Setelah makan, semua orang bubar, Rini Liu dan Reza Qiao kembali ke perusahaan.
"Reza Qiao, masalah hari ini, aku dengan formal ingin berterima kasih kepadamu." Wajah Rini Liu penuh ketulusan.
"Hanya berterima kasih dari mulut?"
"Kamu ingin berterima kasih seperti apa?" Rini Liu sedikit canggung.
"Beri aku sebuah barang."
"Kamu ingin barang apa?" Rini Liu sedikit tenang.
Jangankan bilang beri sebuang barang kepada Reza Qiao, bahkan memberikan 2 juta RMB (sekitar 4 miliar) Rini Liu juga tanpa ragu.
"Barang ini mungkin kamu tidak bersedia berikan?" Reza Qiao mengerutkan dahinya.
"Tidak akan, kamu bilang saja, seberapa mahal aku juga rela, mau BMW aku juga kuberikan." Kata Rini Liu dengan cepat.
"Jujur?"
"Betul betul, aku jujur."
"Aku mau hatimu." Reza Qiao menunjuk dada Rini Liu.
Sontak Rini Liu terbengong, ini, bagaimana boleh.
"Kamu mau yang lain semuanya boleh, hanya ini yang tidak boleh."
"Mengapa tidak boleh?"
"Hatiku hanya milikku." Kata Rini Liu dengan lembut.
"Ya sudah juga tidak bisa berikan, apapun tidak mau lagi."
"..."
Melihat tampang Rini Liu yang terbengong, Reza Qiao tertawa: "Rini, cepat lambat akan kudapatkan hatimu."
Selesai bicara Reza Qiao pergi sambil menari, mulutnya sambil menyanyi.
"—raba, meraba di ketiak adik, raba lagi, meraba di dada adik..."
Melihat potongan tubuh Reza Qiao, Rini Liu menghela napas, walaupun dirinya berterima kasih kepada Reza Qiao, namun keinginan anak ini besar, dirinya tidak sanggup melakukannya.
Reza Qiao pergi melihat basecamp geng Qingtian.
Beni Ouyang sedang minum teh, melihat Reza Qiao dan dengan terburu berdiri: "Tuan Reza sudah datang."
"Bagaimana keadaan akhir-akhir ini?" Reza Qiao duduk, sendiri menuangkan segelas teh, meninumnya dengan nikmat.
"Malam itu setelah berperang dengan Johan Cao, nama kita di kota tua sangat terkenal, sangat banyak geng kecil datang bergabung, ada yang memohon untuk ikut bergabung, daerah kekuasaan geng Qingtian juga semakin luas, jumlah anggota juga bertambah banyak, sudah menjadi geng nomor satu terbesar di kota tua sekarang." Kata Beni Ouyang dengan senang.
"Geng Liuhe ada gerakan apa?"
"Baru mau aku lapor, setelah Johan Cao kita munaskan, bos geng Liuhe, Hero Cao mengutus satu orang baru, membereskan lokasi perang di kota tua, mencoba merevitalisasi geng Liuhe di cabang kota tua."
"Siapa yang mengutusnya?"
"Ken Cao."
Reza Qiao mengedip-ngedip matanya: "Orang keluarga Cao lagi, Johan Cao adalah adik sepupu Hero Cao, Ken Cao ini ada hubungan apa lagi dengan Hero Cao?"
"Dia adalah adik kandung Hero Cao."
"Mengutus adik kandungnya merevitalisasi geng Liuhe di cabang kota tua, kelihatannya Hero Cao sangat mementingkan kota tua."
"Sebenarnya karena kita, Ken Cao sudah tiba di kota tua, membawa sekelompok tulang punggung, sepertinya ingin perang yang lebih besar."
"Masalah yang berhubungan dengan Johan Cao, geng Liuhe tidak ada gerakan apapun, bagaimana menurutmu?"
"Masalah ini tidak sederhana."
"Oh, bicarakan."
