi rasanya kata-kataku tertahan sampai kerongkongan saja.

******

Sesampainya kereta kuda di depan rumahku, Bibi Carla memelukku dan mengecup keningku untuk tanda perpisahan.

"Hati-hati Bibi Carla, terima kasih untuk malam ini." Ucapku tersenyum. Tidak ingin membuat Bibi Carla khawatir.

"Jaga dirimu baik- baik nak.." Balas Bibi Carla lembut.

Aku melambaikan tangan ke Bibi Carla, dan Bibi membalasnya. Kupandangi kereta kuda yang membawa Bibi Carla, sampai menghilang dari pandangan.

Sesaat hendak membuka kunci pintu rumah, entah aku merasakan kehadiran seseorang asing dari belakangku. Dan aku menoleh ke belakang dengan perasaan takut.

Kulihat sesosok Pria tinggi dan besar, hendak menghunuskan pedangnya ke arahku. Bayangan Pria ini sama seperti yang Aku lihat di taman istana tadi. Tidak sempat aku menutup mataku dan berteriak, dari arah belakang Pria itu muncul sesosok Pria lainnya. Tidak lain adalah Pangeran Lucas ! Sang Pangeran menolongku.

Mereka langsung beradu pedang satu sama lain, terlihat sang Pangeran Lucas sangat menikmati petarungan itu. Ditebasnya pedang Pangeran Lucas ke arah tangan Pria besar itu, dan mengenainya. Pria itu lantas tersungkur dan berteriak kesakitan, Pangeran Lucas menghampiri Pria tersebut. Dijambaknya rambut Pria besar didepannya, sorot mata Pangeran Lucas sangat menakutkan. Aku hanya bisa meringkuk ketakutan di depan pintu rumah.

"Siapa... siapa yang menyuruhmu !" Tanya Pangeran Lucas.

Pria di depannya hanya terdiam, dan jeratan tangan Sang Pangeran semakin menguat menarik rambut Pria besar yang sudah tidak bisa berkutik itu.

"Rupanya kau tidak mau menjawabnya, terimalah kematianmu !" Kata Pangeran Lucas seraya mengangkat pedangnya lagi.

"Aam..ampun Pangeran Lucas. Ampuni Saya !!!" Teriak Pria itu sambil terisak.

"Cepat !!! Katakan siapa yang memerintahkanmu untuk memburu wanita itu !!!" Jawab Pangeran Lucas lagi. Pedangnya beralih menunjuk ke arahku. Pangeran menatapku dengan wajah khawatir. Aku sontak menunduk ngeri.

Sesaat setelah Pangeran kehilangan fokusnya karena melihat ke arahku, Pria besar itu langsung mengeluarkan sebilah pisau lipat dari saku jubahnya. Ditusuknya kaki Pangeran Lucas, memuncratkan darah yang cukup banyak dari luka tusukan pisau tadi. Aku hanya bisa teriak histeris.

"Arrggggg !!! KURANG AJAAR !!!!" Jerit Pangeran Lucas kesakitan.

Sang Pangeran segera berdiri menahan sakit. Pangeran Lucas hendak mengayunkan pedangnya menebas leher Pria besar di belakangnya. Pria besar itu kelihatannya sedang sibuk untuk menyelamatkan dirinya.

"Bassssttt !!!! Cringggg !!! Crattttt !!!!!

Terlempar sebuah kepala manusia penuh dengan semburan darah segar, kepunyaan Pria besar tadi yang hendak menusukku dari belakang. Badan Pria itu terjatuh bersamaan dengan kepalanya yang sudah ditebas Pangeran. Perutku terasa mual, sungguh tak mampu untuk berucap sepatah kata pun. Hanya air mata yang sangat deras membasahi pipiku sejak tadi.

Malam yang dingin, seketika itu semilir angin malam bisa kurasakan kembali. Kunang-kunang yang sudah lama tidak terlihat, akhirnya muncul dari sela-sela rerumputan dan mengitari tubuh Pangeran Lucas yang bersimbah darah. Samar-samar terpancar semburat cahaya merah di sekelilingnya.