"Walau Hero Cao dan Johan Cao adalah saudara sepupu, namun perselisihan mereka juga mendalam, dulu Johan Cao ada pasangan wanita muda yang cantik, Hero Cao juga menyukainya, memikirkan berbagai cara untuk mendapatkannya, Johan Cao sangat curiga terhadap masalah ini, di belakang sangat tidak puas dengan Hero Cao. Hero Cao tahu Johan Cao karena masalah ini dan membencinya, namun paman adalah bos geng Liuhe, terus menekan Johan Cao, diam-diam mewaspadainya. Kali ini Johan Cao bermasalah, berdasarkan laporan yang aku dapat dari informan di dalam geng Liuhe, karena tidak menemukan mayat Johan Cao, termasuk 30 pemuda kuat yang dipinjam Johan Cao dari Hero Cao, sekarang Hero Cao tidak bisa memastikan arah mereka pergi."
"Hmm, kalau begitu, Hero Cao tidak bisa memastikan Johan Cao dan 30 orang lainnya sekarang hidup atau mati?"
"Betul, Hero Cao di sisi lain curiga beberapa orang ini dibunuh kita, tapi di saat bersamaan juga curiga apakah Johan Cao mengambil kesempatan ini membunuh 30 master tersebut, membawa mereka dan lari dari geng Liuhe, menunggu kesempatan untuk bangkit kembali."
Reza Qiao menganggukkan kepala, malam itu dirinya membawa Alex Sun dan 10 satpam, membunuh Johan Cao dan 30 master, melakukannya dengan sangat bersih, Hero Cao bisa curiga juga bisa dimaklumi.
"Bagaimana Ken Cao dibandingkan dengan Johan Cao?"
"Gerakan Ken Cao lebih kuat dari Johan Cao, menyelesaikan masalah lebih ganas dari Johan Cao, kali ini dia mengurus geng Liuhe di cabang kota tua, membawa tidak sedikit orang sendiri, di sisi ini ingin mendapat daerah kekuasaan di kota tua, di sisi lain ingin memusnahkan orang sisa dari Johan Cao, mengontrol kota tua sepenuhnya. Akhir-akhir ini Hero Cao diam-diam mencari geng lain di kota tua, aku lihat cepat lambat akan menyerang geng Qingtian kita."
Reza Qiao tertawa: "Baiklah, jika Hero Cao ingin cari mati, kalau begitu mari kita kabulkan, Beni, misi kamu sekarang adalah mengokohkan daerah kekuasaan, melatih anggota tim kita, di saat bersamaan harus mengarahkan dengan tepat perkembangan geng Qingtian, tidak boleh melakukan hal yang berantakan lainnya, membentuk citra baik geng Qingtian di kota tua."
Beni Ouyang segera menganggukkan kepala: "Semuanya dengar perkataan Tuan Reza, sekarang modal kita cukup, bisnis menaikkan bunga pinjaman, menyimpan uang keamanan tidak dilakukan lagi, sepenuh hati melakukan bisnis pelayanan."
"Beni, sebagai Bos geng Qingtian, kamu harus membawa saudara dengan baik, hanya mengandalkan bela diri tidak bisa, harus membentuk gengsi yang sebenarnya, kamu lihat Albert Han, walau orang geng Dongzheng tidak banyak, namun sepenuh hati mengikuti Albert Han, mengapa? Tentu karena Albert Han menganggap bawahan seperti saudara sendiri."
Beni Ouyang merasa bersalah berkata: "Betul apa yang dikatakan Tuan Reza, Beni akan belajar dari Albert Han dengan baik."
Beberapa saat kemudian Beni Ouyang berkata: "Sebenarnya Tuan Reza juga adalah contoh untuk aku pelajari."
Reza Qiao tertawa berkata: "Aku mana yang pantas kamu pelajari?"
Beni Ouyang berkata dari lubuk hati: "Keadilan, moralitas dan kasih saying Tuan Reza, Beni sangat mengangumkannya, seluruh geng Qingtian sangat menghormati Tuan Reza."
Perkataan Beni Ouyang membuat Reza Qiao menerimanya, hmm, Beni kamu sangat pandai menjilat.
"Oh ya, Beni, orang yang kusuruh kamu lacak, bagaimana keadaannya?"
"Tuan Reza, orang itu namanya Six Shen, barang yang dihisap ayah Milan, dibeli darinya, Six Shen sering muncul di tempat ini." Beni Ouyang memberikan Reza Qiao secarik kertas.
Reza Qiao mengambil dan melihatnya: "Six Shen orang siapa?"
"Six Shen tidak bekerja dan sangat santai, tidak termasuk geng manapun, tidak tahu dapat darimana barang tersebut, kemudian menjualnya kepada ayah Milan pelanggan acak tersebut, mendapat keuntungan dari harga selisih."
"Six Shen ada di mana sekarang?"
"Tunggu sebentar Tuan Reza, akan kutanyakan sekarang." Beni Ouyang mengeluarkan ponselnya.
Tahu orang yang ingin dilacak Reza Qiao, Beni Ouyang terus mengutus orang untuk membuntuti Six Shen.
Selesai menelepon Beni Ouyang berkata kepada Reza Qiao: "Tuan Reza, Six Shen sedang berada di kafe internet di sekitar."
"Hmm, cari Six Shen untuk berbincang."
Reza Qiao dan Beni Ouyang pergi ke kafe internet itu.
Di dalam kafe internet penuh dengan asap, seorang pemuda dengan wajah pucat dan rambut yang seperti sarang ayam, sedang bermain permainan di depan komputer.
Beni Ouyoang menunjuk pemuda ini, sambil menganggukan kepala kepada Reza Qiao.
Reza Qiao memberi tanda suruh Beni Ouyang keluar, menarik kursi panjang dan duduk di samping Six Shen, tidak bersuara.
Six Shen menatap Reza Qiao sekali, dan melanjutkan permainannya.
Reza Qiao memberikannya sebatang rokok: "Saudara, mari merokok."
Six Shen menerimanya dan menghidupkan rokoknya: "Kamu juga suka bermain permainan ini?"
Reza Qiao menghidupkan rokok dan menghisapnya dua kali, menggeleng kepala: "Aku hanya pandai lihat, tidak pandai main."
"Ingin belajar tidak? Aku bisa mengajarimu, main ini sangat gampang."
"Tidak ingin."
"Kalau begitu kamu datang buat apa?" Six Shen dengan malas memandang Reza Qiao.
"Cari kamu beli sesuatu." Reza Qiao tertawa.
"Kamu mau beli apa?" Six Shen mulai waspada, barangnya hanya dijual kepada pelanggan yang dikenal.
"Barang yang kamu jual kepada si tua Mi itu."
Six Shen semakin waspada, si tua Mi sudah lama tidak mencarinya beli barang, dengar-dengar masuk ke tempat rehabilitasi, pemuda di depan mata yang tidak tahu jelas asal usulnya, tidak tahu identitasnya apa, tidak boleh sembarangan menerimanya.
"Si tua Mi siapa? Tidak kenal." Kata Six Shen.
"Saudara, jangan berpura, kali ini aku mau barang dalam jumlah besar, harga bukan masalah, uang pasti ada." Kata Reza Qiao dengan suara kecil.
Hati Six Shen tergoyahkan, apakah mendapatkan pelanggan besar? Jika benar pelanggan besar, bisa mendapat uang yang banyak.
"Mau berapa banyak?"
"Ada berapa banyak aku mau semua." Kata Reza Qiao sambil tertawa.
"Kamu bohong saja." Six Shen lihat Reza Qiao tidka seperti orang kaya.
"Saudara, mari keluar dan bicarakan, aku tidak pernah berbohong, uang di tanganku bisa membeli jalan ini." Reza Qiao mengeluarkan kartu dan menggoyangkannya di depan Six Shen.
Six Shen mengedipkan matanya, dalam waktu singkat tidak dapat memutuskan perkataan Reza Qiao benar atau palsu.