Tatapan mata Pangeran Lucas terlihat kelam. Entah apakah dia menyesal, sudah berapa banyak pedang yang dihunuskan untuk membunuh. Tapi, sedetik itu juga Aku melihat Pangeran Lucas sedikit tersenyum licik. Apakah sebutan bengis memang pantas untuknya, dan mengapa Pangeran sampai mengikuti kemari lalu menyelamatkanku. Aku hanya terdiam dan kembali menatap nanar Pangeran Lucas dari kejauhan, yang berdiri mematung cukup lama.

Dari kejauhan muncul dua orang pengawal Kerajaan dengan baju zirah yang mereka kenakan. Mereka langsung berbaris, dan mendengarkan perintah Pangeran Lucas. Mungkin Pangeran memerintahkan dua orang pengawal itu untuk membereskan mayat Pria besar yang sudah tergeletak mengenaskan. Benar saja, mereka berdua segera mengangkat dan menaikkan mayat Pria tadi ke atas kuda yang mereka tunggangi.

Sang Pangeran lalu melihat ke arahku, dan berjalan menuju tempatku. Tiba-tiba tubuhku langsung menggigil, dan susah sekali menghentikannya.

"Tak usah takut, Apa Kau baik-baik saja." Ucap Pangeran Lucas lembut.

Rasa penasaranku besar terhadap Pangeran, bagaimana bisa sifat seseorang bisa berubah cepat seperti Pangeran Lucas. Terkadang mulutnya terdengar pedas dan jahat. Dan sesaat barusan berubah menjadi sangat lembut.

"Saya tidak sedang baik-baik saja. Saya ingin masuk ke dalam Pangeran." Kataku pelan, karena sudah cukup tertekan dengan kejadian malam ini.

Sang Pangeran tidak mengatakan sepatah kata balasan, kudongakkan kepalaku keatas sedikit. Mata kami tak sengaja bertemu, Pangeran hanya melihatku dengan diam saja. Tiada ekspresi yang jelas tergambarkan dalam raut wajahnya.

Sekilas, Aku melihat air mata jatuh dari mata Pangeran Lucas. Wajahnya, dipenuhi dengan guratan kekecewaan mendalam. Sang Pangeran menarik lenganku dan memelukku dengan erat.

Aku hanya bisa ternganga. Apakah Aku bermimpi, Pangeran Lucas yang terkenal bengis dan membenci wanita. Sekarang ini sedang berdiri di hadapanku dan memelukku dengan suara lirih isakan tangisnya. Detak jantung Pangeran Lucas dapat kudengar dan kurasakan.

Lagi-lagi hembusan suara semilir angin terdengar, para kunang-kunang berkumpul. Seakan menari-nari mengelilingi kami berdua, yang sedang berdiri entah sampai kapan di depan pintu rumah.

"BRUKKK !!!"

Suara yang cukup kencang menyadarkan kami berdua, kumiringkan sedikit wajahku mencari asal datangnya suara. Dari seberang jalan terlihat Jedd berdiri kaku, Dia terlihat sangat terkejut. Seketika itu juga Pangeran Lucas melepaskan pelukannya dariku dan berlalu dari hadapanku tanpa ada ucapan apapun.

Sang Pangeran melepaskan pelukannya dan berjalan menjauh. Segera sang Pangeran menaiki kuda hitamnya dan menungganginya pergi ke arah timur. Jedd masih melihatku dengan tatapan kekecewaan. Pasti Jedd salah paham, dengan apa yang dilihatnya.

"Jedd !! ini tidak seperti yang Kau pikirkan !" Jelasku ke Jedd.

Dengan wajahnya yang memerah, Jedd meraih kedua tanganku, dipeluknya dengan erat tubuhku oleh Jedd. Pelukan yang kurasakan sangatlah berbeda dari Sang Pangeran. Detak jantung Jedd sangat cepat, pelukan yang dipenuhi oleh rasa amarah.

"Ada apa dengan malam ini, kejadian datang silih berganti. Membuatku lelah." Bisikku lirih.

Semburat cahaya kecil dari kunang-kunang perlahan menghilang. Bersamaan dengan hilangnya bayangan Pangeran Lucas dari kejauhan.

*BERSAMBUNG*