"Ya sudah jika tidak jual, aku cari orang lain beli, tidak konsisten dan cepat." Reza Qiao tidak sabar lagi, berdiri dan pergi.
Reza Qiao keluar dari kafe internet, mengeluarkan ponsel dan menaruhnya di telinga: "Kamu bilang barang si tua Mi dari dia, aku lihat bukan, kakak ini bekerja tidak efektif, kelihatannya bukan pebisnis besar, barang yang aku mau begitu banyak, dia pasti tidak memilikinya, ya sudah, aku cari orang lain beli saja."
Reza Qiao menyimpan ponselnya dan berjalan menuju gang.
"Aih, saudara, tunggu sebentar." Six Shen ikut keluar.
Reza Qiao berhenti: "Ada apa?"
Six Shen berdiri di depan Reza Qiao, melihat dari atas ke bawah: "Kamu benar ingin membeli barang itu?"
"Sial, tidak mau cari kamu buat apa?"
"Benar dalam jumlah banyak?"
"Omong kosong."
"Tadi kamu telepon dengan siapa?"
"Tentu dengan orang yang kamu kenal, jika tidak bagaimana bisa datang cari kamu."
"Siapa?"
"Tidak mau memberitahu kamu."
"Kamu melakukan pekerjaan apa?"
"Kamu peduli aku kerja apa, menjalankan bisnis tidak Tanya asal usul, ada uang sudah bisa, kamu mengerti peraturan tidak?" kata Reza Qiao dengan marah.
"Saudara, jangan marah, aku mempertimbangkan keamananku, baru tanya kamu beberapa pertanyaan, kata pepatah, berhati-hati bisa naik kapal ribuan tahun." Six Shen sambil tertawa.
"Perkataanmu masuk akal, namun ingin menjadi kaya, kamu depan takut serigala belakang takut harimau bagaimana bisa dapat uang yang banyak? Kata pepatah, setelah melewati desa ini, tidak ada took itu."
Setelah Six Shen mendengarnya dan menginginkannya, tidak mudah mendapat pelanggan besar, tidak boleh terlewatkan.
"Di tanganku hanya ada beberapa ini." Six Shen mengulurkan segenggam tangan.
Reza Qiao menggeleng kepala: "Terlalu sedikit, jumlah yang aku mau, paling sedikit belakang tambah dua nol."
Six Shen kaget campur senang, anak ini adalah pelanggan besar, jika bisnis ini berhasil, 2 tahun tidak perlu kerja lagi.
"Saudara, jamin akan mendapatkan barang untukmu, berikan nomor ponselmu, akan aku cari kamu."
Reza Qiao dengan cepat memberikannya nomor ponsel.
"Jangan terlalu lama, jika tidak aku cari orang lain."
"Iya, iya, cepatlah."
Reza Qiao bersin beberapa kali, air mata pun keluar, terus menguap dua kali: "Sialan, tidak mendapat makanan sungguh menyiksa, aku dan para saudaraku sudah menahannya beberapa hari."
Six Shen tertawa: "Akhir-akhir ini sering pengecekan, barang susah didapat."
"Betul, dulu aku memasukkan barang untukku, jika tidak tidak akan mengambil resiko datang mencarimu."
"Kamu mau begitu banyak buat apa? Pakai sendiri, tidak perlu begitu banyak.
"Aku masih ingin menjualnya dan mendapat keuntungan besar."
"Saudara, otak kecilmu sangat pintar, mainan ini yang begini, barang yang susah didapat harga semakin mahal, tapi orang yang beli tetap ada, yang kecanduan orang kaya, harga seberapa mahal juga tidak peduli."
"Iya iya, bagaimana kualitas barangmu?"
"Kualitas dijamin tidak ada masalah, barang milikku semuanya datang dari Daerah Segitiga Emas."
"Oh, begitu jauh, tidak takut kecelakaan di perjalanan?"
"Saudara, yang tidak patut ditanya, jangan tanya."
"Betul betul, aku sudah banyak mulut….."